Babilonia, Persia dan Romawi adalah tiga kerajaan besar yang berjaya menjelang sejarah masehi. Selama periode ini, juga muncul nama-nama raja dan tokoh yang sangat popular hingga hari ini. Tiga kerajaan tersebut dan raja-rajanya sering di sebut dalam buku-buku agama, karena dekat dan berdampak besar terhadap sejarah para nabi Kristen dan Islam. Namun demikian, pada masa nya, justru tidak ada nama Rosul yang muncul, bahkan sampai tiba masa Nabi Zakariya AS pada tahun 91 SM. Mungkin saja ada nabi, diantaranya Nabi Sya’ya, namun tidak akan dibahas di sini, karena pembahasan buku ini hanya sebatas 25 Rosul. Bagaimana sepak terjang para raja terkenal, pada saat tidak ada nama Rosul yang muncul pada masanya? Berikut catatan sejarahnya.
Nebuchadnezzar II Membangun Babilonia (605 SM)
Membakar Yerusalem (587 SM)
Setelah beberapa abad, Babilonia tidak berdaya dalam cengkeraman Assiria, akhirnya Nebuchadnezzzar (605 - 562 SM), putra Nabopolassar, berhasil mengangkat kembali kejayaannya, dengan membunuh raja Assiria Assur-uballit dan menghancurkan seluruh kerajaannya. Selanjutnya memaksa mundur Raja Mesir Necho II beserta pasukan ke wilayahnya sendiri. Mahkota Babilonia telah menjadi yang paling berkuasa di dunia.
Beberapa tahun kemudian, Raja
Necho II dari Mesir mencoba mengambil kembali Kawasan Yerusalem dan menantang
Nebuchadnezzar. Namun usahanya terus gagal. Ketika dia meninggal (595 SM) dan
diganti anaknya Psammetichus, Sang Raja baru juga terus berusaha mengambil
Yerusalem. Ketika Sang Raja meninggal (589 SM), penggantinya, Apries, Nampak
kapok tidak lagi berani melawan sang raja agung Babilonia. Meskipun, pemimpin
Yarusalem, Zedekia, terus merayu dan meminta bantuannya.
Dengan mundurnya dukungan Mesir kepada Zedekia, Babilonia semakin membabi buta dalam penghancuran Yerusalem. Seluruh kota Yerusalem di bakar, tembok dan benteng di runtuhkan, Gedung di robohkan, termasuk kuil Solomon. Seluruh pejabat dan imam di bunuh, seluruh keturunan Zedekia di bunuh, dan Zedekia sendiri di butakan dan di seret ke Babilonia. Rakyat dibariskan di giring menuju pembuangan. Orang Yahudi di usir keluar dari Yerusalem. Itulah awal dari penyebaran yang berlangsung selama dua millennium. Dengan cara demikian lah, ras raja Daud mengakhiri kehidupan mereka. Konon, akibat ulahnya yang biadab, pada akhir hidupnya, Nebuchadnezzar kehilangan kesadaran dan menjelma menjadi seperti hewan. Nebuchadnezzar II adalah raja agung ketiga dari Babilonia, setelah Nebuchadnezzar dan Hammurabi.
Cyrus Yang Agung Membangun Persia (599 SM)
Di sebelah barat ada
Nebuchadnezzar II di Babilonia, sementara di sebelah timur ada Astyages dari
Midia. Astyages mempunyai istri keturunan Lydia, Aryenis yang mempunyai putri
Mandane. Mandane dinikahkan dengan putra raja Cyrus dari Persia, Kambises. Dan
pasangan tersebut melahirkan anak yang dijuluki Cyrus II. Konon, karena mimpi
sang kakek Astyages, saat kelahirannya, Cyrus II seharusnya di bunuh, tapi dengan
berbagai kisah rumitnya, sang anak hidup dan tumbuh besar.
Ketika sudah tiba waktunya, Cyrus
menggalang kekuatan di Persia dan bergerak menuju Midia. Dalam peperangan
terbuka, panglima Midia yang sangat membenci Astyages membelot dan mengikuti
Cyrus. Astyages di tahan, dan Cyrus menggabungkan kekuasaan Midia dengan
Persia. Cyrus terus mengembangkan kekuasaanya sampai ke Asia kecil hingga batas
pantai Laut Mediterania. Di Sebelah timur hingga sungai Indus di India. Di
sebelah barat hingga laut Hitam dan Laut Kaspia, yang di tengah-tengah nya
masih berdiri kerajaan Scythia. Sedangkan di sebelah barat, masih kokoh
kerajaan Babilonia, disebabkan Cyrus menghormati perjanjian damai dengan
kakeknya. Namun setelah kematian kakeknya di tahanan, Cyrus menyerbu Babilonia
yang sedang dikuasai oleh Nabonidas (556 – 539 SM) dan putranya Beltsazar.
Akhirnya Babilonia jatuh ke tangan Persia pada 14 Oktober 539 SM.
Republik Romawi Terbentuk (509 SM)
Sementara Cyrus Agung sedang mengembangkan
kejayaan di sisi Timur, pergolakan kecil terjadi di Kawasan Roma. Raja Roma
Servius Tullius (578 SM) di kudeta oleh keturunannya sendiri, Tarquin (535 SM).
Mental rampok sang raja terus menjadi-jadi, hingga membuat marah rakyatnya.
Pada suatu ketika, Raja Tarquin sedang perang jauh dari kota, anaknya
memperkosa istri bangsawan. Spontan pemberontakan terjadi di seantero kota, dan
istana dikuasai oleh rakyat. Tarquin yang bergegas kembali ke istana, di hadang
di gerbang kota, dan di diusir bersama anak dan seluruh keluarganya. Saat
itulah, dimulainya Republik Romawi, yang mana rajanya di pilih oleh rakyat (509
SM).
Republik Romawi tidak berjalan
mulus, karena raja yang terpilih oleh rakyat tidak cukup kuat menghalau serbuan
bangsa Celtic yang menyerang pada masa-masa berikutnya. Akhirnya, rakyat
sendiri yang menunjuk seorang menjadi Diktator Romawi Pertama. Diktator Roma
berhasil mengusir bangsa Celtic, namun perdamaian belum dirasakan oleh rakyat
Roma.
Rakyat Roma terbagi dua, yaitu
rakyat bangsawan yang disebut Patrisia dan budak yang disebut Plebia. Jurang pemisah
antara keduanya makin tinggi, sehingga demonstrasi besar terjadi pada 494 SM,
yang menghasilkan pembentukan tribun, yaitu lembaga negara yang melindungi
Plebia, dan berdampingan dengan lembaga lain yaitu konsul, senator dan biarawan.
Pada tahun 450 SM, dibentuk undang-undang yang menjadi fondasi hukum Roma, yang
disebut Tabel Dua Belas.
Roma telah membangun pondasi
pemerintahan hukum yang lebih maju, sayang pada tahun 437 SM, mereka harus
menghadapi perang melawan Fidenae, kemudian Veii, selanjutnya perang-perang
kecil yang terus berkecamuk hingga 405 SM. Perang berkepanjangan membuat rakyat
Lelah, hingga akhirnya muncul kembali bangsa barbar Celtic atau Gallia yang
datang menyerang dan menghancurkan semua isi kota. Rakyat Roma tidak mampu
menahan serangan ini dan melarikan diri bertahan di Capitol. Pertahanan dan
logistik Capitol cukup kuat, sehingga pengepungan Gallia tidak efektif, bahkan
membuat kehidupan mereka sendiri di dalam kota Roma serba kekurangan. Akhirnya,
disepakati negosiasi, rakyat Roma menyediakan emas yang cukup untuk bangsa
Gallia, dan mereka harus pergi meninggalkan kota.
Rakyat Roma kembali membangun kotanya dengan spontan, tidak terencana. Namun mereka akhirnya bisa menjalani kehidupan normal, dan hanya terjadi beberapa perang kecil. Sampai pada waktu yang cukup lama, yaitu 343 SM, mereka mulai perang dengan bangsa Samnit, yaitu orang yang datang dari pegunungan Apennini di sebelah utara. Perang kedua terjadi lagi pada sekitar 326 SM. Tahun 298 SM, terjadi pecah perang ketiga. Tahun 290 SM dibuat perjanjian kembali untuk mengakhiri perang ketiga.
Perang Punik Romawi (202 SM)
Setelah menjalani pemerintahan
damai, membangun kekuatan militer dan terutama kekuatan laut, tentara Romawi
mulai menyeberangi lautan untuk penaklukan, dimulai dari Sisilia dan Sirakusa.
Aksi Romawi membuat marah kerajaan Kartagena, yang akhirnya menyulut perang
Punik Pertama (264 – 241 SM). Perang panjang ini dimenangkan oleh Romawi,
Kartagena mendapat sanksi dan syarat perdamaian yang cukup berat, paling tidak
menurut pemimpin mereka, Hamilcar Barca.
Karena kekuatan tidak mungkin
lagi dibangun di Kartagena, Hamilcar pergi ke Iberia, menaklukan kekuatan
setempat dan menjadikan Iberia sebagai pusat kerajaan baru (236 SM). Bersama
dengan anaknya, Hannibal, penaklukan mulai dilakukan ke tetangga-tetangganya,
dimulai dari pegunungan Alpen. Setelah merasa kuat, mereka kembali tampil dan
menantang Romawi untuk balas dendam.
Pertempuran pertama terjadi pada tahun 218, antara Kartagena yang dipimpin Hannibal dengan Romawi di bawah pimpinan Cornelius Scipio. Pada tahun-tahun awal, Hannibal sukses dalam kemenangan. Namun pada akhirnya, di tahun 202 SM, perang Zama mengakhiri perang panjang, dengan Romawi tampil kembali sebagai pemenang.
Romawi Bersinar (168 SM)
Kemenangan dalam perang Punik,
mengangkat Romawi menjadi penguasa besar yang setara dengan Seleukia. Dua
kekuatan inilah yang menjadi poros dunia saat itu. Di tengah nya adalah
kerajaan relatif kecil, yaitu Mekedonia yang masih menjajah Yunani, dengan
rajanya Filipus V. Filipus V telah membuat perjanjian sekutu dengan Raja
Antiokhus Agung dari Seleukia, yang mana membuat Romawi merasa terancam karena
berbatasan langsung dengan Yunani. Maka tahun 200 SM, tentara Romawi bergerak
menuju Yunani, dan sukses mengambil alih kawasan ini dari tangan Filipus V. Beberapa
tahun berikutnya, tepatnya 191 SM, di jalan Thermopylae, Legiun Romawi
bertempur melawan Seleukia, dan kali ini pun Romawi sukses memukul mundur
pasukan Seleukia.
Kekalahan Seleukia membuat
kerajaan rapuh dan kehilangan satrap-satrapnya yang memerdekan diri. Raja
Antiokhus sibuk memadamkan pemberontakan dan akhirnya di bunuh dalam
perang-perang kecil tersebut, digantikan putranya Seleukus IV. Dalam sebuah
pesta, Seleukus IV di bunuh oleh Perdana Menteri nya sendiri, dan setelah
melewati perkelahian besar, tahta di lanjutkan oleh adiknya, Antiokhus IV atau
Antiokhus Epiphanes.
Sementara di Makedonia, pada tahun 179 SM, Filipus V meninggal, digantikan putranya Perseus. Diam-diam Perseus mengambil alih kendali Yunani yang sebetulnya telah menjadi boneka Romawi, dan memperkuat dirinya dengan menyunting putri Seleukus IV. Aksinya membuat marah Romawi, yang akhirnya mengirim 17 ribu tentara menuju Makedonia. Ini adalah perang Romawi versus Makedonia yang ketiga. Setelah tiga tahun perang, tapatnya di Pydna tahun 168 SM, Romawi menghancurkan Makedonia, membawa Perseus menjadi tawanan dan membagi Makedonia menjadi empat negara jajahan. Dengan demikian, tahun ini, kerajaan Makedonia yang dibesarkan oleh Alexander Agung, telah berakhir di tangan Romawi.
Tahun 149 SM, kembali terjadi perang punik, yang ketiga. Tentara Romawi kembali menyerang Kartagena di bawah komando Scipio Aemilius. Seperti sebelumnya, pada perang ketiga ini, kembali Romawi yang menikmati kemenangan, dan Karthago hancur (146 SM).Sekitar tahun 147 SM, tentara
Romawi berangkat menyerang Yunani dengan kekuatan 26 ribu pasukan di bawah
komando Konsul Mummius. Mummius menang besar, dan pada akhirnya Roma mencaplok
Yunani.
Sampai tahap ini, Roma telah menaklukkan semua kekuasaan purba yang terletak dalam jangkauannya. Kecuali Partia, Mesir dan sebagian Seleucid yang masih terlalu jauh.
Perang Budak & Gladiator Spartacus (135 SM)
Di tengah kejayaan tentaranya
yang berhasil menaklukkan berbagai belahan dunia, masalah internal muncul
sangat serius. Di picu oleh munculnya golongan super kaya yang semena-mena,
kaum petani yang miskin, mantan tentara yang tidak memiliki tanah dan terjerat
hutang, serta perbudakan yang sangat meluas.
Adalah Eunus, tokoh yang muncul
dari kelompok budak yang berhasil mengumpulkan 70 ribu budak dan melawan
pemerintah, menjadikannya sebagai pemberontakan budak pertama. Setelah sekitar
tiga tahun, akhirnya perang budak berhasil di patahkan oleh Konsul Publius
Rupilius (132 SM), melalui cara yang sangat kejam.
Jauh sebelum perang budak
pertama, Romawi telah popular dengan ajang gladiator, tepatnya mulai 264 SM.
Para petarung gladiator adalah para tawanan perang, yang dibawa ke pertunjukan
untuk saling bunuh. Para pemenang gladiator ini pada umumnya menjadi idola,
bahkan para wanita merdeka bersedia untuk tidur dengan nya. Sehingga para
tawanan yang tidak memiliki masa depan, lebih senang di kirim ke panggung
gladiator, kalah atau menang menjadi terhormat. Namun demikian status mereka
tetap sebagai budak.
Salah satu gladiator ternama berasal dari rumah gladiator di Capua, Bernama Spartacus. Tahun 73 SM, Spartacus berhasil mengumpulkan teman sesama gladiator untuk melawan dan membunuh majikannya, meloloskan diri, menyerang tentara Romawi, berperang dan terus menambah jumlah pasukan hingga mencapai tujuh ribu, meliputi para gladiator dan budak. Kemenangan demi kemenangan yang diraih Spartacus menimbulkan ketakutan Romawi. Akhirnya Crassus dikirim untuk menghentikan langkah Spartacus. Ternyata, Crassus pun tidak mudah mengalahkan Spartacus, hingga akhirnya Romawi mengirimkan sang penakluk popular, Pompei yang baru saja sukses menaklukan Spanyol. Di saat Crassus berhasil mengalahkan Spartacus, Pompei tiba langsung membunuh enam ribu pengikut Spartacus dan menyalib di sepanjang jalan Capua ke Roma.
Julius Caesar (44 SM)
Setelah kekuasan wilayah makin
meluas, pemerintahan semakin kaya, intrik politik sangat kental dalam tubuh
pemerintahaan Romawi. Beberapa tokoh yang terlibat dalam intrik tersebut adalah
Cinna, Marius dengan putranya, dan Sulla. Masing-masing dari mereka awalnya adalah
pahlawan yang dicintai rakyat dan naik menduduki posisi konsul. Namun setelah
memegang kuasa dan kendali, perilaku cenderung kejam dan bengis kepada rakyat,
akhirnya di musuhi dan seterusnya.
Pada sekitar tahun 83 SM, kota
Romawi dalam kendali putra Marius yang di benci oleh rakyatnya. Mereka berharap
Sulla yang berada di daerah jajahan bisa kembali dan memperbaiki kota. Putra
Marius berjuang mempertahankan kekuasaan atas kota. Namun Sulla yang mendapat
bantuan dari perwira muda handal, Pompei dan Crassus berhasil mengalahkan putra
Marius dan mengambil alih kendali kota. Aksi pertama setelah berkuasa, Sulla
mengumpulkan lawanya berjumlah sekitar enam ribu orang, masuk ke arena sirkus,
dan membantai seluruhnya dengan kejam. Pembersihan kepada lawan terus
dilakukan, bahkan mereka yang lari jauh meninggalkan kota, pun di kejar dan
tidak lepas dari pembantaian. Menantu Cinna, seorang pemuda bernama Julius
Caesar adalah salah satu yang beruntung lolos melarikan diri dan selamat dari
pembunuhan.
Sulla meninggal 78 SM di desanya,
setelah serangkaian penyakit. Setelah kematiannya, tahun 73 SM, Romawi
dihadapkan kepada pemberontakan budak yang dipimpin oleh Spartacus. Aksi heroik
Spartacus berhasil di hentikan oleh Crassus dan Pompei, yang akhirnya membawa
keduanya menjadi konsul pada 70 SM.
Tahun 66 SM, Pompei kembali
dipercaya untuk perang ke Timur melawan Pontus, dan dia berhasil menaklukan
Suriah, termasuk Yerusalem di Palestina. Pompei menghapus status kerajaan dari
keluarga Hasmone, namun dia mengangkat gubernur Romawi untuk Suriah dan
menunjuk Hyrcanus II sebagai pemimpin Palestina yang melapor kepada Gubernur
Suriah.
Tahun 63 SM, Julius Caesar
ditunjuk sebagai Gubernur Hispania. Sukses di Hispania, dia membuat persekutuan
triumvirat dengan Pompei dan Crassus untuk mengangkatnya menjadi Konsul pada
tahun 59 SM. Setelah masa konsulnya habis, dia ditunjuk menjadi Gubernur Gallia.
Di tempat inilah, Julius Caesar sukses membangun karier nya sebagai penakluk
yang melebihi popularitas Pompei. Langkah pertamanya menaklukan Kawasan Jerman
dan tahun 54 menaklukan Kawasan Britania.
Sementara, tahun 53 SM, Crassus yang sedang perang menaklukan Partia, justru gagal dan di bunuh dengan kejam. Mendengar Crassus yang meninggal dan Pompei yang mulai gentar, Julius Caesar berniat kembali ke Romawi untuk mengambil alih kekuasaan. Pompei yang mengetahui Julius Caesar membawa pasukan besar menuju Romawi memilih untuk melarikan diri beserta pasukannya. Namun Julius Caesar tidak mau melihat Pompei bebas, dia kejar dan terjadi perang tahun 48 SM. Pompei kalah dan lari membawa pasukan ke Mesir untuk mencari perlindungan. Sialnya, dia justru di bunuh tentara Mesir, atas perintah Rajanya Ptolemeus XIII. Setibanya di Mesir, Julius Caesar marah kepada Ptolemeus XIII dan dengan dalih kemarahannya, dia mengendalikan Mesir sekaligus mengangkat Cleopatra sebagai raja Mesir menggantikan adiknya. Setelah puas bercinta dengan Cleopatra, Julius Caesar melanjutkan penaklukan ke perbatasan Afrika, kemudian semenanjung Iberia dan kembali ke Roma. Kemenangan demi kemenangan nya disambut meriah veni vidi vici oleh rakyat Romawi. Tahun 44 SM, senat menyetujui untuk mengangkatnya sebagai diktator seumur hidup. Namun sayang, di saat pengangkatan itulah, dia justru di bunuh oleh orang-orang terdekatnya.
Romawi Terbagi Tiga (42 SM)
Sepeninggal Julius Caesar,
terjadi perebutan kekuasaan, antara komplotan pembunuh Brutus dan Cassius,
versus pengikut Caesar, Markus Antonius, juga melibatkan anak angkat Caesar
yang mendapat wasiat sebagai pengganti nya, yaitu Oktavianus. Pada awalnya
Markus Antonius yang menguasai pemerintahan, kemudian Oktavianus berhasil
menggalang senat untuk mengusirnya melalui perang di Modena (43 SM), dan akhirnya
berkuasa. Setelah berkuasa, Oktavianus berkeinginan mengubah Romawi dari
Republik menjadi kerajaan, namun para senat menghalanginya. Akhirnya dia
berkomplot dan membentuk triumvirat bersama dengan Antonius dan Lepidus.
Taktiknya berhasil, dan Romawi di bagi menjadi tiga Kawasan yaitu, Eropa
dikuasai oleh Oktavianus, Asia oleh Antonius dan Afrika dikendalikan oleh
Lepidus.
Merasa aman dengan kekuasan di
Asia, tahun 41 SM, Antonius mendatangi Ratu Mesir Cleopatra. Di saat Antonius
asyik dengan Cleopatra, Raja Bangsa Partia Orodes II menyerang Palestina dan menyapu
bersih daerah tersebut. Gubernur Suriah, Herodes lari ke Roma, sementara
Pendeta Hyrcanus di turunkan dari posisinya. Namun sayang, tidak lama setelah
sukses dalam penaklukan, Orodes II di bunuh oleh anaknya sendiri, Phraates IV
yang ingin mengambil alih kekuasaan sang ayah. Tahun 37 SM, Antonius kembali
datang ke Palestina untuk mengusir Phraates IV, dan sukses. Antonius
menempatkan Herodes kembali sebagai Raja sekaligus pendeta di Suriah, tentunya dalam
kendali Antonius, Raja Romawi Timur.
Lepidus nampaknya kurang senang
dengan jatah Afrika. Dia mencoba menguasai Sisilia. Namun ternyata, aksinya
membuat Oktavianus makin punya alasan untuk menundukannya. Lepidus menyerah di
hadapan Oktavianus dan Kawasan Afrika jatuh ke Oktavianus. Lepidus di tawan sampai
meninggal tahun 13 SM.
Sementara di Asia, Antonius terlalu mabuk dengan Cleopatra, bahkan menulis wasiat, akan mewariskan Sebagian hartanya kepada putra Cleopatra. Keputusan ini membuat marah Oktavianus dan menjadi alasan untuk menaklukannya. Oktavianus mengejar Antonius ke Mesir, namun mendapatkan sang musuh beserta istrinya, Cleopatra telah bunuh diri (30 SM).
Oktavianus Agustus (29 SM)
Oktavianus kembali ke Roma dan
mendapatkan gelar Imperator (29 SM). Dengan gelarnya, dia bertindak layaknya kaisar.
Karena kritik dari berbagai pihak, akhirnya, tahun 27 SM, Oktavianus menegaskan
kembali, bahwa bentuk Romawi adalah Republik, dan dia sendiri menerima gelar
Agustus.
Sementara di Partia, tahun 2 M,
Phraates IV di bunuh oleh anaknya sendiri, yang akhirnya naik tahta dan
menjadikan ibu sebagai istrinya. Kekuasaan hanya bertahan empat tahun, karena
di usir bangsa Partia ke pengasingan. Kekuasaan di berikan kepada anak Phraates
IV yang di didik di Romawi, Vonones I. Tapi karena Vonones I berlagak seperti
orang Romawi, bangsa Partia tidak menyukai dan mengusirnya pada tahun keempat,
dan digantikan seorang patriot Partia.
Kembali ke Romawi, Agustus kesulitan mencari pewaris, namun dengan sangat terpaksa memilih Tiberius yang aneh menjadi penggantinya, pada 13 M. Hanya setahun setelah penunjukan Tiberius, Agustus sakit dan meninggal dunia (14 M).
Siddharta Gautama – Budha (563 – 483 SM)
Nun jauh di Kawasan timur,
tepatnya di sekitar sungai Gangga India, pergolakan sedang terjadi di antara 16
kerajaan kecil, di antaranya Kashi, Kosal dan Magadha. Raja Magadha, Bimbisara
naik tahta tahun 544 SM, dan dia nampak lebih kuat dari raja-raja di sekitarnya.
Raja Bimbisara berhasil menggabungkan kerajaan-kerajaan kecil dan membangun
kekaisaran pertama di India, serta menguasai berbagai jalur perdagangan laut.
Terlepas dari gejolak politik dan
kekuasaan, kehidupan istana yang amat megah dan berlimpah harta, telah membuat
muak seorang tokoh dari para gana-sanga bernama Nataputta Vardhamana (599 – 527
SM). Tahun 567 SM, dia meninggalkan istana, berjalan kaki telanjang
mengelilingi India, menempuh jalan kesederhanaan dan mengajarkan lima sila.
Selanjutnya, dia diberi gelar Mahawira.
Pada waktu yang hampir bersamaan, seorang pangeran dari marga Shakya, Siddharta Gautama (563 – 483 SM), juga mengalami kegelisahan yang sama. Hingga akhirnya, pada tahun 534 SM, sang pangeran pergi mengasingkan diri mencari wahyu kebajikan, dan pada saat berikutnya, muncul ke tengah rakyatnya untuk mengajarkan Budha.
Perang Yunani Vs Persia (480 SM)
Perang Persia Yunani sangat
terkenang dalam sejarah. Aksi heroik dan kepahlawanannya tercatat di banyak
buku sejarah, bahkan di film. Salah satu film yang menceritakannya release
tahun 2006, yang di sutradarai oleh Zack Snyder, bintang utama Gerard Butler
berperan sebagai Raja Leonidas, dengan judul film “300”.
Cyrus Agung telah membesarkan
kekaisaran Persia. Di saat sang raja agung meninggal, tahta di teruskan oleh putra
tertua, Kambises II (530 SM). Meskipun tidak secemerlang ayahnya, kekaisaran
terus tumbuh membesar, bahkan masuk ke wilayah Mesir. Ketika Kambises II
meninggal, kekuasaan sempat vakum, karena tidak adanya pewaris yang bisa
mewarisi kekaisaran. Namun ada tokoh kuat yang akhirnya terpilih, yaitu Darius,
yang akhirnya naik tahta tahun 521 SM.
Raja baru cukup tangguh dan
sangat agresif. Sekali lagi, kekuasaan Persia makin lebar, masuk ke wilayah Scythia,
meskipun belum menguasai sepenuhnya wilayah ini, dan mulai menusuk menuju ke
dataran Eropa, dengan menguasai Thracia dan Makedonia.
Di saat kepemimpinannya, dia
membangun jembatan ponton pertama dunia, sepanjang 650 meter, dengan bantuan
insinyur Mandrocles. Jembatan ini digunakan untuk memperkuat posisi nya di
semenanjung Yunani, yang dikendalikan dari Sardis.
Perang Persia dengan Yunani berlangsung
mulai sekitar 500 SM, ketika para pembenrontak di pesisir Ionia berhasil
membuat aliansi dengan beberapa kota Yunani untuk mengusir Persia di Sardis.
Namun pemberontakan ini gagal, sehingga membuat marah Darius yang akhirnya
bertekad menaklukan Yunani. Perang penaklukan kota-kota kecil Yunani mulai
berkecamuk dalam suasana yang cukup heroik. Dalam masa perang ini, Darius jatuh
sakit dan meninggal tahun 486 SM, putra sulungnya, Xerxes (486 – 465 SM) segera
naik tahta menggantikan.
Raja baru ini juga ternyata tangguh. Pembetontakan di Babilonia dan Mesir, berhasil di padamkan dengan mudah dalam waktu singkat. Dan setelah kedua Kawasan itu tenang, dia melanjutkan ekspansinya ke Yunani, tahun 480 SM. Perang panjang terjadi dan salah satu pertempuran yang sangat terkenal adalah pertempuran Thermopylae, ketika Xerxes dengan membawa pasukan yang sangat besar berhadapan dengan Raja Leonidas dari Sparta, yang membawa 300 pasukan. Dalam pertempuran ini, Leonidas dan seluruh pasukannya mati tidak tersisa, namun aksi heroiknya terkenang hingga saat ini. Aksi Leonidas juga menginspirasi seluruh kota Yunani untuk bersatu, membentuk aliansi mengusir Persia. Aliansi Yunani yang dikenal dengan nama Liga Helenik, di pimpin oleh Pausanias, penerus Leonidas Sparta, tercatat sebagai aliansi besar pertama yang berhasil. Pertempuran antara Persia melawan Liga Helenik terjadi tahun 479 SM, di Platea dan Mycale, kemudian berlanjut ke Byzantium. Kemenangan aliansi pada pertempuran ini, mengakhiri ekspansi Persia di semenanjung. Bagi sejarah Yunani, kemenangan ini menjadi sejarah yang penting dan heroik, namun demikian, bagi Persia, kekalahan ini di pandang sebelah mata, karena hanya dianggap sebagai kegagalan mengatasi pemberontakan atau kegagagalan ekspansi saja. Kekaisaran Persia tetap menjadi kekuatan terbesar dunia yang melingkupi wilayah yang terluas.
Babak Baru Demokrasi Athena (403 SM)
Setelah kemenangan Liga Helenik
atas Persia, kejayaan dan sorak-sorai tidak berlangsung lama. Karena anggota
Liga Helenik mulai ribut dan berselisih. Sparta dan Athena kembali berebut
untuk memimpin Liga. Pemimpin mulai korup dan tidak dipercaya oleh rakyatnya. Athena
keluar dari Helenik dan membentuk liga sendiri, Delia. Sementara Sparta juga
membentuk Liga Peloponesia. Pausanias dari Sparta di hukum oleh rakyatnya
sendiri, di kurung di kamar dan mati kelaparan. Sementara Themistocles dari
Athena meninggal dalam pengasingan pada usia 65 tahun.
Namun liga-liga ini juga tidak
bertahan lama. Perselisihan dan perebutan antar anggota liga mulai terjadi pada
460 SM. Dan pada 457 SM, kembali pecah perang antara Sparta melawan Athena.
Perang berlangsung cukup lama dan melelahkan kedua pihak. Akhirnya pada 446 SM,
disepakati Perjanjian Perdamaian Tiga Puluh Tahun. Cita-cita perdamaian panjang
ini lumayan berhasil meredam perang, meskipun tidak sampai 30 tahun, karena
keributan kembali terjadi pada usia perdamaian selama 14 tahun. Pada tahun 433
SM, mulai terjadi pecah antara Athena dengan anggota sekutu Sparta. Korsita.
Yang akhirnya kembali menyulut perang besar sekutu Athena melawan sekutu
Sparta. Perang baru reda, setelah disepakati perdamaian tahun 421 SM.
Kembali ke Persia. Meski berhasil
di pukul mundur oleh Liga Helenik, Persia adalah kekaisaran terbesar di dunia.
Persia tetaplah menjadi kekaisaran terkuat. Namun Raja Xerxes yang berperilaku
bejat, tidak disukai oleh rakyat maupun sekelilingnya. Tahun 465 SM, Xerxes
meninggal terbunuh, mungkin oleh persekongkolan antara Jenderal Artabons dan
anaknya sendiri Artaxerxes. Artaxerxes (465 – 424 SM) adalah raja yang cukup
kuat, terbukti mampu melenyapkan pemberontakan, baik oleh saudaranya Hystaspes,
maupun oleh wilayah Mesir, yang dipimpin oleh Inaros putra Psammetichus III. Artaxerxes
meninggal bersama istrinya, yang kemungkinan karena di bunuh oleh keluarga
dekatnya. Xerxes II naik tahta, namun hanya bertahan 45 hari saja, mungkin juga
karena di bunuh. Perebutan kekuasaan terjadi antara saudara, namun akhirnya
Ochus yang berhasil naik tahta dan memakai gelar Darius II (424 – 404 SM).
Pada tahun 407 SM, pecah kembali
perang antara Athena dan Sparta. Sparta di pimpin oleh komandan Lysander, yang mendapat
bantuan dan dukungan penuh dari Raja Persia, Darius II. Bulan Oktober 405 SM,
Athena kalah perang dan menyerah pada Lysander. Meski kalah, Athena masih
diijinkan membentuk pemerintahan, dan dengan dukungan Lysander, terbentuklah
dewan Tiga Puluh.
Tahun 404 SM, Raja Persia Darius
II meninggal digantikan putranya Artaxerxes II. Artaxerxes II tidak melanjutkan
dukungannya kepada Sparta, sehingga tentu saja mengurangi kekuatan melawan
Athena.
Di Athena, rakyat tidak puas terhadap Dewan Tiga Puluh, mereka membrontak. Sang Tiga Puluh dibantai beserta tentara Sparta yang melindunginya. Sebagian yang tidak mati, melarikan diri. Pemerintah Sparta yang tidak di dukung Persia, membiarkan pemberontakan ini terjadi. Maka, pemerintahan Athena tumbang, 403 SM. Rakyat menyebut nya sebagai era baru, di mana demokrasi kembali tegak di Athena.
Para Filsuf Yunani
Cyrus, gubernur Persia di Sadis,
berniat melawan raja sekaligus saudaranya, Raja Persia Artaxerxes II. Dia
mengumpulkan tentara bayaran dari Yunani yang sedang kesulitan hidup. Pada
tahun 401 SM, Cyrus, menyerang Persia, namun gagal dan terbunuh. Ribuan tentara
bayaran Yunani dipaksa pulang kembali ke negerinya, setelah melewati perjalanan
yang sangat berat, dari Babilonia menuju Yunani.
Sekembali nya para tentara
bayaran, kondisi Yunani semakin kacau. Pada kondisi serba kacau, rakyat menghukum
Socrates. Socrates, adalah pakar filsafat yang dianggap anti-Athena, sekaligus
dianggap sebagai teman Alcibiades dan Kritias, pemimpin Dewan Tiga Puluh.
Socrates di hukum mati oleh rakyatnya, namun sebelum eksekusi, dia minum racun,
pada 399 SM. Plato adalah murid Socrates yang mencatat sejarah gurunya dan kemudian
mengajarkan ilmunya sendiri.
Pada kondisi Yunani yang masih
ricuh, muncul seorang bernama Isocrates, adalah seorang orator, guru retorik,
penerbit Panegyricus, dan penggagas Pan-Helenik, pada 380 SM.
Puluhan tahun selanjutnya, muncul tokoh populer lain, yaitu Aristoteles. Aristoteles adalah filsuf Yunani yang di undang dan bayar mahal oleh Raja Philip Makedonia untuk mengajarkan ilmu kepada anak calon pewaris tahta, Alexander The Great, pada tahun 343 SM.
Perang Saudara di China (403 - 340 SM)
Sementara di Athena sedang
terbangun babak baru demokrasi, di China para penguasa setempat saling berusaha
untuk memperluas wilayah dan kuasanya. Tak terelakan, perang antara mereka
terjadi
di Kawasan sedang berkuasa
sembilan kerajaan. Kerajaan terkaya adalah Qi yang berada di pantai Laut
Kuning. Kerajaan yang paling kuat militer adalah Wei, sedangkan yang paling
luas wilayahnya adalah Ch’in.
Dalam kendali raja Hsiao dan Menteri Shang Yang, kerajaan Qi Nampak tumbuh paling pesat dan makin kuat, hingga akhirnya bisa menaklukan Wei, pada tahun 340 SM. Setelah penaklukan Wei oleh Ch’in, raja lain mulai terancam, hingga akhirnya perang antara mereka kembali pecah dan seterusnya perang berlangsung terus tanpa tujuan yang jelas. Dalam kecamuk perang ini, Ch’in yang berhasil membangun wilayahnya lebih luas. Namun tidak lama setelahnya, Hsiao meninggal digantikan anaknya, Huiwen (325 SM). Rupanya Huiwen masih menyimpan dendam kepada Shang Yang yang telah menghukum para gurunya. Shang Yang dihukum mati secara sadis oleh raja muda tersebut.
Shi Huang-ti Pembangun Tembok China (221 SM)
Kerajaan-kerajaan masih terus
berperang dan bersaing tanpa henti. Namun diantara mereka, nampaknya Ch’in
paling kuat. Tahun 260 SM, Ch’in menaklukan Chao dengan membunuh masal ribuan
tawanan perang. Empat tahun kemudian, Ch’in menaklukan sekaligus memusnahkan
Zhou, yang sudah berdiri kokoh ratusan tahun.
Tahun 247 SM, raja Ch’in
Chuang-hsiang meninggal di gantikan putranya Cheng (247 – 210 SM), yang baru
berusia 13 tahun. Karena masih muda, kerajaan di kendalikan oleh para jenderal
dan hakim. Pada usia 22 tahun, Cheng naik tahta. Cheng sangat ambisius dan
ingin menguasai seluruh China. Tahun 230 SM, negara-negara bagian mulai jatuh
dan menyerah dalam kekuasaan Cheng.
Kekejaman dan kebrutalan menjadi
ciri khas dari pemerintahan Shi Huang-ti. Namun demikian, dia berhasil
membangun sistem pemerintahan yang kuat, dan sukses melakukan reformasi.
Membangun jalan, kanal air, membuat penanggalan, melakukan standarisasi ukuran,
huruf dan tulisan. Kekaisaran berkembang pesat, maju dan rakyat mengalami
kemakmuran. Dan yang paling monumental, dia menugaskan Jenderal Meng T’ien
untuk mengepalai pembangunan Tembok Besar China. Tembok besar ini dibangun
sebagai batas antara wilayah kebudayaan China terhadap para bangsa barbar yang
tidak punya akar dan budaya.
Namun ternyata tidak hanya tembok
besar, penemuan terakhir tahun 1974 di Xian, telah ditemukan makam sang Kaisar
yang dibangun mirip makam para Firaun di Mesir. Makam besar yang disembunyikan
dalam kedalaman tanah. Sang Kaisar di kelilingi oleh tujuh ribu patung tentara
terbuat dari keramik, dilengkapi dengan kuda dan senjata. Sang Kaisar pergi ke
makam ini pada tahun 210 SM.
Kekaisaran diserahkan kepada
putranya Hu-hai, sebagai Kaisar kedua. Namun kaisar kedua tidak kompeten,
sehingga muncul pemberontakan. Dia bunuh diri dan digantikan oleh saudaranya
Tzu Ying. Kaisar ketiga juga tidak kompeten, hanya 46 hari setelah naik tahta,
Hsiang Yu membawa pasukan dan menyerbu, membakar, membunuh masal dan
memusnahkan istana, dan akhirnya membunuh Yzu Ying. Kekaisaran Ch’in
benar-benar musnah.
Setelah pemerintahan yang tidak stabil berjalan lima tahun, muncul pemimpin baru Bernama Liu Pang. Tahun 202, dia berhasil menyatukan kembali wilayah China yang terpecah, dan membentuk kekaisaran baru dengan nama Han. Dinasti Han menjadi dinasti yang mampu menyatukan China paling lama, di atas fondasi dinasti Ch’in, bertahan sampai 400 tahun. Beberapa nama raja yang dikenal antara lain Gao Zu, Hui-ti (195 SM), Kao-hou (188 SM), Wendi (179 SM) dan Wudi (140 SM). Salah satu prestasi dinasti ini adalah membuka jalan sutera kearah barat.
Alexander The Great dari Makedonia (336 SM)
Di Makedonia, sedang berkuasa
seorang raja Bernama Filipus II (359 – 336 SM). Dia adalah raja ke-13 dari Amytas
I yang menyerah dan mendukung Darius Agung dari Persia. Dia adalah putra Amytas
IV yang memiliki tiga putra, yaitu Alexander II, Perdikkas dan Filipus. Yang
mewarisi tahta sang ayah adalah Alexander II. Alexander II dibunuh oleh Ptolemeus,
selingkuhan ibunya sendiri, Eurydice. Perdikkas menunggu sampai dirinya dewasa
dan mampu menggalang kekuatan. Akhirnya, kekuasan Ptolemeus di ambil paksa oleh
Perdikkas dan dirinya di hukum mati. Ketika memimpin perang dengan bangsa
Illyrian, Perdikkas terbunuh, tahta dilanjutkan oleh adiknya Filipus II, karena
anaknya masih terlalu kecil. Dalam usia 24 tahun, Filipus memimpin Makedonia
dan berperang dengan suku Illyrian.
Filipus II mempunyai istri cantik
namun aneh, bernama Olympias. Olympias melahirkan anaknya tahun 356 SM, diberi
nama Alexander III. Sejak mudanya, Alexander sudah terlihat tangkas dan cerdas
dalam strategi perang. Sang ayah mengundang Aristoteles untuk menjadi gurunya.
Tahun 340 SM, Filipus II berangkat ke Yunani untuk merebut kota tersebut.
Alexander yang masih muda, telah diberi kepercayaan untuk memimpin sayap
tentara khusus. Pertempuran terjadi di Chaeronea, dalam peperangan yang ganas
dan korban darah yang berlimpah. Makedonia menang, dan Filipus diterima sebagai
penguasa Yunani. Kekuasaan diperkuat dengan pembentukan Liga Korintus, pada 337
SM, yang beranggotakan kota-kota Yunani yang lain.
Filipus II meninggal tahun 336
SM, akibat di bunuh oleh kekasih prianya, Pausanias, pada acara perayaan
menjelang serangan ke Persia. Alexander III, atau di kenal Alexander The Great,
naik tahta, di tengah isu, bahwa dialah yang merancang pembunuhan ayahnya. Pada
usia yang baru 20 tahun, Alexander di hadapkan pada tantangan berat, yaitu
ancaman suku Illyrian dari utara, Yunani di selatan yang setiap waktu akan membentrok,
dan Kekasairan Persia yang sudah menunggu rencana serangan oleh ayahnya.
Langkah pertamanya adalah
menumpas pemberontakan dalam Liga Korintus. Thebes di tumpas, di bakar, di
ratakan dengan tanah, enam ribu orang di bunuh, tiga puluh ribu di jual sebagai
budak. Dari Thebes, Alexander menuju Athena. Melihat cara nya yang bengis,
Athena memilih nyerah. Langkah Athena diikuti oleh kota-kota pendukungnya. Kini
Alexander menjadi bangsa Makedonia pertama yang menguasai Yunani, yang di
dukung oleh pasukan Makedonia dengan 40 ribu pasukan Yunani. Dengan kekuatan
ini, dia mulai melangkah menuju Persia, yang saat ini sedang dikuasai oleh Raja
Darius III.
Pertempuran pertama di Granicus, dimenangkan
oleh Alexander, sehingga Ionia masuk menjadi wilayahnya. Pertempuran berikutnya
di Issus, Persia kembali menelan kekalahan. Tahun 332 SM, Alexander sudah
mencapai Tyrus Suriah, di tempat ini terjadi pembunuhan masal sebanyak 30 ribu
orang. Pasukan turun menuju Mesir, namun tidak ada perlawanan, Alexander
langsung di sambut sebagai penguasa Mesir. Tahun 331 SM, Alexander kembali
bertempur dengan pasukan Raja Darius Persia di Gaugemela, dan kali ini pun
Persia kalah lagi. Kota Susa dibakar habis, dan orang yang tersisa dijadikan
budak. Darius lari ke Ekbatana, tapi dalam perjalan di bunuh oleh orangnya
sendiri. Kini Alexander menjadi Raja Agung yang menguasai seluruh wilayah Yunani,
Mesir dan seluruh Persia.
Kemudian rombongan kembali pulang
menuju Susa. Namun karena perjalanannya sangat berat, dari 120 ribu pasukan,
tiba sampai Susa hanya 30 ribu. Sesampainya di Susa, Alexander menikahi putri
Darius III, Stateira. Suatu ketika dia pergi ke Ekbatana bersama dengan
jenderal dan teman dekatnya, Hephaestion. Dalam perjalanan tersebut, sang teman
sakit dan meninggal. Alexander berkabung hingga sakit, dia pulang ke Babilonia,
namun terus menderita sakit, hingga meninggal pada usia 33, di tahun 323 SM.
Alexander tidak memiliki ahli waris. Setelah melalui perselisihan besar, akhirnya di sepakati Filipus Arhidaeus, putra Filipus lain yang lemah, menjadi wali anaknya yang belum lahir. Selanjutnya lima jenderalnya di berikan satrap di masing-masing wilayah, yaitu Cassender di Makedonia, Lysimachus di Thracia, Antigonus di Asia Kecil, Seleucus V di Babilonia dan Persia, dan terakhir Ptolemeus di Mesir. Tak lama setelah pembagian ini, terjadilah perang suksesi dan perpecahan. Ibu, kedua istri, anak dan sepupu Alexander Agung, menjadi korban dan akhirnya semua terbunuh (310 SM).
Berselisih, runtuh dan musnah (168 SM)
Dalam kurun waktu sekitar 36
tahun, tepatnya tahun 286 SM, kelima satrap yang dibentuk dan saling berperang,
akhirnya tinggal tersisa tiga, yaitu Ptolemeus di Mesir, Seleucus di Seleucid
dan Lysimachus di Makedonia Thracia.
Tahun 285 SM, Ptolemeus pensiun
dan diteruskan putranya Ptolemeus Ceraunus. Beberapa tahun setelah penobatan
ini, terjadi perang antara Seleukus dengan Lysimachus. Ptolemeus Ceraunus
menjadi sekutu Seleukus. Dalam peperangan tersebut, Lysimachus meninggal dalam
perang dan Seleucus menang. Namun tanpa disangka, Ptolemeus Ceraunus yang
menjadi sekutunya berkhianat dan membunuh Seleucus. Dengan pembunuhan ini,
Ptolemeus Ceraunus sang raja dari Mesir, langsung menguasai Makedonia, Thracia,
Babilonia dan Persia. Dengan demikian, semua jenderal Alexander Agung tidak ada
yang tersisa.
Tahu 279 SM, bangsa barbar Celt Gallia
datang ke Makedonia, menyerang Ptolemeus Ceraunus dan sang raja terbunuh. Putra
Seleukus, Antiokhus I maju melawan bangsa Gallia, dan mendesak mereka mundur ke
Asia Kecil, yang Sekarang di sebut Galasia. Dengan keberhasilannya, Antiokhus I
naik tahta menjadi penerus ayahnya di Kekaisaran Seleukia.
Di Mesir, Ptolemeus Ceraunus II
di gantikan oleh putranya Ptolemeus III (246 SM) dan Ptolemeus IV (222 SM),
kemudian Ptolemeus V (204 SM). Sedangkan di Seleukia, Antiokhus I digantikan
oleh Antiokhus II, Seleukus II, kemudian Antiokhus III (Antiokhus Agung), dan Antiokhus
Epiphanes. Antiokhus Epiphanes adalah Kaisar yang sangat jahat terhadap bagsa
Yahudi di Yerusalem. Karena tidak tahan dengan kejahatannya, tampil Yudas yang memimpin
6.000 tentara Yahudi untuk gerilya melawan Antiokhus Epiphanes. Saat sang
Kaisar meninggal, Yudas mengangkat dirinya menjadi raja pertama dari Dinasti
Hasmone dari Yerusalem. Namun setelah pewaris kaisar, Demetrius I semakin kuat,
datang dan menyerang Yerusalem, Yudas meninggal. Demetrius I tidak bertingkah
jahat seperti ayahnya, dia mengijinkan Yonathan untuk meneruskan Dinasti
Hasmone Yerusalem, namun dalam kekuasaan Seleukia. Yonathan setuju dan
mengendalikan Yerusalem selama 25 tahun.
Sementara di Makedonia, Ptolemeus II digantikan oleh Antigonus II, Demetrius II (tidak terkait dengan Demetrius I di Seleukia), Filipus V dan berikutnya Perseus. Di tangan Perseus inilah, Makedonia runtuh dan musnah oleh serangan Romawi pada 168 SM.
NABI ZAKARIYA AS (91 SM – 31 M) dan YAHYA AS (1 SM – 31 M)
Nabi Zakariya AS adalah bin Ladun
bin Muslim bin Shadduq bin Husyban bin Daud bin Sulaiman bin Muslim bin
Shiddiqah bin Barkhiya bin Balà thah bin Nakhur bin Syalum bin Bahfasyath bin
Inaman bin Rahyaam bin Sulaiman AS.
Jarak antara Sulaiman AS dan
Zakariya AS cukup jauh. Sebetulnya ada beberapa nabi Bani Israil yang muncul
pada periode tersebut, meskipun sumber informasinya terbatas dan catatan
waktunya relatif kabur. Beberapa nabi dijelaskan sebagai berikut.
Sya`ya[1] bin Amshaya
(sekitar 700 SM). Nabi Sya`ya hidup sejaman dengan Raja Bani Israil bernama
Hizqiya[2]. Bahkan Nabi
menjadi penasehat raja. Sang Raja taat beragama mengikuti ajaran Sya`ya. Di
sebelah timur, ada kerajaan yang jauh lebih besar, yaitu Babilonia, dengan
rajanya saat itu Sanharib[3]. Sanharib
membawa ribuan pasukan untuk penaklukan Israel. Dalam keadaan sakit parah,
Hizqiya menangis dan berdoa kepada Allah SWT. Allah SWT mengabulkan doanya,
disembuhkan penyakitnya dan digagalkannya pasukan Sanharib. Sebagian besar
pasukan Babilonia mati dan tersisa beberapa yang dibebaskan dan kembali pulang[4]. Raja Sanharib
meninggal tujuh tahun setelahnya. Kisah wafatnya Nabi Sya`ya serupa dengan Nabi
Zakariya AS, hingga menimbulkan keraguan terhadap kisahnya.
Armiya bin Halqiya (sekitar 587
SM). Nabi Armiya hidup berdakwah kepada kaum Bani Israil, yang pada masa itu,
dipengaruhi oleh kerajaan besar Babilonia yang sedang di pimpin oleh
Bukhtanashar [5].
Raja Bukhtanashar adalah sosok yang sangat ganas, dan dialah sosok di belakang
pembunuhan para nabi. Mereka membunuh penduduk yang ditaklukan, anak-anak dan
wanita di giring dijadikan budak. Mereka juga merobohkan Baitul Maqdis dan
membakar Kitab Taurat. Raja Bukhtanashar membinasakan hampir seluruh keturunan Bani
Israil dan menjarah seluruh harta kekayaannya. Konon jumlah Bani Israil yang
dibunuh dan di tawan mencapai 90 ribu orang. Bukhtanashar mendengar, bahwa
penaklukannya telah diperingatkan oleh Nabi Armiya, karenanya sang Nabi di
bebaskan dari penjara dan dibiarkan hidup di Iliya (Yerusalem). Setelahnya,
penduduk Bani Israil yang tersisa mendatangi Armiya dan meminta nya untuk
berdoa kepada Allah SWT. Allah SWT mengampuni mereka dan meminta mereka untuk
membangun kembali kota Israel. Namun mereka menolak, karena kota sudah hancur.
Sejak saat itu, penduduk Bani Israil berpencar ke berbagai penjuru dunia.
Sementara daerah taklukan Babilonia semakin luas antara lain meliputi Baitul
Maqdis, Yordania, Mesir, bahkan al-Maghrib.[6]
Armiya yang sedang memikirkan
pembangunan kembali kota Israel tertidur. Ternyata tidurnya panjang hingga
tujuh puluh tahun, bangun dan tidur lagi hingga genap seratus tahun. Ketika
Nabi bangun, Bukhtanashar telah di ganti oleh Lahrasib[7] yang adil dan
dicintai rakyatnya. Raja ini membebaskan Bani Israil dari penjara, menunjuk
seorang dari keluarga Daud AS untuk menjadi raja dan menjalankan pemerintahan
di Baitul Maqdis. Hingga akhirnya, ketika Armiya bangun dari tidurnya, kota
Baitul Maqdis telah ramai seperti semula. Bangsa Israel menetap di negerinya,
hingga akhirnya dikalahkan oleh bangsa Romawi. Selanjutnya, kekuasan dan
kelompok Bani Israil hilang, ketika agama Nasrani hadir di tengah-tengah
mereka.
Nabi Daniel (sekitar 587 SM).
Nabi Daniel hidup semasa dengan Armiya. Armiya hidup di Baitul Maqdis
Yerusalem, sementara Daniel hidup di Babilonia. Daniel dipenjara oleh Raja Bukhtanashar,
dan dijadikan sebagai makanan dua singanya yang ganas. Namun anehnya, singa
tersebut justru hidup berdampingan dengan Daniel dalam penjara. Nabi Armiya
pernah diperintah Allah SWT untuk membawa makanan untuk Nabi Daniel. Konon, tiga
belas abad setelahnya, pada masa Khalifah Umar menduduki Babilonia, salah satu
prajuritnya yang bernama Harqusah menemukan jasad Daniel, yang dilaporkan
kepada Abu Musa dan akhirnya sampai kepada khalifah.
Nabi Uzair (sekitar 560 SM). Nabi
adalah Uzair bin Suraiq bin Adiya bin Ayyub bin Darzana bin Aria bin Taqiya bin
Usbuà bin Fanhash bin al-Azir bin Harun AS. Nabi Uzair semasa remaja sempat di
penjara oleh Raja Bukhtanashar. Ketika sudah berumur 40 tahun, Allah SWT
memberinya ilmu dan khikmah. Konon Nabi Uzair juga telah di wafatkan dan
dihidupkan kembali setelah 100 tahun. Setelah kehidupan keduanya, dia pulang ke
rumahnya semula, hingga membuat gempar penduduk, terutama anak-anaknya. Nabi
Uzair adalah sosok yang paling hafal Taurat. Akhirnya, Nabi Uzair melakukan
pembaruan Kitab Taurat, tepatnya di daerah Dar Huzqail. Nabi Uzair wafat dan
dimakamkan di daerah Sairabadz.
Nabi Zakariya AS, yang adalah
seorang ahli dalam bidang pertukangan, tidak mempunyai anak sampai lanjut usia,
meski nabi terus berdoa, namun tidak kunjung dikabulkan. Suatu ketika,
motivasinya untuk memiliki anak kembali memuncak, ketika nabi diberi amanah
untuk mengasuh Maryam binti Imran, ibunda Isa AS. Akhirnya Allah SWT
mengabulkan doanya, dan lahir bayi bernama Yahya, yang kelak menjadi seorang
nabi, yang hidup semasa dengan Nabi Isa AS.
Nabi Yahya AS, lahir dari Rahim
ibu bernama Asy-ya binti Imran, yang tidak lain adalah saudara perempuan
Maryam. Nabi Yahya AS sangat alim, sangat sederhana, bahkan biasa makan seadanya
termasuk daun, minum air sungai. Nabi sering menangis karena takut kepada Allah
SWT.
Terjadi perbedaan kisah tentang
wafatnya Zakariya AS dan Yahya AS. Salah satu kisahnya sebagai berikut. Kisah
wafatnya Nabi Yahya AS adalah, seorang selir raja sangat mencintai Yahya AS,
namun nabi tidak berhasrat kepada wanita. Si Wanita sakit hati dan meminta raja
untuk membunuhnya. Akhirnya di kirimlah algojo yang mendatangi Yahya AS ketika
sedang sholat disamping ayahnya, di masjid Jibrun. Algojo datang menghampiri
dan langsung memenggal kepala Yahya AS, menaruhnya dalam baskom dan membawanya
untuk diserahkan kepada selir raja. Pada saat itu, Zakariya AS tetap pada
sholatnya. Raja Kota Damaskus waktu itu bernama Hadad bin Hadar[8].
Beberapa waktu setelah wafatnya
Yahya AS, seluruh keluarga raja dan pengikut setianya mati. Maka, kaum Bani
Israil marah dan menuduh Zakariya AS sebagai pembunuh keluarga raja. Mereka
bermaksud membunuh Zakariya AS. Kawatir terhadap rencana kaumnya, nabi
melarikan diri, namun kaum Bani Israil terus mengejar. Pada suatu tempat, nabi
terhalang oleh pohon, namun pohon itu justru membuka diri agar nabi masuk ke
dalamnya. Akhirnya nabi masuk ke dalam pohon, namun sayang, syetan menarik
sorbannya, hingga terjepit dan terlihat dari luar, hingga akhirnya terlihat oleh
para pemburu. Kemudian pohon tersebut di gergaji dan nabi wafat terbelah di
dalamnya.
[1] Pada bab
sebelumnya, disebut sebagai Yesaya.
[2] Pada bab
sebelumnya, disebut sebagai Hizkia, Raja Yuda
[3] Yang dimaksud
adalah Sankherib, Raja Assiria, yang berkuasa tahun 704-681 SM, berkedudukan di
Nineweh. Babilonia adalah bagian dari kekuasaanya.
[4] Baca sub-bab Sankherib
(704-681 SM)
[5] Maksudnya
adalah Nebukhadnezar II yang berkuasa di Babilonia pada 605-562 SM.
[6] Baca sub-bab Nebuchadnezzar
II Membangun Babilonia (605 SM) Membakar Yerusalem (587 SM)
[7] Mungkin
maksudnya adalah Labashi-Marduk. Dia adalah pewaris ketiga Nebukhadnezar II,
dengan urutan pertama Amel-Marduk (562-560 SM), kedua Neriglissar (560 – 556 SM),
dan Labashi-Marduk (556 SM), yang berkuasa hanya beberapa bulan saja, karena
meninggal. Selanjutnya pewaris Labashi-Marduk adalah Nabonidas (556 – 539) SM. Pada
masa Nabonidas, tahun 539 SM, Babilonia takluk dan dikuasai oleh Cyrus the
Great dari Persia.
[8] Mungkin
maksudnya adalah Herodes Antipas, putra Herodes. Dia ditunjuk oleh Kaisar
Romawi Oktavianus sebagai pimpinan distrik Yerusalem.
Komentar
Posting Komentar