Pada bagian sebelumnya, telah dijelaskan sejarah pada sekitar tahun 3.000 – 2.000 SM. Selama masa tersebut, tokoh-tokoh yang muncul antara lain Gilgamesh, Firaun dan paramidanya di Mesir, Urukagina, dan Sargon Yang Agung. Sedangkan nabi yang hidup pada masa tersebut adalah Hud AS dan Shaleh AS.
NABI IBRAHIM AS (1.997 – 1.822 SM)
Nabi Ibrahim AS adalah keturunan Hud AS yang ke enam atau keturunan Nuh AS yang ke sepuluh, dengan silsilah Ibrahim bin Tarikh (250 th) bin Nahur (148 th) bin Sarugh (230 th) bin Raghu (239 th) bin Faligh (439 th) bin Abir (464 th) yang tidak lain adalah Nabi Hud AS. Nabi dilahirkan di Kaldaniyyun, sebuh kawasan di Babilonia, oleh seorang ibu bernama Amilah, pada saat Tarikh (nama lain dari Azar) berumur 75 tahun, memiliki saudara diantaranya Nahur dan Haran, yang kelak menjadi ayah dari Nabi Luth AS. Selain nama Ibrahim, nabi juga punya nama lain al-Ausath.
Nabi berhadapan dengan raja
Babilonia bernama Namrud bin Kanán bin Kausy bin Sam bin Nuh AS, namun Riwayat
lain mengatakan, Namrud bin Falikh bin Abir atau Hud AS. Nabi di hukum oleh
raja, di bakar dalam kobaran api, yang konon, api menyala selama 40 atau 50
hari. Dikisahkan, Raja Namrud dan pasukannya di serang oleh lalat yang dikirim
malaikat, sehingga mereka mati dan hanya meninggalkan tulang belulang.
Selama masa dakwahnya, Nabi
berpindah-pindah tempat tinggal, antara lain ke Harran, kemudian pindah ke Syam,
pindah lagi ke Mesir dan akhirnya kembali lagi ke Syam. Beliau menetap di Syam
sampai akhir hayatnya. Ketika istri kedua melahirkan Ismail, Nabi pergi ke Arab
dan menempatkan Ismail beserta Ibunya tinggal di Arab.
Tujuan kepindahan pertamanya
adalah Harran, dan tinggal beberapa waktu di sana, sampai mendapatkan istri
tercintanya yang sangat cantik, Sarah. Saat itu, penduduk Harran menyembah
tujuh bintang.
Waktu berikutnya, Nabi hijrah ke
Syam. Setibanya di Syam, Nabi menerima wahyu bahwa “sesungguhnya Aku menjadikan
negeri ini untuk orang-orang yang hidup setelah dirimu”. Nabi menyampaikan
syukur dengan berqurban dan membangun kubah Baitul Maqdis.
Selanjutnya Nabi melanjutkan
perjalanan ke At-Taiman. Karena terjadi krisis kelaparan, Nabi meneruskan
perjalanan ke Mesir. Di Mesir, Nabi bertemu dengan raja yang hendak mengambil istrinya
yang cantik, Sarah. Raja Mesir tersebut bernama Amr bin Imruúl Qais bin
Mailawan bin Saba. Namun karena Sarah di lindungi dan menampakkan keajaiban,
akhirnya Sarah dikembalikan kepada Nabi dan bahkan diberikan berbagai harta
benda. Bahkan, Sarah di beri hadiah seorang budak wanita bernama Hajar.
Setelah raja melepaskan Sarah,
akhirnya Nabi dan rombongan kembali ke Baitul Maqdis. Setibanya di Baitul
Maqdis, atas perintah Ibrahim, Luth meneruskan perjalanan menuju al-Ghaur,
Ghaur Zaghar dan singgah juga di kota Sodom. Karena Nabi Luth membawa harta
cukup banyak, penguasa setempat mengejar dan merampas harta tersebut. Mendengar
berita tersebut, Nabi Ibrahim membawa 318 pasukan untuk melawan perampas. Nabi
mendapatkan kemenangan, dan Kembali pulang ke Baitul Maqdis dengan penyambutan
kemenangan yang meriah oleh penguasa setempat.
Di negeri ini, Hajar melahirkan
Nabi Ismail, ketika usia Nabi Ibrahim 86 tahun, tiga belas tahun sebelum
kelahiran Nabi Ishaq. Kelahiran Ismail menimbulkan kecemburuan yang berlebihan
bagi Sarah, sehingga minta kepada Ibrahim untuk menyingkirkan Ismail dan
ibunya. Akhirnya Ibrahim membawa Hajar beserta anaknya dan menempatkannya di Tsaniyah,
lembah gunung Faran, Mekah. Kitab An-Nawadir mengisahkan, begitu marahnya
Sarah, dia bersumpah akan memotong tubuh Hajar menjadi tiga bagian. Untuk menghapus
sumpahnya, Ibrahim meminta Sarah untuk menindik kedua telinga Hajar dan
mengkhitannya. Maka, Hajar menjadi wanita pertama yang di tindik, dan di khitan.
Hajar juga menjadi wanita pertama yang memanjangkan rok baju bawahnya. Rok
panjang dimaksudkan untuk menghapus jejak perjalanan Hajar meninggalkan Sarah.
Setelah ditinggal oleh Ibrahim,
Hajar menyusui Ismail dan hidup di tempat itu dengan perbekalan yang di bawa.
Ketika perbekalan sudah habis, Hajar mencari-cari air, hingga akhirnya keluar
air Zam Zam. Berkat air Zam Zam, Hajar dan Ismail bisa hidup di tempat tersebut.
Keberadaan air tersebut mengundang kabilah Jurhum yang sedang dalam perjalanan
menuju Baitullah. Akhirnya kabilah ini hidup menetap bersama Hajar dan Ismail.
Pada saat Ismail berusia 13 tahun
dan Ibrahim berusia 99 tahun, Ibrahim memerintah Ismail dan semua anak
laki-laki untuk di khitan. Nabi Ibrahim sendiri khitan Ketika berusia 80 tahun,
menggunakan qaddum atau kapak. Ibrahim juga mendapat perintah untuk menyembelih
Ismail, dan setelah maksud itu disampaikan kepada anaknya, Ismail menyetujui.
Namun, Tuhan mengganti Ismail dengan seekor Kibasy atau kambing besar berwarna
putih, mata hitam dan tanduk besar[1].
Setelah Ismail cukup dewasa, Nabi
menikah dengan gadis Jurhum, dan beberapa waktu setelah pernikahan, ibundanya
meninggal dunia. Suatu Ketika Ibrahim datang menemui Ismail dan meminta Ismail
untuk menceraikan istrinya dan menikah lagi dengan wanita lain.
Atas perintah Tuhan, Ibrahim dan
Ismail merenovasi Baitullah. Tempat di bangunnya Baitullah ditunjukkan oleh
angin berkepala ular dengan dua sayap bernama al-khajuj. Baitullah di bangun
dari bebatuan lima gunung. Saat proses pembangunan, seorang raja, bernama
Dzulqarnaian menanyakan kepada Ibrahim, perihal siapa yang menyuruh pembangunan
tersebut, pada akhirnya, raja tersebut beriman kepada Ibrahim. Dijelaskan,
bahwa titik sentral Baitullah jika direntangkan ke atas sejajar dengan
tempat-tempat ibadah di penjuru langit yang berlapis-lapis hingga tembus Baitul
Makmur yang merupakan kabah penduduk langit ketujuh.
Nabi Ibrahim lahir pada masa
pemerintahan Raja Namrud bin Kan’an keturunan Bani Rasib, yang kepada mereka di
utus nabi Nuh AS. Pada masa kelahiran Nabi Ibrahim, Raja Namrud memerintahkan
pembunuhan kepada semua bayi laki-laki, namun Nabi Ibrahim selamat dan tumbuh
menjadi besar. Nabi lahir di as-Sus, ada juga yang menyatakan di Babilonia,
atau di Sawad Kawasan Kutsi atau di Barzah Kawasan timur Damaskus. Tempat
tinggal terakhir di Iliya.
Sarah meninggal sebelum
Ibrahim di Hebron, wilayah negeri Kan’an
pada usia 127 tahun. Setelah kematian Sarah, Ibrahim menikahkan Ishaq dengan Rifqa
binti Bituail bin Nahur bin Tarih. Beliau sendiri akhirnya menikah dengan
Qanthura binti Yaqthan yang berasal dari kaum Kan’an. Dari pernikahan ini,
lahir Zamran, Yaqsyan, Madan, Madyan, Syiyaq dan Syuh. Nabi juga menikah lagi
dengan Hajun binti Amin yang melahirkan lima anak yaitu Kisan, Sauraj, Amin,
Luthan dan Nafis.
Nabi Ibrahim dikenal sebagai
orang yang pertama kali menjamu tamu, berkhitan, mencukur kumis, mencukur bulu
kemaluan, memiliki uban, memakai celana panjang.
Nabi meninggal pada usia 175 atau 190 tahun, dan di makamkan oleh Ismail dan Ishaq di gua wilayah Hebron, disamping istrinya, Sarah. Saat ini wilayah itu di sebut al-Khalil dan bangunan makam di bangun oleh Nabi Sulaiman berisi makam Ibrahim, Sarah, Ishaq, dan Ya’qub.
Siapakah Raja Namrud
Siapakah sebenarnya Raja Namrud, kenapa tidak muncul pada cerita sejarah modern? Raja Namrud, atau Nimrod hanya muncul pada buku-buku sejarah agama. Penulis belum menemukan nama Namrud pada buku sejarah modern. Pada berbagai referensi agama, disebutkan Raja Namrud berkuasa di Mesopotamia sejak 2.275 – 1.943 SM. Sedangkan menurut buku sejarah modern, pada masa tersebut, yang berkuasa di Mesopotamia adalah Kekaisaran Akkadia, yaitu keturunan Sargon Agung bernama Naram-Sim (2.274 – 2.218 SM), Shar-kali-shari (2.218 – 2.190 SM), dan masa kacau tanpa raja yang kuat (2.190 – 2.150 SM). Tahun-tahun berikutnya dikuasai oleh kelompok barbar, hingga muncul raja dari Dinasti Ur pada 2.112 – 2.004 SM, dengan salah satu rajanya yang terkenal Ur-Nammu.
Sebagaimana disebutkan pada bab
sebelumnya, Raja Naram-Sim adalah raja Mesopotamia pertama yang menyatakan
dirinya sebagai dewa. Sebagaimana kisah Namrud yang mengaku sebagai Tuhan, bisa
jadi, Namrud adalah raja yang sama dengan Naram-Sim. Sedangkan dari kemiripan
Namanya, bisa jadi Raja Namrud adalah raja yang sama dengan Ur-Nammu. Jika
benar demikian, masa kehidupan Nabi Ibrahim AS bukan 1.997 – 1.822 SM, tapi
masa sebelum tahun 2.000 SM, karena Raja Naram-Sim telah meninggal pada 2.218
SM, sedangkan raja Ur-Nammu meninggal tahun 2.094 SM.
Berikut adalah kisah lain tentang
Abram (nama lain Nabi Ibrahim AS) yang hidup semasa dengan Dinasti Ur, yaitu
sebelum 2.004 SM. Abram adalah anak lelaki Terah, atau Tarikh atau Azhar, lahir
di kota Ur, seorang berbangsa Akkadia, yang berasal dari leluhur Biblis orang
Semit. Terah, Abram dan keluarganya hidup di kota Ur, yang saat itu dalam kuasa
Raja Naram-Sim, Shar-kali-shari, selanjutnya dikuasai gerombolan barbar. Saat
muncul Raja di Kota Lagash yang mengusir gerombolan barbar, bernama Raja Utuhegal,
dan dia hendak melanjutkan penyerangan ke kota Ur, Terah dan keluarganya
memutuskan untuk pergi meninggalkan kota.
Mereka meninggalkan kota Ur
menuju daerah baru sisi barat, yaitu di pantai Laut Tengah. Namun karena medan
perjalanan yang sulit, mereka tidak lurus ke barat melainkan memutar melewati
sisi utara. Sesampainya di Kota Haran, mereka berhenti dan akhirnya memutuskan
untuk menetap. Kota Haran relatif damai, karena tidak terjangkau oleh perebutan
dan peperangan para raja Mesopotamia. Seperti halnya kota Ur, warga di kota
Haran juga menyembah bulan. Mungkin karena alasan inilah, Terah yang sudah tua
memutuskan untuk tinggal. Setelah sekitar empat tahun di Haran, Abram dan
rombongan berangkat menuju Shechem, yang dikenal dengan tanah Kanaan. Pada masa
selanjutnya, tanah Kanaan disebut oleh bangsa Yahudi sebagai Israel, disebut
oleh bangsa Romawi sebagai Palestina dan di sebut oleh para pejuang salib sebagai
Levant. Inilah tanah yang dijanjikan Tuhan kepada Abram, yang mana Abram akan
dijadikan bapak sebuah bangsa yang besar dan diberkati.
Namun Abram belum memahami janji Tuhan.
Abram berpikir, mereka pergi dari Ur, menjauhkan diri dari bangsa Sumeria,
Semit dan kaum barbar dari Elam, menuju tanah yang kosong. Ternyata tanah yang
dijanjikan, telah dihuni oleh kaum Kanaan, atau kaum Semit Barat. Namun
demikian, meskipun kaum Semit Barat telah hidup ribuan tahun di tempat
tersebut, namun tidak ada tokoh atau kerajaan yang muncul dari Kawasan
tersebut. Sehingga Abram menjadi tokoh pertama yang mengangkat tanah Kanaan ke
dalam daftar sejarah.
Pada saat Ibrahim berjuang keras mempertahankan tanah yang dijanjikan di Hebron, kekuasaan Ur-Nammu sudah diwarisi oleh anaknya, Shulgi. Shulgi mampu memulihkan kekacauan kerajaan, menata ulang administrasi dan meluaskan wilayahnya hingga sampai ke Assur, Nineweh dan Susa.
NABI LUTH AS (1.950 – 1.870 SM)
Luth AS adalah putra Haran bin Tarih atau Azar, yang tidak lain adalah ayah Nabi Ibrahim AS. Setelah melakukan perjalanan bersama rombongan Nabi Ibrahim dan berhenti di Syam (Hebron), Luth melanjutkan perjalanan ke negeri Gharzaghar, tepatnya di kota Sodom.
Kaum Sodom banyak berbuat maksiat
dan dikenal dengan homoseksual. Kaum Sodom di azab Allah Swt dengan hujan batu
dari tanah yang terbakar[2].
Akibat bencana tersebut, daerah Sodom menjadi danau busuk. Istri nabi Luth
termasuk yang terkena azab, dia bernama Walilah.
Luth AS berdakwah di Sodom,
Amurah atau Danau Luth atau Laut Mati. Luth AS meninggal pada usia 80 tahun di
desa Shafrah Syiria, dengan meninggalkan dua putri, yaitu Ratsiya dan Zarita.
Seperti halnya masa kehidupan Nabi Ibrahim AS, masa kehidupan Nabi Luth AS mungkin bukan tahun 1.950 – 1.870 SM, namun sesuai penjelasan sebelumnya tentang Ibrahim AS dan Raja Namrud, Nabi Luth AS hidup pada masa sebelum tahun 2.000 SM, yaitu pada saat Dinasti Ur menguasai Sumeria di Kawasan Mesopotamia.
Kehancuran Sumeria (2.004 SM)
Setelah masa pemerintahan Shulgi yang relatif sejahtera selama 47 tahun, Raja mewariskan kerajaan kepada anaknya, namun hanya selama delapan tahun, kemudian digantikan cucunya, Shu-sin. Pada masa ini, pemerintahan berjalan tidak stabil, karena seluruh negeri menderita kekurangan pangan, akibat tanah yang makin bergaram sehingga tidak subur lagi. Kondisi ini mengakibatkan kekacauan politik, beberapa gubernur memisahkan diri dari Shu-sin. Pada masa ini juga muncul serangan dari kaum Amori, yaitu kaum semit dari arah Haran. Untuk menahan kaum Amori, raja Shu-sin membuat tembok sepanjang 250 kilometer menutup celah sungai Efrat dan Tigris di sekitar Kazallu.
Raja Shu-sin digantikan anaknya,
Ibbi-sin. Roda pemerintahan semakin buruk. Jenderal yang dipercayainya, Ishbi-Erra,
berkhianat dengan mengambil alih daerah kekuasaan di sisi utara, dan membentuk kerajaan
baru di kota Isin bernama Dinasti Isin. Puncaknya, pada tahun 2.004, di masa
pemerintahan yang semakin lemah, kerajaan Ibbi-sin digempur dan ditaklukkan
oleh Kindanu dari kaum Elam. Kota Ur di bakar dan diratakan dengan tanah.
Sejarah dan budaya kaum Sumeria di Kawasan Mesopotamia telah berakhir, punah,
digantikan oleh kaum Elam, Amori dan Semit.
Sedangkan Abram beserta keturunannya, telah pindah meninggalkan Ur,
dan menempati tanah yang dijanjikan, di Hebron Kawasan Israel.
Sepuluh tahun setelah kehancuran
Sumeria, Ishbi-Era bergerak dari Isin menuju Ur, Uruk dan Nippur untuk mengusir
Elam, dan sukses. Namun Larsa dan Eshnunna tetap tidak terjangkau, karena sang
raja meninggal tidak lama setelahnya, dan digantikan anaknya. Sekitar lima
puluh tahun berikutnya, Isin dan Larsa terlibat peperangan tanpa henti dan
tidak ada kemenangan yang di raih. Sampai akhirnya pada tahun 1.930 SM, raja
Larsa kelima, Gungunum sukses memperluas wilayahnya sampai ke Ur, Nippur dan Susa.
Sementara, Babilon dikuasai oleh raja Sumu-abun.
Pada tahun 1.834 SM, seorang Elam barat menyerbu dan merebut Larsa, Ur dan Nippur, dan memberikan kekuasan pada anaknya Rim-sim. Sementara di bagian selatan, Assur, sekitar tahun 1.804 SM, seorang Amori bernama Shamshi-Adad muncul menguasai kota dan terus memperluas kekuasannya. Sedangkan di tengah, pada tahun 1.792 SM, ketika pemimpin Amori di Babilon meninggal, putranya naik tahta bernama Hammurabi. Kini, Kawasan Mesopotamia terpecah menjadi tiga kerajaan, yaitu sisi selatan dikuasai Rim-sim (1.822 – 1.763 SM), tengah dikuasai Hammurabi (1.792 – 1.750 SM), sementara sisi utara dikuasai Shamshi-Adad (1.813 – 1.781 SM).
NABI ISMAIL AS (1.911 – 1.774 SM)
Ismail AS adalah putra Ibrahim AS dari seorang wanita, yang diberikan oleh Raja Mesir kepada Sarah, sebagai budak, yang bernama Hajar. Ismail AS lahir di Hebron, hidup bersama ayah ibu dan Sarah. Sesuai perintah Tuhan, Ibrahim AS membawa Ismail AS ke Mekkah dan tinggal menetap di sana bersama ibunya. Kisah lain menceritakan, kecintaan Ibrahim AS kepada Ismail AS dan ibunya membuat Sarah cemburu berat, hingga Sarah bermaksud menyakiti Hajar. Untuk menghindari melapetaka tersebut, Ibrahim membawa Hajar dan anaknya menjauh dari Hebron.
Disebutkan diatas, tahun kelahirannya adalah 1.911 SM. Namun
demikian, sesuai penjelasan pada bagian sebelumnya, Nabi Ibrahim menerima budak
Hajar pada tahun 2085 SM, jadi besar kemungkinan Nabi Ismail AS lahir dan wafat
pada sekitar tahun 2080 – 1943 SM. Jika perhitungan ini benar, berarti di saat Ismail
AS menjalani dan merintis kehidupan di Mekah, bertepatan waktu dengan
kehancuran bangsa dan kerajaan Sumeria.
Ismail AS menjadi nabi untuk kaum
Jurhum, Amaliq, Yaman dan sekitarnya. Nabi adalah orang yang pertama kali bisa
berbahasa Arab dengan fasih, saat berusia 14 tahun. Beliau juga orang pertama
yang mengendarai kuda[3].
Ismail menikah dengan seorang
wanita dari kabilah Amaliq, bernama Imarah binti Sa’ad bin Usamah bin Ukail
al-Amaliq. Ketika Ibrahim AS berkunjung, sang ayah meminta istrinya diceraikan.
Ismail AS menceraikan istrinya dan menikah lagi dengan Sayyidah binti Madhadh
bin Amr l-Jurhumi. Sebagian ahli agama menjelaskan alasan Nabi Ibrahim meminta
perceraian anaknya. Yaitu, karena Ibrahim AS menginginkan wanita terbaik,
sebagai ibu untuk keturunan mulia yang dijanjikan Tuhan. Dari pernikahan ini
keduanya memiliki dua belas anak yaitu Nabit, Qaidzar, Wazbil, Maisyi, Masma’,
Masyi, Dausha, Arar, Yathur, Nabasy, Thayima, dan Qidzama.
Menjelang wafatnya, beliau menikahkan putrinya Nasamah dengan putra Ishaq AS bernama Al-Aish bin Ishaq. Dari perkawinannya, lahirlah Bani Ashfar yang menjadi moyang bangsa Romawi. Kisah lain menyebutkan pasangan ini melahirkan bangsa Yunani. Ismail AS wafat pada usia 137, dan di makamkan di Hijr di sisi makam ibunya.
NABI ISHAQ AS (1.897 – 1.717 SM) dan YA’QUB AS (1.837 – 1.690 SM)
Ishaq AS adalah putra Ibrahim AS, dari istri kesayangan Sarah. Nabi dilahirkan Ketika ayahnya berusia 100 tahun, ibunya berusia 90 tahun dan Ismail AS berusia 14 tahun. Seperti hal nya pada penjelasan Nabi Ismail AS, besar kemungkinan Nabi Ishaq AS tidak lahir pada tahun 1.897, namun sekitar tahun 2.065 SM, di Hebron.
Pada usia 40 tahun, Nabi menikah
dengan Rifqa binti Bitawabil, seorang wanita dari kaumnya sendiri yang dipilih ayahnya.
Dari pernikahan ini, lahir dua anak yaitu al-Aish (Aishu) dan Ya’qub AS.
Al-Aish menjadi moyang bangsa Romawi Yunani, sedangkan Ya’qub AS menjadi moyang
Bani Israil. Sebagaimana penjelasan tentang ayahnya Ishaq AS, besar kemungkinan
nabi Ya’qub AS lahir sekitar tahun 2.020 SM, bukan 1.837 SM.
Dikisahkan, karena kecemburuannya
terhadap Ya’qub AS, al-Aish bersumpah akan membunuhnya. Mengetahui rencana
pembunuhan ini, ibunya menyuruh Ya’qub pergi menemui saudara ibunya, Laban yang
tinggal di Harran. Setelah tiba di Harran, beliau tidur berbantal batu dan
bermimpi melihat sejenis tangga yang menjulur dari langit ke bumi. Malaikat
turun dari tangga tersebut dan Allah Swt berfirman, “sesungguhnya Aku akan
memberkahi dirimu dan memperbanyak anak-anak keturunanmu. Aku juga menjadikan
bumi ini untukmu dan untuk anak-anak keturunanmu yang hidup sepeninggalmu
nanti”. Ya’qub bangun dari mimpi tersebut dan bernazar akan membangun tempat
untuk menyembah Allah Swt dan akan memberikan sepersepuluh rejekinya untuk
Allah Swt. Kemudian tempat tersebut di namai Baitul Eil atau Baitullah,
kemudian hari disebut Baitul Maqdis.
Setelah hidup sekian lama dengan
Laban, Ya’qub AS tertarik menikahi putri pamannya yang kedua bernama Rahil,
yang sangat cantik. Untuk menikahinya, Ya’qub AS diminta mengembala kambing
selama tujuh tahun. Namun setelah tiba waktunya, ternyata Ya’qub AS harus
menikah dengan putri pertama, Liya. Jika ingin menikah dengan Rahil, Ya’qub
harus bekerja tujuh tahun lagi. Akhirnya Ya’qub menikahi keduanya. Laban juga
memberi budak kepada putri-putrinya, Zulfa untuk Liya dan Balha untuk Rahil.
Pernikahan dengan Liya melahirkan anak Rubail, Syamún, Lawa dan Yahudza. Waktu
berikutnya, Liya masih melahirkan Eshakar, Zabilun dan Dina. Anak-anak Liya
menimbulkan kecemburuan Rahil, hingga dia menyerahkan budaknya Balha kepada
Ya’qub. Bersama Balha lahirlah Daan dan Niftali. Kemudian Liya juga menyerahkan
budaknya Zulfa dan akhirnya melahirkan anak Jaad dan Asyir. Setelah sekian lama
berdoa dan menunggu, akhirnya Rahil hamil dan melahirkan anak yang diberi nama
Yusuf, yang rupawan.
Pada waktu selanjutnya, Ya’qub AS
memutuskan hidup bersama orang tuanya. Dalam perjalanan malam, beliau bertemu
seorang lelaki yang mencurigakan, sehingga terjadilah perkelahian. Ternyata
lelaki tersebut Malaikat dan memberi nama Ya’qub dengan sebutan baru, Israel.
Pada masa ini, Rahil melahirkan anak kedua yang diberi nama Benyamin, dan
karena kelahiran ini, Rahil wafat. Rahil di makamkan di Afrats, yaitu Bait Lahm
atau Bethlehem.
Akhirnya Ya’qub AS sampai dan menemui ayahnya, Ishaq AS di Hebron di wilayah Kanaan, suatu daerah yang pernah di tempati Ibrahim AS. Setelah itu, Ishaq AS sakit dan meniggal pada usia 180 tahun, dan dimakamkan berdampingan dengan ayahnya Ibrahim AS.
Hukum Hammurabi (1.764 SM)
Setelah berkuasa beberapa waktu, Hammurabi semakin kuat dan ambisinya semakin muncul. Setelah Shamsh-Adad meninggal dan digantikan anaknya, Ishme-Dagan yang terlihat lemah, tahun 1.764 SM, Hammurabi bergerak dari Babilon menuju utara, menaklukan Assur, Eshnunna dan Elam. Tahun berikutnya, Hammurabi bergerak ke selatan, Larsa dan menaklukannya.
Kini Hammurabi telah menguasai
semua Kawasan Mesopotamia, memanjang dari selatan ke utara. Dari Babilon, Sang
Penakluk memerintah kerajaan dengan keras, tertib. Hammurabi membuat hukum
tertulis yang tegas dan detail. Meskipun Ur-Nammu menjadi raja pertama pembuat
hukum, namun hukum undang-undang milik Hammurabi jelas lebih detail dan
terdokumentasi lebih baik.
Pada tahun 1.749 SM, karena usia lanjut, Hammurabi meninggal dan digantikan anaknya Samsuiluna. Namun sayang, Samsuiluna tidak sekuat ayahnya. Makin lama, kekuasannya semakin menyusut karena pemberontakan dan pengkhianatan. Pada masa akhir kekuasannya, 1.712 SM, Babilon telah kehilangan sebagian besar wilayahnya.
Asimilasi Peradaban (Sekitar 2.000 SM)
Telah dijelaskan di atas, bahwa Nabi Ibrahim AS dan istrinya Sarah berasal dari Ur Sumeria, sedangkan istri keduanya, Hajar berasal dari Mesir. Keturunan yang lahir adalah Ismail AS yang selanjutnya tinggal dan beristri seorang wanita arab. Sementara Ishaq AS beristri seorang wanita dari kaum ayahnya. Ishaq AS memiliki anak bernama Ya`qub AS yang beristri seorang wanita dari Harran, dan anak lainnya Al-Aish yang menikah dengan anak Ismail AS.
Saat keluarga ini tumbuh, Kawasan
Sumeria yang telah memiliki peradaban dan kerajaan sangat maju, sedang dalam
kekacauan dan kehancuran yang sangat parah. Dinasti Ur yang telah berkuasa
lama, jatuh ke tangan kaum barbar dari Elam. Sementara, di Kawasan Mesir, yang
juga telah memiliki peradaban sangat maju, baru saja mengalami kehancuran dan
perang saudara, akibat raja-raja dinasti kesembilan dan kesepuluh yang kurang
kompeten. Namun Mesir mulai beranjak membaik di bawah dinasti kesebelas, yaitu
raja Mentuhotep.
Sementara orang tua mereka, yaitu Ibrahim AS, Sarah dan Hajar, berasal dari Sumeria dan Mesir, yang mana keduanya merupakan pusat peradaban paling maju dan terdepan pada saat itu. Tidak berlebihan, jika Ibrahim AS kita sebut sebagai Bapak Peradaban Modern.
Kejayaan Dinasti Firaun (1.991 – 1.782 SM)
Setelah Raja Pepi II meninggal pada 2.184 SM, sekaligus mengakhiri Dinasti Keenam, dilanjutkan oleh dinasti ketujuh dan kedelapan (2.181 – 2.160 SM). Namun kedua dinasti ini tidak banyak meninggalkan catatan sejarah. Berikutnya diteruskan oleh Dinasti kesembilan dan kesepuluh (2.160 – 2.040 SM). Seperti dinasti sebelumnya, kedua dinasti ini juga relatif tidak popular, bahkan kemungkinan besar kedua dinasti tersebut adalah dinasti yang sejaman. Mereka saling bertikai, pecah, membuat kerajaan yang terpisah dan membuat klaim atas dinasti masing-masing.
Dinasti kesepuluh di mulai oleh
raja Achthoes dengan gelar Akhtoy I, yang dikenal sangat jahat. Pewarisnya adalah
Akhtoy II dan III. Seperti di ceritakan di atas, kemungkinan Akhtoy III adalah
raja yang bertemu dengan Abram dan hendak mengambil Sarai sebagai istrinya,
namun batal, dan akhirnya justru memberi hadiah kepada Sarai, seorang budak
bernama Hajar, yang kelak menjadi Ibu Nabi Ismail AS.
Dinasti kesebelas (2.134 – 1.991
SM), sedikit lebih popular dari empat dinasti sebelumnya. Salah satu rajanya
adalah Mentuhotep. Dia berkuasa 50 tahun dan membuat banyak kemajuan.
Mentuhotep mungkin tidak mempunyai anak, dan karena raja pada masa ini tidak
lagi mengaku sebagai dewa, maka dua raja setelahnya di gantikan oleh orang
lain.
Raja berikutnya berasal dari rakyat jelata, dia adalah Amenemhet I, yang menjadi raja pertama dari Dinasti kedua belas (1.991- 1.782 SM). Raja berhasil mengangkat kekuasaan Firaun, memindahkan ibu kota ke Itj-taway dan membangun benteng tembok besar yang memisahkan Mesir dengan Asia. Amenemhet I di bunuh pengawalnya, digantikan anaknya Senusret I, dilanjutkan anaknya Senusret II dan III. Meskipun raja dinasti kedua belas ini lebih diakui sebagai manusia bukan dewa, namun masa ini sukses mencapai puncak kejayaan, menyerupai atau mendekati dinasti ketiga keempat kelima, yang mengaku sebagai dewa.
NABI YUSUF AS (1.745 – 1.635 SM)
Nabi Yusuf AS adalah putra Ya’qub AS dari istri terkasih Rahil. Beliau lahir di Harran, kemudian pindah bersama ayahnya ke Hebron, selanjutnya tinggal bersama ayah dan kakeknya, Ishaq AS.
Sebagaimana telah dijelaskan perihal kelahiran Ishaq AS dan Ya’qub
AS, begitu juga tahun kelahiran Yusuf AS, besar kemungkinan bukan 1.745 SM,
melainkan 1.928 SM, sedangkan wafatnya sekitar 1.818 SM.
Yusuf kecil bermimpi,
bintang-bintang bersujud kepadanya. Nama bintang tersebut adalah Jurhan,
ath-Thariq, adz-Dzayyal, Dzul Katifan, Qabis, Watsab, Amadun, al-Failaq,
al-Musbah, adh-Dharuh, Dzul Fara’, adh-Dhiya’, dan an-Nur. Setelah diceritakan
kepada ayahnya, sang ayah meminta Yusuf kecil untuk merahasiakan mimpi
tersebut.
Dikisahkan, saudara-saudara Yusuf
AS cemburu terhadap kasih sayang ayahnya, karenanya mereka merencanakan
pembunuhan. Sesuai kesepaktan mereka, Yusuf AS tidak jadi di bunuh, namun di
ceburkan ke dalam sumur. Kisah selanjutnya, Yusuf AS diangkat dari sumur oleh
pedagang Syam bernama Malik bin Za’ar bin Nuwait bin Madyan bin Ibrahim, yang
sedang melakukan perjalanan dagang menuju Mesir. Akhirnya, Yusuf kecil dijual
seharga 20 dirham kepada Menteri Keuangan Mesir bernama Qithfir bin Rauhib yang
bergelar al-Azis. Qithfir mempunyai istri cantik bernama Ra’il binti Ramayil
yang bergelar Zulaikha. Riwayat lain menerangkan, namanya Faka binti Yanus.
Qithfir mengabdi kepada Raja Mesir bernama Rayyan bin Walid bin Tsarwan bin
Arsyah bin Faran bin Amr bin Amlaq bin Lawidz bin Sam bin Nuh, dari kabilah
Amaliq. Ra’il adalah putri saudara perempuan Raja Rayyan.
Jika masa kehidupan Yusuf AS
adalah 1.928 – 1.818 SM, berarti Yusuf AS hidup pada saat Mesir di kuasai oleh
Dinasi kedua belas. Sedangkan Raja Rayyan yang disebutkan para ahli agama,
kemungkinan adalah raja Senusret I, II atau III. Ibu kota kerajaan saat itu
adalah Itj-taway,
yang kemungkinan menjadi tempat tinggal Yusuf AS. Periode dinasti kedua belas
adalah periode sukses gemilang, menyerupai atau mendekati kejayaan dinasti
ketiga-keempat-kelima.
Setelah beranjak dewasa, Yusuf
kecil tampak sangat tampan, sehingga menggoda Ra’il. Pada suatu ketika Ra’il
memaksa Yusuf untuk berhubungan dengannya, namun Yusuf menolak dan akhirnya
ketahuan Qithfir. Ra’il menuduh Yusuf yang memaksanya, namun ada saksi yang
menerangkan sebaliknya. Saksi tersebut adalah Ibnu Abbas. Qithfir meminta Yusuf
untuk diam. Namun karena berita tetap tersebar, Ra’il memanggil para wanita
pejabat untuk berkunjung ke rumahnya. Di saat jamuan, Yusuf diminta untuk
berjalan melewati wanita tersebut. Karena terpesona, para wanita tidak sadar
melukai tangannya dengan pisau. Akibat berbagai fitnah ini, Yusuf di penjara.
Bersamaan dengan masuknya ke penjara, ada dua pelayan raja yang juga di
penjara, dia adalah Nabwa dan Majluts. Dalam penjara, pelayan tersebut bermimpi
dan meminta Yusuf untuk menakwilkannya.
Suatu waktu, Raja bermimpi dan
mencari ahli takwil. Pelayan yang sudah keluar penjara menceritakan perihal
keahlian Yusuf. Akhirnya Yusuf diminta untuk mentakwil mimpi Sang Raja. Sang
Raja mendapati keahlian Yusuf, selain mampu mentakwil mimpi, Yusuf juga ahli
dalam menyampaikan solusi permasalahan negara, juga pintar menggunakan tujuh
puluh bahasa. Karena kemampuannya, Yusuf diangkat menjadi Menteri Keuangan,
menggantikan Qithfir, yang menurut beberapa kisah sudah meninggal. Selanjutnya,
Yusuf menikahi Ra’il alias Zulaikha. Ternyata, Yusuf mendapati Zulaikha masih
perawan, karena ternyata Qithfir tidak menggaulinya. Saat itu, Yusuf berusia
tiga puluh tahun. Dari pernikahannya, lahir anak Afrayin dan Mansa.
Ketika Yusuf menjabat al-Azis di
Mesir, terjadi kekeringan sampai ke negeri Hebron. Banyak rakyat Hebron datang
ke Mesir untuk menukar barang dengan makanan, termasuk saudara-saudaranya.
Dalam kisah yang cukup panjang, pada akhirnya Ya’qub AS berangkat ke Mesir
untuk bertemu anaknya. Keberangkatan Ya’qub AS merupakan tonggak awal migrasi
Bani Israil ke negeri Mesir. Bani Israil beranak pinak di Mesir, sehingga
banyak jumlahnya. Namun sayang, mereka hidup sengsara ditindas oleh raja Mesir
Firaun, hingga akhirnya muncul Nabi Musa AS yang membawa mereka keluar dari
Mesir setelah 426 tahun lamanya.
Dengan hadirnya Ya`qub AS, Nabi berkumpul dengan ayah, adik dan saudaranya. Perpisahan Yusuf AS dengan Ya’qub AS berlangsung sekitar delapan puluh tahun. Setelah hidup bersama selama tujuh belas tahun, Ya’qub AS wafat pada usia sekitar 140 tahun. Sesuai wasiat, setelah masa berkabung 40 hari, Ya’qub AS dimakamkan di Hebron bersama dengan ayah dan kakeknya, Ishaq AS dan Ibrahim AS. Tidak lama setelah wafat ayahnya, Yusuf AS meninggal dan sesuai pesannya, dimakamkan bersama dengan orang tuanya. Yusuf AS wafat pada usia 110 tahun.
Kemunculan Dinasti Shang di China (1.766 SM)
Nun jauh di Timur, tepatnya di China, sekitar tahun 2.200 SM, terjadi banjir besar tak terkendali dari arah Sungai Kuning. Banjir telah mengakibatkan kehidupan masyarakat amat merosot dan putus asa. Hingga muncul seorang cerdas dan bijak, Yu. Yu membuat perencanaan waduk, kanal, area pertanian dan pemukiman. Buah karyanya amat sukses dan meningkatkan kehidupan rakyat di sekitar Kawasan Sungai Kuning. Akhirnya, Yu diangkat sebagai raja menggantikan raja sebelumnya, Shun. Raja Yu dinobatkan sebagai raja pertama Dinasti Xia (2.205 – 1.766 SM), yang berkuasa selama empat abad dengan sekitar 17 raja. Raja Yu digantikan anaknya, Qi. Sedangkan Qi digantikan oleh cucu keponakan, Shao Kang, dan seterusnya, hingga yang terakhir Xia Jie.
Tidak seperti di Kawasan
Mesopotamia, yang sedang bergolak perebutan kekuasaan antar raja dan kaum
barbar, perebutan kekuasaan di China justru terjadi antar anggota keluarga,
berkaitan dengan masalah darah keturunan versus kemampuan. Perebutan kekuasan
terus terjadi, hingga akhirnya muncul orang luar yang bijaksana, Tang. Tang
muncul sebagai pahlawan bijak, menggantikan Xia Jie yang tidak kompeten dan bermoral
rendah. Tang menobatkan diri sebagai raja pertama dari Dinasti Shang (1.766 – 1.122
SM), yang berkuasa hampir enam ratus tahun.
Selama masa pemerintahan Dinasti Shang, ibu kota sempat berpindah-pindah, paling tidak lima kali, namun masih tetap di sekitar Sungai Kuning. Para raja pengganti Tang antara lain T’ai Jia, Chung Ting, Ho T’an Chia, Tsu Yi dan P’an Keng.
Kehancuran Firaun Mesir (1.663 SM)
Dinasti kedua belas mengalami kejayaan, namun sayang tidak terlalu lama. Senusret III di ganti anak lelakinya Amenemhet III, selanjutnya diganti Amenemhet IV. Setelah Amenemhet IV meninggal, mungkin karena tidak ada pewaris laki-laki, kerajaan diperintah oleh seorang perempuan, bernama Sobeknefru.
Mungkin Sobeknefru juga tidak
mempunya pewaris laki-laki, hingga akhirnya kerajaan di kuasai oleh orang luar,
sekaligus mengawali dinasti ketiga belas (1.782 – 1.640 SM). Dinasti ketiga
belas bekerja kurang efektif, hingga akhirnya muncul dinasti lain di timur
Delta Nil, yaitu dinasti keempat belas (1.700 – 1.640 SM) . Di sisi timur,
mendekati perbatasan Asia, juga muncul dinasti kelima belas, yang sebenarnya
merupakan kumpulan orang Hyksos yang telah hidup cukup lama berdampingan dengan
rakyat Mesir. Rupanya orang Hyksos makin lama makin banyak, kuat dan berambisi
menaklukan Mesir.
Jika Sumeria mengalami kehancuran
total pada tahun 2.004 SM akibat serangan kaum asing Elam, maka Mesir pun mengalami
nasib yang persis sama. Peristiwa kehancuran Mesir terjadi pada tahun 1.663 SM,
ketika orang asing Hyksos menaklukan dinasti ketiga belas dan keempat belas,
sekaligus meratakan tanah ibu kota Itj-taway.
Meskipun demikian, orang-orang
Mesir mungkin tidak bisa menerima pemerintahan orang Hyksos, hingga akhirnya
muncul dinasti-dinasti kecil, yaitu keenam belas dan ketujuh belas, bertempat
di Thebes.
Akhirnya, raja pertama dinasti kedelapan belas (1.570 – 1.293 SM), yaitu Ahmose (1.570 – 1.546 SM), dari Thebes, berhasil mengusir Hyksos, bahkan mereka melanjutkan penaklukan sampai ke Kanaan dan Sharuhen dekat Gaza. Ahmose digantikan anaknya Amenhotep I yang berhasil membersihkan raja-raja kecil yang membangkang di wilayahnya. Karena Amenhotep I tidak memiliki anak, kerajaan diberikan kepada jenderal nya yang masih punya hubungan keluarga, Tuthmosis I. Selanjutnya diteruskan Tuthmosis II dan III. Saat Mesir di kendalikan Tuthmosis III (1.483 – 1.450 SM), kekuasaannya memanjang jauh sampai Kades dan Aleppo. Menjadi rekor kekuasaan raja Mesir yang belum pernah di lakukan raja sebelum maupun sesudahnya.
Kemunculan Peradaban Asia Kecil (1.750 – 1.500 SM)
Kreta, adalah sebuah pulau dari sekian banyak pulau yang bertebaran di Laut Tengah antara Alexandria dengan Yunani. Peradaban dan kerajaan telah muncul di pulau ini, pada masa yang tidak diketahui, dengan istana megah di Knossos. Namun pada tahun 1.720 SM, terjadi gempa yang amat dahsyat sehingga nyaris memusnahkan peradaban di pulau ini. Ternyata, sisa peradaban tersebut mampu bangkit, dan akhirnya muncul istana kedua dengan raja bernama Minos. Namun sayang, pada tahun 1.628 SM, terjadi gempa lagi, yang sangat dahsyat, terjadi di pulau Thera, yang berada tidak jauh dari Kreta. Kedahsyatan gempa tersebut mampu memecah pulau Thera yang tadinya menyatu menjadi pulau-pulau kecil yang banyak. Akibat bencana dahsyat ini, peradaban Kreta menyusut dan tidak menonjol dalam waktu sangat lama.
Di saat Kreta dalam kondisi
terpuruk, tetangganya, Mycenas justru sedang berkembang pesat. Mycenas
merupakan cikal bakal kebudayaan kuno Yunani. Pada masa tersebut, mereka telah
memiliki armada laut yang sangat kuat. Kaum Mycenas menguburkan rajanya pada
bukit-bukit tinggi disertai kekayaan yang melimpah[4].
Berkat kemajuannya, sekitar tahun 1.450 SM, Raja Mycenas, Theseus berhasil menaklukan
dan menguasai Kreta.
Hitti, adalah kaum yang pada
awalnya berasal dari Kawasan diantara Laut Kaspia dan Laut Hitam, jaman
sekarang adalah Azerbaijan, yang tinggal di antara Laut Tengah dan Laut Hitam, jaman
sekarang adalah Turki. Pada tahun 1.790 SM, mereka membentuk kerajaan di kota
Kusara, dengan rajanya bernama Anittas. Wilayah kuasanya sampai Hattusas dan
Purushkhanda, mungkin sekitar separo dari wilayah Turki saat ini. Pada periode
berikutnya, ibu kota di pindah ke Hattusas, dan rajanya adalah Hattusilis I (1.650
– 1.620 SM). Hattusilis I berkuasa sekitar 40 tahun dan meninggal sekitar setahun
setelah Hammurabi, raja Babilonia. Sepeninggal Hattusilis I, pewarisnya
Mursilis (1.620 – 1.590 SM) sukses melebarkan wilayah kuasanya hingga ke Aleppo.
Bahkan pada 1.595 SM, Mursilis sukses menaklukkan Babilonia yang saat ini
sedang melemah karena keturunan Hammurabi yang tidak kompeten. Namun sayang, setelah
kembali ke kota nya, dia justru di bunuh oleh pelayannya, Hantili, yang
akhirnya merebut kuasa sebagai raja. Hantili berkuasa puluhan tahun, namun
akhirnya mati di tebas oleh pelayannya. Pelakunya di tebas lagi oleh anaknya,
begitu seterusnya, sehingga pergantian kekuasaan Hitti terus terjadi bukan
karena perang dengan orang luar, namun perang dalam bentengnya sendiri.
Leluhur Hitti, yaitu kaum dari sekitar Azerbaijan, juga bermigrasi menuju Harappa India, sekitar tahun 1.575 – 1.500 SM. Mereka disebut sebagai kaum Arya. Kaum Arya menyerbu penduduk setempat dan menempatinya. Kaum Arya dengan mudah menempati kota tua Harappa, karena kota tersebut memang telah ditinggalkan oleh penghuni nya pada sekitar tahun 1.750 SM, yang kemungkinan disebabkan oleh bencana maha dahsyat.
NABI SYUAIB AS (1.600 – 1.490 SM)
Nabi Syuaib AS, dikenal juga dengan nama Yatrun, memiliki silsilah yang diperdebatkan. Antara lain, Syuaib bin Misykal bin Yasyjan. Syuaib bin Yasykhar bin Lawi bin Ya’qub AS. Syuaib bin Nuwaib bin Ifan bin Madyan bin Ibrahim AS. Syuaib bin Daifur bin Aiqa binTsabit bin Madyan bin Ibrahim AS. Bahkan ada yang mengatakan, bahwa neneknya adalah putri Luth AS. Pendapat lain, ibunya adalah putri Luth AS.
Nabi Syuaib di utus kepada kaum
Madyan, di kota Madyan, di daerah Ma’an, perbatasan Syam, dekat dengan danau
kaum Luth. Kaum Madyan berasal dari Bani Madyan bin Madyan bin Ibrahim AS. Kaum
Madyan berkembang tidak lama setelah kaum Luth.
Kaum Madyan pada umumnya adalah
penduduk sejahtera, namun mempunya kebiasaan mengurangi timbangan, curang dalam
perdagangan, suka duduk-duduk di pinggir jalan dan mengganggu, merampok begal
orang yang lewat. Mereka menyembah Aikah, yaitu pohon yang dikelilingi oleh
kebun-kebun. Kaum Madyan di azab oleh Allah Swt dengan gempa, awan dan suara guntur[5].
Nabi Syuaib terkenal dengan
khotbahnya yang sangat baik, karenanya di anggap sebagai juru bicara para Nabi.
Nabi meninggal di Mekah dan dimakamkan di sebelah barat Ka’bah yang terletak
diantara Dar an-Nadwah dan Dar Bani Sahm.
Karena Nabi Syuaib AS tinggal di Madyan pada sekitar 1.500 SM,
kemungkinan tidak ada raja yang berkuasa secara penuh di wilayah tersebut. Namun,
pada masa itu, kerajaan Mesir yang sedang di kuasai oleh dinasti kedelapan
belas yang sukses, sedang meluasnya kekuasaannya hingga ke Gaza bahkan sampai
Aleppo. Meskipun dalam cengkraman yang lemah, mungkin kaum Madyan dikuasai oleh
raja Mesir Amenhotep I, Tuthmosis I atau Tuthmosis II. Sedangkan di sisi utara,
ada kerajaan Hitti yang dikuasai oleh Mursilis diteruskan Hantili. Di sisi
barat, Raja Theseus dari Mycenas sedang berjaya dan menaklukan
tetangga-tetangganya termasuk Kreta yang sedang merosot (1.450 SM). Sementara di
sisi timur, ada kerajaan Babilonia, yang baru saja di taklukan dan dihancurkan
oleh Mursilis (1.595 SM). Namun karena Mursilis segera kembali ke Hattusas setelah
kemenangan, akhirnya Babilonia dikuasai oleh kaum Kassi, raja yang relatif
lemah.
[1] QS
Ash-Shaffat 37: 102.
[2] QS
Hud 69-84. Sesuai deskripsi pada ayat tersebut, bencana berupa hujan batu dari
tanah yang terbakar. Mungkin semacam meteor jatuh atau gunung meletus yang
menyemburkan bebatuan panas.
[3]
Mungkin maksudnya, Ismail AS menjadi orang pertama yang mengendarai kuda di
daerah Jurhum. Karena di Kawasan lain, kuda sudah biasa digunakan untuk perang
dan transportasi perdagangan.
[4] Mungkin
serupa dengan tradisi pemakaman di Tana Toraja masa kini
[5]
Mungkin serupa dengan gunung berapi di jaman sekarang.
Komentar
Posting Komentar