Tuhan Yahudi (Yudaisme)
Meski ajaran Yahudi telah diajarkan sejak Nabi Ibrahim yang hidup pada tahun 1997-1822 SM, kemudian diteruskan Nabi Yaqub dan nabi-nabi selanjutnya, namun tokoh sentral agama Yahudi adalah Nabi Musa, yang hidup pada tahun 1527-1407 SM. Maka, dari agama-agama samawi, Yahudi adalah agama pertama menurut urutan waktunya.
Bagaimana Nabi Musa mendefiniskan dan mengajarkan ketuhanan kepada kaumnya? Nabi Musa dengan tegas menyatakan bahwa Tuhan adalah Yang Maha Esa. Pernyataan yang paling terkenal tentang keesaan Tuhan dalam ajaran Musa ada dalam Ulangan 6:4, yang disebut Shema Israel: "Dengarlah, hai Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu esa!". Shema Israel adalah doa utama dalam agama Yahudi dan menjadi dasar ajaran tauhid dalam kitab Taurat.
Selain itu, dalam Keluaran 20:3, Musa menyampaikan salah satu dari Sepuluh Perintah Allah : "Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku". Ayat ini mengaskan, tidak boleh ada allah lain yang disembah kecuali yang esa.
Sedangkan Musa sendiri menyatakan diri sebagai utusan Tuhan. Dalam berbagai ayat di Taurat (Kitab Keluaran), Musa menyampaikan kepada Firaun dan Bani Israel bahwa ia diutus oleh Tuhan. Salah satu contohnya adalah dalam Keluaran 3:10, saat Tuhan berbicara kepada Musa melalui semak yang menyala dan memberikan perintah kepadanya: “Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir.”. Kemudian, dalam Keluaran 7:16, Musa menyampaikan pesan Tuhan kepada Firaun: “Tuhan, Allah orang Ibrani, telah mengutus aku kepadamu, untuk mengatakan: Biarkanlah umat-Ku pergi, supaya mereka beribadah kepada-Ku di padang gurun.”. Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa Musa secara langsung menyatakan bahwa ia adalah utusan Tuhan, yang diutus untuk membebaskan Bani Israel dari perbudakan di Mesir dan menyampaikan hukum Tuhan kepada mereka.
Sampai dengan saat ini, Yahudi masih mengajarkan Tuhan yang Esa. Ini adalah pernyataan paling fundamental dalam iman Yahudi, dan mereka menolak segala bentuk politeisme atau konsep Tuhan yang terdiri dari beberapa pribadi. Berikut konsep ketuhanan pada Yahudi.
- Monoteisme murni. Tuhan dalam Yudaisme adalah satu dan tidak terbagi. Dia tidak memiliki sekutu, perantara, atau inkarnasi dalam bentuk manusia. Tidak ada konsep Tuhan beranak atau diperanakkan.
- Nama Tuhan dalam Taurat sering disebut sebagai YHWH (Yahweh), tetapi orang Yahudi sangat menghormati nama ini dan biasanya menggantinya dengan Adonai (Tuhan) atau Elohim saat membaca kitab suci mereka.
Tuhan Nasrani (Kristen)
Tokoh sentral agama Nasrani adalah Nabi Isa, yang disebut oleh pemeluk Nasrani (Kristen) sebagai Yesus. Yesus hidup pada tahun 1 SM - 32 M, sekitar 1500 tahun setelah Yahudi.
Bagaimana pandangan dan ajaran ketuhanan versi Yesus? Yesus secara tegas menyatakan Tuhan yang esa. Dalam Alkitab, Yesus sering kali menekankan keesaan Tuhan. Contohnya, dalam Markus 12:29, Yesus mengutip Shema Israel, sebuah doa utama dalam Yudaisme: “Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa.”.
Selain itu, dalam Yohanes 17:3, Yesus berdoa kepada Tuhan dan berkata: "Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus".
Terkait dengan peran dirinya, Yesus menyatakan diri sebagai utusan Tuhan. Yohannes 17:3 secara eksplisit menyatakan hal tersebut. Selain itu, ditegaskan juga dalam Yohanes 5:30, Yesus berkata: "Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku".
Selanjutnya muncul pertanyaan, jika Yesus menyatakan Tuhan yang Esa, bagaimana dengan Trinitas? Keyakinan tentang Trinitas berkembang kemudian, sebagai hasil dari interpretasi ajaran Yesus dan tulisan-tulisan para rasul. Berikut adalah beberapa faktor utama yang menjelaskan mengapa Kristen saat ini meyakini Trinitas:
- Interpretasi Ajaran Yesus dan Peran-Nya. Dalam beberapa bagian Injil, Yesus berbicara tentang hubungan-Nya dengan Tuhan dalam cara yang berbeda dari nabi-nabi sebelumnya. Contohnya, dalam Yohanes 10:30, Yesus berkata: "Aku dan Bapa adalah satu.”. Dan dalam Matius 28:19, setelah kebangkitan-Nya, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.”. Kata-kata seperti ini membuat banyak teolog Kristen awal memahami bahwa Yesus bukan hanya utusan Tuhan, tetapi memiliki hubungan yang lebih dalam dengan Tuhan, yang kemudian berkembang menjadi doktrin Trinitas.
- Perkembangan Teologi di Gereja Awal. Konsep Trinitas tidak langsung ada sejak zaman Yesus. Setelah Yesus wafat, para pengikutnya mencoba memahami hubungan antara Allah (Bapa), Yesus (Anak), dan Roh Kudus. Hal ini menjadi perdebatan besar dalam gereja awal. Pada tahun 325 M, di bawah kekuasaan Kaisar Romawi Konstantinus, Konsili Nicea menetapkan doktrin bahwa Yesus adalah sehakikat dengan Allah. Lalu, pada Konsili Konstantinopel (381 M), doktrin Trinitas semakin ditegaskan: 'Allah terdiri dari tiga pribadi: Bapa, Anak (Yesus), dan Roh Kudus', tetapi tetap satu dalam esensi. Jadi, doktrin Trinitas berkembang sebagai hasil dari interpretasi teologis terhadap ajaran Yesus, tulisan para rasul, dan keputusan gereja pada masa awal.
- Pandangan Berbeda dalam Kekristenan. Perlu dicatat bahwa tidak semua orang Kristen di awal sejarah menerima Trinitas. Ada kelompok seperti Arianisme, yang percaya bahwa Yesus diciptakan oleh Allah dan tidak sehakikat dengan-Nya. Namun, pandangan ini akhirnya dianggap sesat oleh gereja resmi. Di zaman modern, ada juga kelompok Kristen Unitarian yang tetap percaya bahwa Tuhan itu satu dan menolak Trinitas.
Tuhan Islam
Tokoh sentral Islam adalah Nabi Muhammad, yang hidup pada tahun 571-632 M, sekitar 600 tahun setelah kelahiran Nasrani. Agama yang di bawa Muhammad menegaskan Tuhan yang Esa, sebagai mana disebutkan pada kitab sucinya, Al-Qur'an, Surah Al-Ikhlas : “Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”.
Sejak awal hingga kini, pemeluk Islam sangat tegas terhadap keesaan Tuhan, dan menolak segala konsep yang merubahnya. Beberapa kelompok Islam ada yang membangun konsep 'wahdatul wujud', yang menganggap penyatuan diri dengan tuhan. Konsep ini mungkin serupa dengan konsep yang terbangun pada agama Kristen, yang selanjutnya muncul sebagai konsep trinitas dalam diri Yesus. Namun konsep wahdatul wujud tidak berkembang, bahkan beberapa tokohnya dihukum mati oleh golongan mayoritas.
Muhammad menyatakan dirinya sebagai utusan tuhan, sebagaimana disebutkan pada kitab suci Al-Quran, Surat Al-Fath ayat 29: "Muhammad adalah utusan Allah...", dan juga disebutkan dalam Surat Al-Anbiya ayat 107: "Kami tidak mengutus engkau (Nabi Muhammad), kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam".
Tuhan Yahudi, Kristen dan Islam
Apakah Tuhan Yahudi, Kristen dan Islam adalah Tuhan yang sama, atau berbeda? Dari perspektif monoteistik, Allah yang disebut oleh Musa, Yesus, dan Muhammad adalah Allah yang sama, yaitu Tuhan yang Esa, Pencipta langit dan bumi. Ketiga agama mengajarkan bahwa hanya ada satu Tuhan yang sejati. Dan ketiganya juga mengajarkan bahwa Musa, Yesus dan Muhammad adalah utusan Tuhan yang diberi tugas untuk membimbing umat manusia.
Meskipun konsep ketuhanan dalam tiap agama memiliki perbedaan teologis, misalnya dalam Kristen, banyak yang meyakini konsep Trinitas, sementara Yudaisme dan Islam menolak gagasan tersebut, ketiga ajaran ini tetap berpijak pada pengakuan bahwa hanya ada satu Tuhan yang sama yang mengutus para nabi. Jadi, jika melihat dari sudut pandang tauhid (keesaan Tuhan), bisa dikatakan bahwa Musa, Yesus, dan Muhammad semua mengajarkan penyembahan kepada Tuhan yang sama, meskipun pemahaman umat mereka tentang Tuhan berkembang dengan cara yang berbeda seiring waktu.
Jika Tuhan mereka sebetulnya sama, bagaimana pandangan Yahudi terhadap Yesus dan Muhammad? Yahudi tidak menerima Yesus sebagai Mesias atau Anak Tuhan. Mereka melihat-Nya sebagai seorang pengajar Yahudi, tetapi bukan sebagai sosok ilahi.
Yahudi juga tidak menerima Muhammad sebagai nabi dan tidak menganggap Al-Qur'an sebagai wahyu Tuhan, karena hal-hal berikut:
- Teologis: Mereka Percaya Kenabian Hanya untuk Bani Israel. Dalam ajaran Yudaisme, mereka percaya bahwa nabi-nabi diutus hanya untuk bangsa Israel dan berasal dari keturunan mereka sendiri. Dalam Ulangan 18:18, Tuhan berfirman: "Aku akan membangkitkan bagi mereka seorang nabi dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya.” Sebagian umat Kristen dan Islam menafsirkan bahwa ini merujuk kepada Muhammad, karena “saudara” Bani Israel adalah Bani Ismail (keturunan Nabi Ismail, yang merupakan saudara Ishak). Namun, orang Yahudi menafsirkan bahwa nabi yang dimaksud harus berasal dari Bani Israel sendiri, sehingga mereka menolak Muhammad karena berasal dari suku Quraisy (keturunan Ismail).
- Historis: Ketegangan antara Nabi Muhammad dan Yahudi di Madinah. Ketika Nabi Muhammad hijrah ke Madinah, di sana sudah ada komunitas Yahudi yang cukup besar. Awalnya, beliau berharap mereka akan menerima Islam, karena Islam menegaskan keesaan Tuhan seperti dalam Yudaisme. Namun, banyak orang Yahudi Madinah menolak kenabiannya karena: a. Mereka tidak mengenalnya sebagai bagian dari tradisi kenabian Yahudi; b. Muhammad tidak membawa hukum Taurat tetapi wahyu yang berbeda (Al-Qur'an); c. Islam menganggap dirinya sebagai penyempurna ajaran sebelumnya, sementara Yahudi percaya Taurat sudah lengkap. Ketegangan ini meningkat ketika beberapa suku Yahudi Madinah dianggap melanggar perjanjian dengan umat Islam, yang akhirnya berujung pada konflik seperti pengusiran suku Bani Qainuqa' dan Bani Nadhir, serta hukuman bagi Bani Quraizhah setelah mereka dianggap berkhianat dalam Perang Khandaq.
- Perbedaan dalam Konsep Wahyu. Dalam Yudaisme, mereka percaya bahwa Taurat adalah wahyu Tuhan yang terakhir dan tidak bisa digantikan. Sementara Islam mengajarkan bahwa Al-Qur'an adalah wahyu terakhir yang menggantikan kitab-kitab sebelumnya jika terjadi penyimpangan. Bagi orang Yahudi, tidak ada nabi setelah zaman Nabi Maleakhi (sekitar 400 SM). Maka, mereka tidak hanya menolak Muhammad, tetapi juga Yesus dan nabi-nabi lain setelah era itu.
Tuhan di India
Hindu
Hindu adalah agama tertua di India dan memiliki konsep ketuhanan yang kompleks. Di satu sisi, Hindu sering dianggap politeistik karena memiliki banyak dewa (Brahma, Vishnu, Shiva, dll.). Namun, dalam tradisi Vedanta dan kitab Upanishad, ada konsep Brahman, yaitu Tuhan yang Esa, Mahatinggi, dan tidak berwujud. Contoh ayat dalam Upanishad yang menekankan keesaan Tuhan: “Ekam evadvitiyam”; Tuhan itu Esa, tidak ada yang kedua. (Chandogya Upanishad 6.2.1). Beberapa aliran Hindu, seperti Brahmo Samaj dan Arya Samaj, menolak penyembahan banyak dewa dan lebih menekankan monoteisme.
Agama Hindu tidak memiliki konsep nabi seperti dalam Yudaisme, Kristen, dan Islam. Dalam tradisi agama samawi, seorang nabi adalah utusan Tuhan yang menerima wahyu dan menyampaikan hukum-hukum Tuhan kepada umat manusia. Sebaliknya, dalam Hindu, ajaran agama berasal dari kitab suci dan para resi (sages/rishi), bukan dari nabi yang menerima wahyu langsung dari Tuhan.
Ajaran Hindu juga sering dikaitkan dengan Dewa-Dewa, bukan hanya manusia. Contohnya: Dewa Brahma dianggap sebagai pencipta Weda, Dewa Krishna dalam kitab Bhagavad Gita memberikan ajaran kepada Arjuna tentang dharma (kewajiban moral dan spiritual). Karena itu, dalam Hindu tidak ada konsep seorang nabi yang menerima wahyu langsung dari Tuhan, tetapi lebih kepada orang bijak atau dewa yang memberikan ajaran.
Selain para Rishi, ada juga tokoh-tokoh yang memperkuat dan menyebarkan ajaran Hindu, misalnya: Adi Shankaracharya (788–820 M), yang mengembangkan ajaran Advaita Vedanta (filsafat ketuhanan dalam Hindu). Berikutnya Ramanuja (1017–1137 M), yang menyebarkan ajaran bhakti (pengabdian kepada Tuhan). Namun, mereka lebih sebagai guru spiritual (Acharya), bukan nabi.
Budha
Budha didirikan oleh Siddhartha Gautama (563–483 SM). Berawal dari reaksi terhadap sistem kasta Hindu dan pencarian makna hidup serta penderitaan. Menyebar ke seluruh Asia, termasuk Tibet, China, Jepang, dan Asia Tenggara.
Tidak ada nabi dalam Buddhisme seperti dalam agama samawi. Siddhartha Gautama, yang kemudian dikenal sebagai Buddha, bukan nabi yang menerima wahyu dari Tuhan, tetapi lebih seperti seorang filsuf dan guru spiritual yang menemukan jalan menuju pencerahan (nirwana).
Konsep Ketuhanan dalam Buddhisme tidak ada Tuhan personal seperti dalam Islam atau Kristen, namun lebih fokus pada hukum alam (Dharma) dan siklus reinkarnasi (samsara).
Tuhan di China
Konfusianisme
Didirikan oleh Kong Fuzi (Confucius/Konfusius) sekitar 551–479 SM di China. Fokus utamanya adalah moralitas, etika sosial, dan pemerintahan yang baik. Tidak membahas Tuhan secara langsung, tetapi ada konsep "Tian" (天) yang bisa diartikan sebagai "Langit" atau "Kehendak Ilahi". Konsep ini mirip dengan pemahaman Tuhan dalam monoteisme, tetapi tidak memiliki sistem ibadah yang spesifik.
Konfusianisme berpengaruh besar di China, Korea, dan Jepang selama ribuan tahun.
Taoisme
Taoiem memiliki konsep Tuhan yang Abstrak. Taoisme mengajarkan konsep "Tao", yang bisa diartikan sebagai hukum alam atau kekuatan yang mengatur alam semesta. Taoisme lebih bersifat spiritual dan filosofis, bukan teistik dalam arti seperti Islam atau Yudaisme.
Agama Tradisional China
Sebelum Buddha dan Konfusianisme menyebar, masyarakat China kuno menyembah Shangdi (上帝), yang berarti Tuhan Tertinggi. Mereka percaya bahwa Shangdi adalah penguasa tertinggi di langit, yang mengontrol dunia dan memberikan mandat kepada kaisar. Konsep Shangdi ini mirip dengan Tuhan dalam Yudaisme dan Islam; Esa, Mahakuasa, dan tidak berwujud. Namun, seiring waktu, agama di China lebih banyak mengadopsi Buddhisme dan Konfusianisme, yang kurang berfokus pada Tuhan personal.
Agama Lainnya
Zoroastrianisme (Majusi)
Didirikan oleh Nabi Zoroaster (Zarathustra), sekitar 1000–600 SM di Persia (sekarang Iran). Konsep ketuhanan Monoteistik, menyembah Ahura Mazda sebagai Tuhan yang Maha Esa. Kitab sucinya Avesta. Sedangkan ajaran utama adalah Pertarungan antara kebaikan (Ahura Mazda) dan kejahatan (Angra Mainyu). Agama ini mempengaruhi konsep surga, neraka, dan hari kiamat dalam Yudaisme, Kristen, dan Islam. Saat ini jumlah pengikutnya sangat sedikit, tetapi masih ada komunitas Zoroastrian di Iran dan India (kaum Parsis).
Shinto, Jepang
Agama ini berkembang sejak zaman kuno (~1000 SM), dengan konsep ketuhanan politeistik, menyembah banyak Kami (roh atau dewa alam). Tidak memiliki kitab utama, tetapi ada Kojiki dan Nihon Shoki yang berisi mitologi Jepang. Ajaran utamanya adalah keharmonisan dengan alam, penghormatan terhadap leluhur, dan ritual penyucian, sering bercampur dengan Buddhisme. Shinto tidak memiliki nabi atau doktrin ketat, tetapi lebih ke praktik ritual dan penghormatan terhadap roh leluhur. Agama ini masih menjadi agama utama di Jepang.
Agama Pribumi Afrika
Beberapa agama yang berkembang di Afrika antara lain Yoruba (Nigeria), Vodun (Haiti & Afrika Barat), Dini Tradisional Maasai (Kenya/Tanzania). Konsep ketuhanan bersifat monoteistik atau animistik (mempercayai roh dalam alam). Ajaran utama adalah penyembahan nenek moyang, ritual tradisional, dan hubungan dengan roh alam.
Agama Pribumi Amerika (Suku Indian)
Beberapa agama yang muncul di Amerika adalah Inca (Peru), Hopi (Arizona), Lakota (Sioux Nation). Konsep ketuhanannya politeisme dan animisme, yaitu menyembah roh alam seperti Matahari, Bulan, dan Bumi. Ajaran utamanya ritual untuk menghormati roh, praktek perdukunan, dan kepercayaan akan siklus kehidupan. Saat ini banyak yang punah atau bercampur dengan Kristen dan Katolik.
Agama Setelah Islam
Sikhisme
Agama ini didirikan oleh Guru Nanak (1469–1539 M) di Punjab, India, sangat jelas menekankan keesaan Tuhan. Dalam kitab sucinya, Guru Granth Sahib, tertulis: "Ik Onkar" – Tuhan itu satu. Sikhisme memiliki kesamaan dengan Yahudi dan Islam dalam hal monoteisme, meskipun mereka tidak mengikuti nabi seperti dalam Islam atau Yudaisme. Ajaran utamanya adalah : Tuhan itu Esa dan tidak berbentuk, Semua manusia setara tanpa kasta.
Agama ini nampak seperti kombinasi unsur Islam dan Hindu. Jumlah pengikut saat ini sekitar 25-30 juta orang, terutama di India dan diaspora Sikh di seluruh dunia. Sikhisme menjadi agama terbesar yang lahir setelah Islam.
Baha’i – Persia (Iran)
Baha'i didirikan oleh Baha’u’llah (1817–1892 M) di Persia. Konsep ketuhanan monoteisme, percaya pada satu Tuhan universal. Kitab sucinya adalah Kitab Aqdas. Ajaran utama: Semua agama berasal dari Tuhan yang sama, kesatuan umat manusia, kesetaraan gender, dan perdamaian dunia, Mengakui Musa, Yesus, dan Muhammad sebagai nabi, tetapi juga mengakui Baha’u’llah sebagai nabi terbaru. Jumlah pengikut saat ini sekitar 5-8 juta orang, tersebar di lebih dari 200 negara.
Mormonisme
Didirikan oleh Joseph Smith (1805–1844 M) di Amerika Serikat. Merupakan gerakan Yesus Kristus dari orang-orang suci zaman akhir. Kitab sucinya adalah Kitab Mormon (selain Alkitab). Ajaran utama: Percaya kepada Yesus, tetapi dengan tambahan wahyu baru, Percaya bahwa Tuhan memberikan kitab baru kepada Amerika, Ada konsep poligami (dulu), baptisan untuk orang mati, dan hierarki gereja yang unik. Jumlah pengikut saat ini sekitar 17 juta orang, terutama di AS dan Amerika Latin.
Komentar
Posting Komentar