Seperti dijelaskan di atas, setelah periode banjir bah, mulai muncul beberapa dinasti, antara lain Dinasti Sumeria sekitar 3.600 SM, Dinasti Mesir sekitar 3.200 SM, dan Dinasti India sekitar 3.100 SM, serta Dinasti China Xia sekitar 2.850 SM. Pada periode selanjutnya, dinasti kecil ini mulai membesar dan menjadi kerajaan yang amat berkuasa, saling bertikai, bermusuhan dan berperang.
Dijelaskan di atas, para ahli agama menyatakan klaim, bahwa Nabi Idris AS adalah orang pertama yang mengajarkan tata tulis kepada manusia. Bisa jadi, klaim ini benar, karena ahli sejarah juga menyatakan, pada periode ini, tulisan atau piktogram telah digunakan secara luas oleh kerajaan dan masyarakat, terutama di Sumeria dan Mesir.
Penaklukan Gilgamesh (2.700 SM)
Dinasti Kish di Sumeria sudah mulai memerintah sekitar 3.600 SM. Pada periode ini, salah satu Raja Kish yang terkenal adalah Enmebaraggesi. Selain menguasai kota Kish, raja juga menguasai dan menjaga kota suci Nippur yang terletak di sebelah selatan Kish. Konon Nippur adalah kota persembahan Dewa Enlil. Dinasti Kish sangat berwibawa dan dianggap sebagai raja paling kuat pada jamannya.
Sebelah selatan kota Nippur, adalah
kota Uruk. Pada sekitar 2.800 SM, muncul raja di kota ini bernama Meskiaggasher.
Kota Uruk cukup besar, dengan jumlah penduduk sekitar lima puluh ribu orang dan
dilindungi oleh benteng sepanjang sembilan kilometer. Masyarakat di Uruk
menyembah Dewa Langit An dan Dewa Cinta Inanna. Sang Raja di juluki penakluk
lautan dan gunung. Julukan ini muncul karena upayanya yang sangat keras berlayar
mencari tembaga ke Pegunungan Magan, saat ini bernama Oman, dan menembus gunung
Zagros untuk mendapatkan timah. Semua itu dilakukan untuk melengkapi
persenjataan angkatan perang. Namun Sang Raja sudah meninggal sebelum sempat
menjalani perang. Kerajaan di warisi anaknya, Enmerkar. Enmerkar memulai
peperangan kecil ke kota Aratta, yang terletak di sekitar pengunungan Elburs.
Peperangan ini dimaksudkan untuk menguasai kota tersebut yang merupakan
penghasil timah. Namun, Enmerkar gagal. Sepeninggalnya, kekuasaan dilanjutkan
oleh rekan perjuangannya, Lugulbanda. Kisah peperangan tidak terdengar pada masa
ini, hingga muncul raja baru yang masih muda, Gilgamesh. Gilgamesh yang
ambisius mencoba menaklukkan Kish, namun gagal.
Sementara, di sebelah selatan kota Uruk,
adalah kota Ur, yang dikuasai oleh Raja Mesannepadda. Mendengar Gilgamesh
gagal, dan Kish melemah, Raja Ur bergerak mencoba menaklukkan Kish. Usahanya
sukses, sehingga Sang Raja menguasai tiga kota yaitu Ur, Kish dan Nippur.
Karena usianya makin tua, Raja Mesannepadda meninggal dan digantikan anaknya
Meskiagunna.
Mendengar pergantian raja, ambisi Gilgamesh kembali membara dan mencoba menaklukkan Raja Meskiagunna. Kali ini, usaha Gilgamesh berhasil, menang, dan kini Raja dari Uruk tersebut menguasai kota Uruk, Ur, Kish dan Nippur. Dengan menguasai empat kota, Gilgamesh tercatat sebagai raja paling luas wilayahnya di banding raja mana pun sebelumnya. Gilgamesh juga tercatat sebagai penakluk ambisius pertama di bumi, sekitar 2.700 SM. Setelah kematiannya, Gilgamesh menjadi epik yang sangat popular hingga jaman kita saat ini.
Piramida Firaun (2.500 SM)
Dijelaskan pada bab di atas, dinasti pertama Mesir dikuasai oleh Raja Menes (atau Narmer) yang menyatukan Mesir Utara dan Selatan, pada sekitar 3.100 SM. Menes membangun kotanya di Memphis, termasuk membangun bendungan besar untuk menghindari luapan air Sungai Nil, yang sewaktu-waktu bisa menenggelamkan kota.
Raja Menes digantikan oleh enam
raja lagi yang kemudian disebut sebagai dinasti pertama Mesir. Nama raja-raja
tersebut antara lain Narmer, Hor-Aha, Djer, Djet, Den, Adjib, Semerkher, dan Qaa.
Pada banyak buku sejarah, raja-raja mesir di sebut Pharaoh, namun penulis lebih
cenderung menyebut sebagai Firaun[1].
Dinasti pertama bertahan sekitar 600 tahun (3.100 – 2.890 SM). Para Firaun
dinasti pertama yang meninggal dimakamkan di Abydos, kuburan dalam batu yang di
pendam di tanah, dikelilingi oleh ratusan manusia, yang sengaja dikorbankan.
Konon, Firaun Den dikelilingi dua ratus korban dan Djer dikelilingi tiga ratus
korban.
Para Firaun mampu mengorbankan
begitu banyak manusia, karena mereka meyakini Teologi Memphis, yang kurang
lebih berisi sebagai berikut. Dewa Osiris diberi kekuasan seluruh bumi, tetapi
saudara lelakinya, Set tidak terima. Set menenggelamkan Osiris di Sungai Nil. Istri
Osiris, yang juga saudarinya, Dewi Isis, mencari dan menemukannya di sungai.
Dewi Isis membangkitkan Osiris, namun hanya cukup untuk membuatnya hamil, dan
seterusnya tidak kuat untuk tinggal di bumi. Osiris menjadi raja di dunia bawah.
Anak lelakinya, yang lahir dari Isis, bernama Horus, menjadi raja dunia
kehidupan.
Para Firaun mengaku penjelmaan
dari dewa Horus, dan ketika mereka mati, mereka mengaku penjelmaan dari raja
Osiris. Dengan demikian, kekuasan mereka kekal, baik di dunia maupun setelah
kematiannya.
Dinasti pertama berakhir saat Semerkhet
mati. Karena selama berkuasa, Semerkhet membuat masalah, sehingga setelah
kematiannya, praktek pengorbanan manusia tidak bisa dijalankan lagi.
Dinasti kedua (2.890 – 2.696 SM),
terjadi kekeringan dan banyak bencana. Hal ini makin membuktikan raja tidak
memiliki kuasa atas kehidupan dan kematian. Perang saudara, antara Mesir Utara
yang mendewakan Set, melawan Mesir Selatan yang mendewakan Horus, terus
berkecamuk selama bertahun-tahun, hingga raja terakhir Sekemib.
Setelah Sekemib mati, digantikan
oleh Khasekhem yang mendewakan Horus, yang berhasil menyatukan Utara dan
Selatan. Khasekhem menjadi raja pertama yang memulai dinasti ketiga (2.696 – 2.613
SM). Dinasti ini ditandai dengan kedamaian dan kemakmuran, yang memungkinkan
pembangunan piramida yang fantastis. Khasemkhem dikuburkan di Abydos dalam
makam yang sangat besar, berlimpahan emas, tembaga dan marmer, namun tanpa
pengorbanan manusia.
Dinasti keempat (2.613-2.498 SM), dimulai
oleh raja Snefru. Snefru meneruskan piramida Huni, tapi gagal karena runtuh.
Piramida kedua di bangun di Dahshur, dengan nama piramida Bongkok, karena
bentuknya yang bongkok. Meski selesai, piramida ini tidak digunakan. Menjelang
akhir masa pemerintahannya, Snefru membangun piramidanya yang ketiga, yaitu
piramida Utara atau piramida Merah. Piramida ini berhasil dan kokoh sampai
dengan saat ini. Anak lelakinya, Khufu mewarisi kekuasannya selama lima puluh
tahun. Dengan lamanya masa kekuasaan, Khufu membangun Piramida Besar, di
dataran Giza. Konon, piramida ini tersusun dari dua setengah juta balok, yang
masing-masing balok beratnya sekitar dua setengah ton. Selain Piramida Besar,
Khufu juga membangun bendungan besar pertama Sadd al-Kafara, yang merupakan bak
penampungan air minum pertama dunia.
Bangunan dan konstruksi luar
biasa ini telah memancing diskusi dan perdebatan dunia hingga kini. Sebagian
besar orang masa kini tidak percaya, bahwa bangunan besar tersebut di bangun
oleh rakyat Firaun mesir pada jaman kuno yang teknologinya (mungkin) sangat
terbatas. Namun sebagian lainnya justru berpendapat, bahwa Firaun adalah raja
paling efektif sepanjang sejarah, karena kemampuannya mengerahkan kekuatan
rakyat untuk membangun piramida yang “kurang bermanfaat”. Terlepas dari
kebenaran analisa dan perdebatan terkait hal tersebut, faktanya, bangunan
tersebut ada, dan telah diperkirakan waktu pembangunannya, yaitu pada sekitar 2.500
SM.
Sepeninggal Khufu, digantikan
oleh anaknya yang berkuasa selama 66 tahun, bernama Khafre. Serupa dengan
ayahnya, Khafre membangun Piramida Kedua, yang hampir sama besar dengan
piramida ayahnya. Lebih menonjol lagi, Khafre bahkan membangun Sphinx di dekat
Piramida Besar, dan kokoh hingga kini. Sebagaimana Piramida, Sphinx juga
memunculkan teori-teori aneh terkait pembangunannya. Maklum saja, patung ini
luar biasa dan menakjubkan, bahkan bagi kita di jaman modern ini.
Sepeninggal Khafre, digantikan
anaknya Menkaure. Berbeda dengan ayah dan kakek yang mengeksploitasi rakyatnya,
Menkaure konon relative lebih baik terhadap rakyat. Dia membangun piramida
dengan ukuran separoh dari orang tuanya. Khafre meninggal pada usia
pemerintahan ketujuh, dan digantikan anaknya Shepseskaf, yang berkuasa hanya
empat tahun dan tidak sempat membangun piramida. Dengan meninggalnya
Shepseskaf, dinasti keempat berakhir.
Sebagian sejarawan mengatakan,
dinasti keempat adalah dinasti paling efektif, paling besar karyanya, paling
menakjubkan, terutama dalam membangun piramida dan sphinx. Pada sisi lain,
dinasti keempat dikatakan sebagai dinasti paling kejam, yang menyiksa rakyatnya
untuk hal yang tidak berguna. Salah satu cara yang dimanfaatkan dinasti ini
untuk menguasai hati rakyatnya adalah dengan menciptakan keyakinan, bahwa raja adalah
dewa. Untuk meneruskan darah dewa, raja hanya menikah kepada saudara perempuan
sendiri. Sehingga perkawinan dinasti keempat terjadi di antara mereka sendiri.
Mungkin inilah sebabnya, sehingga Menkaure dan Shepsekaf berperilaku aneh dan
berumur pendek.
Dinasti kelima (2.498 – 2.345 SM),
diawali oleh raja Userkaf. Dinasti kelima dikuasai kembali oleh keturunan
dinasti sebelumnya, karena Userkaf adalah sepupu Menkaure. Tidak seperti
dinasti keempat yang mengaku sebagai dewa, dinasti kelima hanya mengaku sebagai
anak dewa matahari, Ra. Mungkin saja karena statusnya hanya sebagai anak dewa,
kekuasaanya tidak sekuat dinasti keempat. Piramida yang dibangun dinasti ini
kecil-kecil semua. Tidak banyak raja Firaun pada dinasti ini yang dikenal,
namun Firaun terakhir bernama Unas.
Sepertinya Unas tidak memiliki ahli waris, sehingga dinasti keenam (2.345 – 2.184 SM) berganti silsilah. Raja pada dinasti keenam tidak mampu lagi membuat klaim sebagai anak dewa, bahkan mereka menikah dengan wanita kebanyakan. Kekuasaan kerajaan tidak sekuat dinasti-dinasti sebelumnya. Bahkan banyak dari wilayahnya yang memisahkan diri. Raja Firaun pertama dinasti ini adalah Teti. Teti dibunuh pengawal nya, kemudian digantikan anaknya Pepi I, yang kemudian digantikan oleh anaknya yang baru berusia enam tahun bernama Pepi II. Pepi II memerintah sangat lama, sekitar 94 tahun, sekaligus mengakhiri dinasti keenam, juga mengakhiri Kerajaan Lama Mesir.
Raja Urukagina Bagai Nabi (2.350 SM)
Kembali ke wilayah Sumeria, yang sedang di kuasai Sang Penakluk Gilgamesh. Setelah raja meninggal, digantikan anaknya Ur-Lugal. Namun raja baru tidak memiliki kemampuan seperti ayahnya. Mulai muncul perselisihan dan perpecahan di antara kota-kotanya. Di sekitar Kawasan empat kota Kish, Nippur, Ur dan Uruk, kini telah muncul kota-kota baru antara lain Umma, Lagash dan Adab. Dari kota-kota baru ini juga muncul pemimpin-pemimpin yang ikut meramaikan pertikaian dan perselisihan.
Di Ujung Timur jauh, sekitar
pegunungan Zagros, ada kaum Elam dengan kotanya Awan dan Susa. Kaum Elam juga
memiliki pemimpin sendiri, dan sering kali mengirim pasukan perang, mencoba
menaklukkan kaum Sumeria.
Praktis, setelah Raja Gilgamesh, masing-masing
kota saling menaklukkan dan kekuasan berpindah dari satu kota ke kota lainnya.
Beberapa nama raja yang muncul di Kawasan tersebut antara lain Lugulannemundu,
memerintah di Adab tahun 2.500 SM, selanjutnya Mesilim memerintah di Umma,
Berikutnya Eannatum dari Lagash.
Sekitar 100 tahun setelah
pertikaian tak berujung ini, muncullah pemimpin Lagash bernama Urukagina, sekitar
2.350 SM. Urukagina sangat berbeda dengan raja-raja sebelumnya, karena dia
memerintah bagaikan seorang nabi[2].
Sang Raja membebaskan kelaparan, pencurian, pembunuhan, riba, dan bahkan
melindungi yatim piatu dan para janda.
Namun sayang, kekuasan Urukagina tidak berlangsung lama, karena Sang Penakluk dari Umma, Lugalzaggesi muncul dan menguasai Lagash. Bahkan kekuasannya terus meluas hingga seluruh Kawasan Sumeria dan Elam.
Sargon Yang Agung (2.300 SM)
Meski kuasanya sudah cukup luas, Raja Lugalzaggesi belum sepenuhnya menguasai kota Kish. Di sana masih ada raja yang berkuasa, yaitu Ur-Zababa. Mendengar cerita penaklukan Lugalzaggesi, sang raja amat takut. Dia meminta pelayannya, si petugas minuman bernama Sargon, untuk mengirim pesan kepada sang penakluk. Namun ternyata Lugalzaggesi tidak berubah, dia terus melaju menggempur kota Kish. Raja Ur-Zababa melarikan diri, dan Kish jatuh ke tangan Lugalzaggesi.
Belum selesai pesta kemenangan
Lugalzaggesi di kota Kish, dia mendengar, si petugas minuman Sargon bergerak
menuju kotanya, Uruk dan menghancurkannya. Kontan, Lugalzaggesi kaget dan
bergerak menuju kota nya untuk penyelamatan. Namun di luar dugaan, Sargon sudah
teramat kuat. Dia di cegat di tengah jalan, dikalahkan dan di tawan, di arak di
kota suci Nippur.
Setelah kemenangannya melawan
Lugalzaggesi, Sargon menobatkan diri sebagai Raja Kish. Ambisinya sangat besar,
penaklukan-penaklukan dia jalankan, mulai dari Ur, Umma, sampai Teluk Parsi. Ke
balahan Utara, dia taklukan Mari, Assur, Nineweh, dan Purushkhanda. Kini Sargon
menjadi penguasa Kawasan Mesopotamia terbesar pertama.
Sang Raja membangun ibu kota baru
di Agade. Mengganti semua penguasa sebelumnya dengan orang-orang dari sukunya, Akkadia.
Sargon Agung telah mewariskan administrasi negara dan sistem pemerintahaan yang
cukup kuat, sehingga kekaisarannya mampu bertahan hingga lebih dari seabad. Di
jaman ini, perdagangan sangat maju, tidak hanya di internal kerajaan, bahkan
pertukaran meluas sampai kota Harrapa India.
Sargon Agung berkuasa sekitar 56
tahun. Di masa tuanya, kekuasan melemah dan mulai banyak pemberontakan. Setelah
Sargon meninggal, digantikan oleh anaknya, Rimush. Rimush tidak berkuasa lama,
hanya sekitar 10 tahun, dibunuh oleh hambanya. Raja selanjutnya Manisthtushu. Masa
pemerintahannya berlangsung 14 tahun. Manisthtushu digantikan oleh anaknya
Naram-Sim Agung.
Berbeda dengan Rimush dan
Manisthtushu, Naram-Sim Agung adalah Raja yang sangat kuat. Dia serupa dengan
moyangnya Sargon, yang suka berperang dan menang. Naram-Sim memperluas kekuasaannya hingga ke
Susa dan Elam. Mungkin karena merasa kuat dalam kerajaan, Naram-Sim menobatkan
diri sebagai “Raja Alam Semesta”, bahkan Naram-Sim dikisahkan sebagai raja
Mesopotamia pertama yang menduduki status serupa dewa.
Naram-Sim berkuasa selama 56
tahun. Di ujung masa kekuasaan Naram-Sim, mungkin karena kerajaan mulai
melemah, gerombolan orang barbar dari Pegunungan Zagros masuk ke perbatasan,
mengganggu dan menguasai kota demi kota, dan semakin luas. Hingga meninggalnya
Naram-Sim pada 2.218 SM, gerombolan
barbar telah menguasai separo wilayah.
Sepeninggal raja, digantikan oleh
ahli waris Shar-kali-sharri. Tidak banyak yang dilakukan Shar-kali-sharri, akhirnya
gerombolan barbar semakin luas kekuasaanya. Setelah raja meninggal pada 2.190
SM, tidak jelas siapa pewaris, karena pemerintahan tidak stabil dan gerombolan
barbar semakin berkuasa. Hingga akhirnya pada 2.150 SM, gerombolan barbar
membobol tembok dan meratakan kota Agade tidak tersisa.
Tahun-tahun selanjutnya, Mesopotamia
dikuasai oleh gerombolan barbar dalam kondisi yang tidak stabil. Raja bisa naik
dan turun hanya dalam 1-2 tahun, bahkan hanya beberapa bulan saja.
Hingga akhirnya muncul seorang kuat yang baik hati di Lagash, yang berhasil mengusir gerombolan barbar, bernama Gudea. Raja menyatakan diri sebagai gembala sejati yang menyayangi rakyatnya. Beberapa tahun berikutnya, muncul orang kuat di Uruk yang mampu mengusir barbar dan menjadi raja, bernama Utuhegal. Tidak seperti Gudea yang puas berada di kotanya, Utuhegal berusaha memperluas kekuasannya. Setelah berkuasa selama tujuh tahun, digantikan menantunya Ur-Nammu. di bawah kekuasaan Ur-Nammu, pembangunan dilakukan besar-besaran, kerajaan kembali bangkit dan sejahtera. Dinasti Ur berlangsung dari 2.112 sampai 2.004 SM.
NABI HUD AS (2.450 – 2.320 SM)
Nabi Hud AS adalah Abir, keturunan
Nuh AS yang ke empat, dengan urutan Hud AS bin Syalikh (433 th) bin Irfakhsyadz
(438 th) bin Sam (600 th) bin Nuh AS. Nabi berasal dari kabilah yang disebut
Al-Quran dengan nama Ád. Nama kaum Ád berasal dari Ád bin Aush bin Sam bin Nuh.
Mereka adalah bangsa Arab yang menetap di bukit-bukit pasir di negeri Yaman
yang terletak antara Oman dan Hadramaut, yang biasa dikenal dengan daerah Asy-Syahr
dan lembahnya bernama Mughits. Al-Quran juga menyebut kaum Ád sebagai penduduk
Iram dengan karya bangunan yang tinggi-tingi (QS Al-Fajr 6-7). Kaum Ád disebut
sebagai bangsa penyembah berhala pertama setelah banjir, dengan nama berhala
Shamda, Shamud dan Hira.
Nabi adalah salah satu dari empat
nabi di Kawasan Arab, yaitu Hud AS, Shaleh AS, Syuaib AS dan Muhammad SAW.
Bahkan, Nabi adalah orang pertama yang berbicara dalam Bahasa Arab. Nabi Hud AS
meninggal dan dimakamkan di Yaman, meskipun ada pula yang mengatakan dimakamkan
di Damaskus.
Selama kehidupan Nabi HUD AS, yaitu pada 2.450 -2.320 SM, di
Kawasan Yaman, relative belum diketahui adanya raja atau kerajaan kuat. Meskipun
di sebutkan dalam Al-Quran, bahwa kaum Ad memiliki gedung-gedung yang tinggi,
kemungkinan mereka tidak memiliki kerajaan.
Namun demikian, di Mesopotamia, justru sedang terjadi kekacauan dan
perpecahan, paska redupnya kejayaan Gilgamesh. Hingga pada akhirnya muncul seorang
raja yang sangat baik, akhlak dan ajarannya nya bagai seorang nabi, yaitu Raja Urukagina
(2.350 SM) dari kota Lagash. Namun tidak lama, Raja yang baik ini ditaklukan
oleh Raja dari Uruk, Lugalzaggesi.
Sementara di Kawasan Mesir, saat itu sedang berkuasa Dinasti Kelima (2.498 – 2.345 SM), dengan raja Firaun pertama Userkaf dan raja Firaun terakhir Unas. Tidak seperti dinasti sebelumnya yang mengaku sebagai Tuhan, dinasti kelima hanya mengaku sebagai Anak Dewa Matahari, Ra. Dinasti ini membangun piramida-piramida, namun ukurannya sangat kecil dibandingkan dengan piramida yang dibangun oleh dinasti sebelumnya.
NABI SHALEH AS (2.150 – 2.080 SM).
Nabi Shaleh AS adalah keturunan Nuh AS yang ke delapan, dengan urutan Shales AS bin Ubaid bin Masih bin Ubaid bin Hadr bin Tsamud bin Atsir bin Iram bin Nuh AS. Nabi hidup bersama kaum Tsamud. Nama Tsamud berasal dari kakek mereka, Tsamud, saudara Judais. Keduanya adalah putra Abir bin Iram bin Sam bin Nuh. Kaum Tsamud hidup setelah kaum Ad, yang menetap di perbukitan lembah al-Hijr antara Hijaz dan Tabuk. Kaum Tsamud menyembah berhala.
Nabi Shaleh diminta kaumnya menunjukkan
bukti kenabian, maka Allah SWT menurunkan unta betina, yang muncul dari batu
besar yang terbelah. Allah SWT memerintahkan agar unta betina di biarkan hidup bersama
mereka, namun malah di bunuh oleh kaum Tsamud. Pembunuhan dilakukan oleh
perwakilan mereka, Sembilan orang yang dipimpin oleh Qidar bin Salif bin Junda’.
Karenanya kaum ini menerima azab berupa gempa bumi dan gunung berapi. Setelah turunnya
azab, Nabi pindah ke tanah haram Mekah dan menetap di sana hingga wafatnya.
Pada masa kehidupan Nabi Shaleh AS, yaitu 2.150 – 2.080 SM, di
tempat tinggal Nabi di Hijaz, belum diketahui ada raja atau kerajaan. Seperti
halnya Nabi HUD AS, mungkin Shaleh AS hidup dalam masyakat tanpa kekuasaan
seorang raja.
Sementara, bersamaan dengan waktu kelahiran Nabi, yaitu 2.150 SM, gerombolan
Barbar berhasil membobol tembok dan meratakan kota Agade, ibu kota Kekaisaran Akkadia
yang didirikan oleh Sargon Agung. Tahun-tahun selanjutnya kawasan Mesopotamia
dikuasai oleh gerombolan Barbar, hingga muncul raja dari Lagash yang mengusir
Barbar bernama Gudea, dan dari Uruk bernama Utuhegal. Utuhegal digantikan
menantunya yang sangat terkenal, Ur-Nammu dan keturunannya, hingga dinasti Ur
berakhir pada 2.004 SM.
Di Mesir, Dinasti keenam bubar tahun 2.184 SM, sekaligus mengakhiri
Kerajaan Firaun Lama. Dengan demikian, bersamaan dengan kehidupan Nabi Shaleh
AS, kondisi Kawasan Mesir sedang terjadi kekosongan pemerintahan, sekaligus
kekacaun akibat perebutan tahta.
[1] Dengan
alasan, kata Firaun lebih popular terutama di kalangan komunitas Islam.
[2] Raja
Urukagina muncul tepat bersamaan dengan masa kehidupan Nabi Hud AS (2.450 –
2.320 SM), yang hidup di Yaman. Apakah ada kemungkinan Raja Urukagina adalah
Nabi Hud AS? Belum ada informasi terpercaya yang menyatakan hal tersebut. Namun
demikian, patut di duga, kedua nama menunjuk pada orang yang sama, karena keturunan
Hud AS yang keenam, yaitu Ibrahim AS, lahir dan besar di daerah yang ditempati
Raja Urukagina.
Komentar
Posting Komentar