Langsung ke konten utama

Babilonia Persia dan Romawi (700 - 1 SM)

Babilonia, Persia dan Romawi adalah tiga kerajaan besar yang berjaya menjelang sejarah masehi. Selama periode ini, juga muncul nama-nama raja dan tokoh yang sangat popular hingga hari ini. Tiga kerajaan tersebut dan raja-rajanya sering di sebut dalam buku-buku agama, karena dekat dan berdampak besar terhadap sejarah para nabi Kristen dan Islam. Namun demikian, pada masa nya, justru tidak ada nama Rosul yang muncul, bahkan sampai tiba masa Nabi Zakariya AS pada tahun 91 SM. Mungkin saja ada nabi, diantaranya Nabi Sya’ya, namun tidak akan dibahas di sini, karena pembahasan buku ini hanya sebatas 25 Rosul. Bagaimana sepak terjang para raja terkenal, pada saat tidak ada nama Rosul yang muncul pada masanya? Berikut catatan sejarahnya.

Nebuchadnezzar II Membangun Babilonia (605 SM) Membakar Yerusalem (587 SM)

Setelah beberapa abad, Babilonia tidak berdaya dalam cengkeraman Assiria, akhirnya Nebuchadnezzzar (605 - 562 SM), putra Nabopolassar, berhasil mengangkat kembali kejayaannya, dengan membunuh raja Assiria Assur-uballit dan menghancurkan seluruh kerajaannya. Selanjutnya memaksa mundur Raja Mesir Necho II beserta pasukan ke wilayahnya sendiri. Mahkota Babilonia telah menjadi yang paling berkuasa di dunia.

Beberapa tahun kemudian, Raja Necho II dari Mesir mencoba mengambil kembali Kawasan Yerusalem dan menantang Nebuchadnezzar. Namun usahanya terus gagal. Ketika dia meninggal (595 SM) dan diganti anaknya Psammetichus, Sang Raja baru juga terus berusaha mengambil Yerusalem. Ketika Sang Raja meninggal (589 SM), penggantinya, Apries, Nampak kapok tidak lagi berani melawan sang raja agung Babilonia. Meskipun, pemimpin Yarusalem, Zedekia, terus merayu dan meminta bantuannya.

Dengan mundurnya dukungan Mesir kepada Zedekia, Babilonia semakin membabi buta dalam penghancuran Yerusalem. Seluruh kota Yerusalem di bakar, tembok dan benteng di runtuhkan, Gedung di robohkan, termasuk kuil Solomon. Seluruh pejabat dan imam di bunuh, seluruh keturunan Zedekia di bunuh, dan Zedekia sendiri di butakan dan di seret ke Babilonia. Rakyat dibariskan di giring menuju pembuangan. Orang Yahudi di usir keluar dari Yerusalem. Itulah awal dari penyebaran yang berlangsung selama dua millennium. Dengan cara demikian lah, ras raja Daud mengakhiri kehidupan mereka. Konon, akibat ulahnya yang biadab, pada akhir hidupnya, Nebuchadnezzar kehilangan kesadaran dan menjelma menjadi seperti hewan. Nebuchadnezzar II adalah raja agung ketiga dari Babilonia, setelah Nebuchadnezzar dan Hammurabi. 

Cyrus Yang Agung Membangun Persia (599 SM)

Di sebelah barat ada Nebuchadnezzar II di Babilonia, sementara di sebelah timur ada Astyages dari Midia. Astyages mempunyai istri keturunan Lydia, Aryenis yang mempunyai putri Mandane. Mandane dinikahkan dengan putra raja Cyrus dari Persia, Kambises. Dan pasangan tersebut melahirkan anak yang dijuluki Cyrus II. Konon, karena mimpi sang kakek Astyages, saat kelahirannya, Cyrus II seharusnya di bunuh, tapi dengan berbagai kisah rumitnya, sang anak hidup dan tumbuh besar.

Ketika sudah tiba waktunya, Cyrus menggalang kekuatan di Persia dan bergerak menuju Midia. Dalam peperangan terbuka, panglima Midia yang sangat membenci Astyages membelot dan mengikuti Cyrus. Astyages di tahan, dan Cyrus menggabungkan kekuasaan Midia dengan Persia. Cyrus terus mengembangkan kekuasaanya sampai ke Asia kecil hingga batas pantai Laut Mediterania. Di Sebelah timur hingga sungai Indus di India. Di sebelah barat hingga laut Hitam dan Laut Kaspia, yang di tengah-tengah nya masih berdiri kerajaan Scythia. Sedangkan di sebelah barat, masih kokoh kerajaan Babilonia, disebabkan Cyrus menghormati perjanjian damai dengan kakeknya. Namun setelah kematian kakeknya di tahanan, Cyrus menyerbu Babilonia yang sedang dikuasai oleh Nabonidas (556 – 539 SM) dan putranya Beltsazar. Akhirnya Babilonia jatuh ke tangan Persia pada 14 Oktober 539 SM.

Dengan demikian, kekaisaran Persia membentang dari India sampai Laut Mediterania dan dari Arabia sampai Scythia. Sedangkan kerajaan yang masih kokoh mendampingi Persia hanya Scythia dan Mesir. Cyrus II Yang Agung membangun kekaisaran dengan sangat bijak, mengakui ajaran, agama dan kebudayaan setempat, sehingga bisa diterima baik oleh rakyat, di mana pun wiayah yang dikuasainya.

 

Republik Romawi Terbentuk (509 SM)

Sementara Cyrus Agung sedang mengembangkan kejayaan di sisi Timur, pergolakan kecil terjadi di Kawasan Roma. Raja Roma Servius Tullius (578 SM) di kudeta oleh keturunannya sendiri, Tarquin (535 SM). Mental rampok sang raja terus menjadi-jadi, hingga membuat marah rakyatnya. Pada suatu ketika, Raja Tarquin sedang perang jauh dari kota, anaknya memperkosa istri bangsawan. Spontan pemberontakan terjadi di seantero kota, dan istana dikuasai oleh rakyat. Tarquin yang bergegas kembali ke istana, di hadang di gerbang kota, dan di diusir bersama anak dan seluruh keluarganya. Saat itulah, dimulainya Republik Romawi, yang mana rajanya di pilih oleh rakyat (509 SM).

Republik Romawi tidak berjalan mulus, karena raja yang terpilih oleh rakyat tidak cukup kuat menghalau serbuan bangsa Celtic yang menyerang pada masa-masa berikutnya. Akhirnya, rakyat sendiri yang menunjuk seorang menjadi Diktator Romawi Pertama. Diktator Roma berhasil mengusir bangsa Celtic, namun perdamaian belum dirasakan oleh rakyat Roma.

Rakyat Roma terbagi dua, yaitu rakyat bangsawan yang disebut Patrisia dan budak yang disebut Plebia. Jurang pemisah antara keduanya makin tinggi, sehingga demonstrasi besar terjadi pada 494 SM, yang menghasilkan pembentukan tribun, yaitu lembaga negara yang melindungi Plebia, dan berdampingan dengan lembaga lain yaitu konsul, senator dan biarawan. Pada tahun 450 SM, dibentuk undang-undang yang menjadi fondasi hukum Roma, yang disebut Tabel Dua Belas.

Roma telah membangun pondasi pemerintahan hukum yang lebih maju, sayang pada tahun 437 SM, mereka harus menghadapi perang melawan Fidenae, kemudian Veii, selanjutnya perang-perang kecil yang terus berkecamuk hingga 405 SM. Perang berkepanjangan membuat rakyat Lelah, hingga akhirnya muncul kembali bangsa barbar Celtic atau Gallia yang datang menyerang dan menghancurkan semua isi kota. Rakyat Roma tidak mampu menahan serangan ini dan melarikan diri bertahan di Capitol. Pertahanan dan logistik Capitol cukup kuat, sehingga pengepungan Gallia tidak efektif, bahkan membuat kehidupan mereka sendiri di dalam kota Roma serba kekurangan. Akhirnya, disepakati negosiasi, rakyat Roma menyediakan emas yang cukup untuk bangsa Gallia, dan mereka harus pergi meninggalkan kota.

Rakyat Roma kembali membangun kotanya dengan spontan, tidak terencana. Namun mereka akhirnya bisa menjalani kehidupan normal, dan hanya terjadi beberapa perang kecil. Sampai pada waktu yang cukup lama, yaitu 343 SM, mereka mulai perang dengan bangsa Samnit, yaitu orang yang datang dari pegunungan Apennini di sebelah utara. Perang kedua terjadi lagi pada sekitar 326 SM. Tahun 298 SM, terjadi pecah perang ketiga. Tahun 290 SM dibuat perjanjian kembali untuk mengakhiri perang ketiga.

Perang Punik Romawi (202 SM)

Setelah menjalani pemerintahan damai, membangun kekuatan militer dan terutama kekuatan laut, tentara Romawi mulai menyeberangi lautan untuk penaklukan, dimulai dari Sisilia dan Sirakusa. Aksi Romawi membuat marah kerajaan Kartagena, yang akhirnya menyulut perang Punik Pertama (264 – 241 SM). Perang panjang ini dimenangkan oleh Romawi, Kartagena mendapat sanksi dan syarat perdamaian yang cukup berat, paling tidak menurut pemimpin mereka, Hamilcar Barca.

Karena kekuatan tidak mungkin lagi dibangun di Kartagena, Hamilcar pergi ke Iberia, menaklukan kekuatan setempat dan menjadikan Iberia sebagai pusat kerajaan baru (236 SM). Bersama dengan anaknya, Hannibal, penaklukan mulai dilakukan ke tetangga-tetangganya, dimulai dari pegunungan Alpen. Setelah merasa kuat, mereka kembali tampil dan menantang Romawi untuk balas dendam.

Pertempuran pertama terjadi pada tahun 218, antara Kartagena yang dipimpin Hannibal dengan Romawi di bawah pimpinan Cornelius Scipio. Pada tahun-tahun awal, Hannibal sukses dalam kemenangan. Namun pada akhirnya, di tahun 202 SM, perang Zama mengakhiri perang panjang, dengan Romawi tampil kembali sebagai pemenang.

Romawi Bersinar (168 SM)

Kemenangan dalam perang Punik, mengangkat Romawi menjadi penguasa besar yang setara dengan Seleukia. Dua kekuatan inilah yang menjadi poros dunia saat itu. Di tengah nya adalah kerajaan relatif kecil, yaitu Mekedonia yang masih menjajah Yunani, dengan rajanya Filipus V. Filipus V telah membuat perjanjian sekutu dengan Raja Antiokhus Agung dari Seleukia, yang mana membuat Romawi merasa terancam karena berbatasan langsung dengan Yunani. Maka tahun 200 SM, tentara Romawi bergerak menuju Yunani, dan sukses mengambil alih kawasan ini dari tangan Filipus V. Beberapa tahun berikutnya, tepatnya 191 SM, di jalan Thermopylae, Legiun Romawi bertempur melawan Seleukia, dan kali ini pun Romawi sukses memukul mundur pasukan Seleukia.

Kekalahan Seleukia membuat kerajaan rapuh dan kehilangan satrap-satrapnya yang memerdekan diri. Raja Antiokhus sibuk memadamkan pemberontakan dan akhirnya di bunuh dalam perang-perang kecil tersebut, digantikan putranya Seleukus IV. Dalam sebuah pesta, Seleukus IV di bunuh oleh Perdana Menteri nya sendiri, dan setelah melewati perkelahian besar, tahta di lanjutkan oleh adiknya, Antiokhus IV atau Antiokhus Epiphanes.

Sementara di Makedonia, pada tahun 179 SM, Filipus V meninggal, digantikan putranya Perseus. Diam-diam Perseus mengambil alih kendali Yunani yang sebetulnya telah menjadi boneka Romawi, dan memperkuat dirinya dengan menyunting putri Seleukus IV. Aksinya membuat marah Romawi, yang akhirnya mengirim 17 ribu tentara menuju Makedonia. Ini adalah perang Romawi versus Makedonia yang ketiga. Setelah tiga tahun perang, tapatnya di Pydna tahun 168 SM, Romawi menghancurkan Makedonia, membawa Perseus menjadi tawanan dan membagi Makedonia menjadi empat negara jajahan. Dengan demikian, tahun ini, kerajaan Makedonia yang dibesarkan oleh Alexander Agung, telah berakhir di tangan Romawi.

Tahun 149 SM, kembali terjadi perang punik, yang ketiga. Tentara Romawi kembali menyerang Kartagena di bawah komando Scipio Aemilius. Seperti sebelumnya, pada perang ketiga ini, kembali Romawi yang menikmati kemenangan, dan Karthago hancur (146 SM).

Sekitar tahun 147 SM, tentara Romawi berangkat menyerang Yunani dengan kekuatan 26 ribu pasukan di bawah komando Konsul Mummius. Mummius menang besar, dan pada akhirnya Roma mencaplok Yunani.

Sampai tahap ini, Roma telah menaklukkan semua kekuasaan purba yang terletak dalam jangkauannya. Kecuali Partia, Mesir dan sebagian Seleucid yang masih terlalu jauh.

Perang Budak & Gladiator Spartacus (135 SM)

Di tengah kejayaan tentaranya yang berhasil menaklukkan berbagai belahan dunia, masalah internal muncul sangat serius. Di picu oleh munculnya golongan super kaya yang semena-mena, kaum petani yang miskin, mantan tentara yang tidak memiliki tanah dan terjerat hutang, serta perbudakan yang sangat meluas.

Adalah Eunus, tokoh yang muncul dari kelompok budak yang berhasil mengumpulkan 70 ribu budak dan melawan pemerintah, menjadikannya sebagai pemberontakan budak pertama. Setelah sekitar tiga tahun, akhirnya perang budak berhasil di patahkan oleh Konsul Publius Rupilius (132 SM), melalui cara yang sangat kejam.

Jauh sebelum perang budak pertama, Romawi telah popular dengan ajang gladiator, tepatnya mulai 264 SM. Para petarung gladiator adalah para tawanan perang, yang dibawa ke pertunjukan untuk saling bunuh. Para pemenang gladiator ini pada umumnya menjadi idola, bahkan para wanita merdeka bersedia untuk tidur dengan nya. Sehingga para tawanan yang tidak memiliki masa depan, lebih senang di kirim ke panggung gladiator, kalah atau menang menjadi terhormat. Namun demikian status mereka tetap sebagai budak.

Salah satu gladiator ternama berasal dari rumah gladiator di Capua, Bernama Spartacus. Tahun 73 SM, Spartacus berhasil mengumpulkan teman sesama gladiator untuk melawan dan membunuh majikannya, meloloskan diri, menyerang tentara Romawi, berperang dan terus menambah jumlah pasukan hingga mencapai tujuh ribu, meliputi para gladiator dan budak. Kemenangan demi kemenangan yang diraih Spartacus menimbulkan ketakutan Romawi. Akhirnya Crassus dikirim untuk menghentikan langkah Spartacus. Ternyata, Crassus pun tidak mudah mengalahkan Spartacus, hingga akhirnya Romawi mengirimkan sang penakluk popular, Pompei yang baru saja sukses menaklukan Spanyol. Di saat Crassus berhasil mengalahkan Spartacus, Pompei tiba langsung membunuh enam ribu pengikut Spartacus dan menyalib di sepanjang jalan Capua ke Roma.

Julius Caesar (44 SM)

Setelah kekuasan wilayah makin meluas, pemerintahan semakin kaya, intrik politik sangat kental dalam tubuh pemerintahaan Romawi. Beberapa tokoh yang terlibat dalam intrik tersebut adalah Cinna, Marius dengan putranya, dan Sulla. Masing-masing dari mereka awalnya adalah pahlawan yang dicintai rakyat dan naik menduduki posisi konsul. Namun setelah memegang kuasa dan kendali, perilaku cenderung kejam dan bengis kepada rakyat, akhirnya di musuhi dan seterusnya.

Pada sekitar tahun 83 SM, kota Romawi dalam kendali putra Marius yang di benci oleh rakyatnya. Mereka berharap Sulla yang berada di daerah jajahan bisa kembali dan memperbaiki kota. Putra Marius berjuang mempertahankan kekuasaan atas kota. Namun Sulla yang mendapat bantuan dari perwira muda handal, Pompei dan Crassus berhasil mengalahkan putra Marius dan mengambil alih kendali kota. Aksi pertama setelah berkuasa, Sulla mengumpulkan lawanya berjumlah sekitar enam ribu orang, masuk ke arena sirkus, dan membantai seluruhnya dengan kejam. Pembersihan kepada lawan terus dilakukan, bahkan mereka yang lari jauh meninggalkan kota, pun di kejar dan tidak lepas dari pembantaian. Menantu Cinna, seorang pemuda bernama Julius Caesar adalah salah satu yang beruntung lolos melarikan diri dan selamat dari pembunuhan.

Sulla meninggal 78 SM di desanya, setelah serangkaian penyakit. Setelah kematiannya, tahun 73 SM, Romawi dihadapkan kepada pemberontakan budak yang dipimpin oleh Spartacus. Aksi heroik Spartacus berhasil di hentikan oleh Crassus dan Pompei, yang akhirnya membawa keduanya menjadi konsul pada 70 SM.

Tahun 66 SM, Pompei kembali dipercaya untuk perang ke Timur melawan Pontus, dan dia berhasil menaklukan Suriah, termasuk Yerusalem di Palestina. Pompei menghapus status kerajaan dari keluarga Hasmone, namun dia mengangkat gubernur Romawi untuk Suriah dan menunjuk Hyrcanus II sebagai pemimpin Palestina yang melapor kepada Gubernur Suriah.

Tahun 63 SM, Julius Caesar ditunjuk sebagai Gubernur Hispania. Sukses di Hispania, dia membuat persekutuan triumvirat dengan Pompei dan Crassus untuk mengangkatnya menjadi Konsul pada tahun 59 SM. Setelah masa konsulnya habis, dia ditunjuk menjadi Gubernur Gallia. Di tempat inilah, Julius Caesar sukses membangun karier nya sebagai penakluk yang melebihi popularitas Pompei. Langkah pertamanya menaklukan Kawasan Jerman dan tahun 54 menaklukan Kawasan Britania.

Sementara, tahun 53 SM, Crassus yang sedang perang menaklukan Partia, justru gagal dan di bunuh dengan kejam. Mendengar Crassus yang meninggal dan Pompei yang mulai gentar, Julius Caesar berniat kembali ke Romawi untuk mengambil alih kekuasaan. Pompei yang mengetahui Julius Caesar membawa pasukan besar menuju Romawi memilih untuk melarikan diri beserta pasukannya. Namun Julius Caesar tidak mau melihat Pompei bebas, dia kejar dan terjadi perang tahun 48 SM. Pompei kalah dan lari membawa pasukan ke Mesir untuk mencari perlindungan. Sialnya, dia justru di bunuh tentara Mesir, atas perintah Rajanya Ptolemeus XIII. Setibanya di Mesir, Julius Caesar marah kepada Ptolemeus XIII dan dengan dalih kemarahannya, dia mengendalikan Mesir sekaligus mengangkat Cleopatra sebagai raja Mesir menggantikan adiknya. Setelah puas bercinta dengan Cleopatra, Julius Caesar melanjutkan penaklukan ke perbatasan Afrika, kemudian semenanjung Iberia dan kembali ke Roma. Kemenangan demi kemenangan nya disambut meriah veni vidi vici oleh rakyat Romawi. Tahun 44 SM, senat menyetujui untuk mengangkatnya sebagai diktator seumur hidup. Namun sayang, di saat pengangkatan itulah, dia justru di bunuh oleh orang-orang terdekatnya.

Romawi Terbagi Tiga (42 SM)

Sepeninggal Julius Caesar, terjadi perebutan kekuasaan, antara komplotan pembunuh Brutus dan Cassius, versus pengikut Caesar, Markus Antonius, juga melibatkan anak angkat Caesar yang mendapat wasiat sebagai pengganti nya, yaitu Oktavianus. Pada awalnya Markus Antonius yang menguasai pemerintahan, kemudian Oktavianus berhasil menggalang senat untuk mengusirnya melalui perang di Modena (43 SM), dan akhirnya berkuasa. Setelah berkuasa, Oktavianus berkeinginan mengubah Romawi dari Republik menjadi kerajaan, namun para senat menghalanginya. Akhirnya dia berkomplot dan membentuk triumvirat bersama dengan Antonius dan Lepidus. Taktiknya berhasil, dan Romawi di bagi menjadi tiga Kawasan yaitu, Eropa dikuasai oleh Oktavianus, Asia oleh Antonius dan Afrika dikendalikan oleh Lepidus.

Merasa aman dengan kekuasan di Asia, tahun 41 SM, Antonius mendatangi Ratu Mesir Cleopatra. Di saat Antonius asyik dengan Cleopatra, Raja Bangsa Partia Orodes II menyerang Palestina dan menyapu bersih daerah tersebut. Gubernur Suriah, Herodes lari ke Roma, sementara Pendeta Hyrcanus di turunkan dari posisinya. Namun sayang, tidak lama setelah sukses dalam penaklukan, Orodes II di bunuh oleh anaknya sendiri, Phraates IV yang ingin mengambil alih kekuasaan sang ayah. Tahun 37 SM, Antonius kembali datang ke Palestina untuk mengusir Phraates IV, dan sukses. Antonius menempatkan Herodes kembali sebagai Raja sekaligus pendeta di Suriah, tentunya dalam kendali Antonius, Raja Romawi Timur.

Lepidus nampaknya kurang senang dengan jatah Afrika. Dia mencoba menguasai Sisilia. Namun ternyata, aksinya membuat Oktavianus makin punya alasan untuk menundukannya. Lepidus menyerah di hadapan Oktavianus dan Kawasan Afrika jatuh ke Oktavianus. Lepidus di tawan sampai meninggal tahun 13 SM.

Sementara di Asia, Antonius terlalu mabuk dengan Cleopatra, bahkan menulis wasiat, akan mewariskan Sebagian hartanya kepada putra Cleopatra. Keputusan ini membuat marah Oktavianus dan menjadi alasan untuk menaklukannya. Oktavianus mengejar Antonius ke Mesir, namun mendapatkan sang musuh beserta istrinya, Cleopatra telah bunuh diri (30 SM).

Oktavianus Agustus (29 SM)

Oktavianus kembali ke Roma dan mendapatkan gelar Imperator (29 SM). Dengan gelarnya, dia bertindak layaknya kaisar. Karena kritik dari berbagai pihak, akhirnya, tahun 27 SM, Oktavianus menegaskan kembali, bahwa bentuk Romawi adalah Republik, dan dia sendiri menerima gelar Agustus.

Sementara di Palestina, Herodes meninggal tahun 4 SM, meninggalkan tiga putra. Agustus membagi wilayah Palestina menjadi tiga. Herodes Antipas mendapatkan wilayah Galilea, Archelaus mendapatkan Samaria dan Yudea, sementara Philipus mendapat bagian utara. Namun karena ternyata Archelaus jahat, Agustus mencabut kekuasaanya dan digantikan oleh seorang prokurator Romawi (6 M).

Sementara di Partia, tahun 2 M, Phraates IV di bunuh oleh anaknya sendiri, yang akhirnya naik tahta dan menjadikan ibu sebagai istrinya. Kekuasaan hanya bertahan empat tahun, karena di usir bangsa Partia ke pengasingan. Kekuasaan di berikan kepada anak Phraates IV yang di didik di Romawi, Vonones I. Tapi karena Vonones I berlagak seperti orang Romawi, bangsa Partia tidak menyukai dan mengusirnya pada tahun keempat, dan digantikan seorang patriot Partia.

Kembali ke Romawi, Agustus kesulitan mencari pewaris, namun dengan sangat terpaksa memilih Tiberius yang aneh menjadi penggantinya, pada 13 M. Hanya setahun setelah penunjukan Tiberius, Agustus sakit dan meninggal dunia (14 M).

Siddharta Gautama – Budha (563 – 483 SM)

Nun jauh di Kawasan timur, tepatnya di sekitar sungai Gangga India, pergolakan sedang terjadi di antara 16 kerajaan kecil, di antaranya Kashi, Kosal dan Magadha. Raja Magadha, Bimbisara naik tahta tahun 544 SM, dan dia nampak lebih kuat dari raja-raja di sekitarnya. Raja Bimbisara berhasil menggabungkan kerajaan-kerajaan kecil dan membangun kekaisaran pertama di India, serta menguasai berbagai jalur perdagangan laut.

Terlepas dari gejolak politik dan kekuasaan, kehidupan istana yang amat megah dan berlimpah harta, telah membuat muak seorang tokoh dari para gana-sanga bernama Nataputta Vardhamana (599 – 527 SM). Tahun 567 SM, dia meninggalkan istana, berjalan kaki telanjang mengelilingi India, menempuh jalan kesederhanaan dan mengajarkan lima sila. Selanjutnya, dia diberi gelar Mahawira.

Pada waktu yang hampir bersamaan, seorang pangeran dari marga Shakya, Siddharta Gautama (563 – 483 SM), juga mengalami kegelisahan yang sama. Hingga akhirnya, pada tahun 534 SM, sang pangeran pergi mengasingkan diri mencari wahyu kebajikan, dan pada saat berikutnya, muncul ke tengah rakyatnya untuk mengajarkan Budha.

Perang Yunani Vs Persia (480 SM)

Perang Persia Yunani sangat terkenang dalam sejarah. Aksi heroik dan kepahlawanannya tercatat di banyak buku sejarah, bahkan di film. Salah satu film yang menceritakannya release tahun 2006, yang di sutradarai oleh Zack Snyder, bintang utama Gerard Butler berperan sebagai Raja Leonidas, dengan judul film “300”.

Cyrus Agung telah membesarkan kekaisaran Persia. Di saat sang raja agung meninggal, tahta di teruskan oleh putra tertua, Kambises II (530 SM). Meskipun tidak secemerlang ayahnya, kekaisaran terus tumbuh membesar, bahkan masuk ke wilayah Mesir. Ketika Kambises II meninggal, kekuasaan sempat vakum, karena tidak adanya pewaris yang bisa mewarisi kekaisaran. Namun ada tokoh kuat yang akhirnya terpilih, yaitu Darius, yang akhirnya naik tahta tahun 521 SM.

Raja baru cukup tangguh dan sangat agresif. Sekali lagi, kekuasaan Persia makin lebar, masuk ke wilayah Scythia, meskipun belum menguasai sepenuhnya wilayah ini, dan mulai menusuk menuju ke dataran Eropa, dengan menguasai Thracia dan Makedonia.

Di saat kepemimpinannya, dia membangun jembatan ponton pertama dunia, sepanjang 650 meter, dengan bantuan insinyur Mandrocles. Jembatan ini digunakan untuk memperkuat posisi nya di semenanjung Yunani, yang dikendalikan dari Sardis.

Perang Persia dengan Yunani berlangsung mulai sekitar 500 SM, ketika para pembenrontak di pesisir Ionia berhasil membuat aliansi dengan beberapa kota Yunani untuk mengusir Persia di Sardis. Namun pemberontakan ini gagal, sehingga membuat marah Darius yang akhirnya bertekad menaklukan Yunani. Perang penaklukan kota-kota kecil Yunani mulai berkecamuk dalam suasana yang cukup heroik. Dalam masa perang ini, Darius jatuh sakit dan meninggal tahun 486 SM, putra sulungnya, Xerxes (486 – 465 SM) segera naik tahta menggantikan.

Raja baru ini juga ternyata tangguh. Pembetontakan di Babilonia dan Mesir, berhasil di padamkan dengan mudah dalam waktu singkat. Dan setelah kedua Kawasan itu tenang, dia melanjutkan ekspansinya ke Yunani, tahun 480 SM. Perang panjang terjadi dan salah satu pertempuran yang sangat terkenal adalah pertempuran Thermopylae, ketika Xerxes dengan membawa pasukan yang sangat besar berhadapan dengan Raja Leonidas dari Sparta, yang membawa 300 pasukan. Dalam pertempuran ini, Leonidas dan seluruh pasukannya mati tidak tersisa, namun aksi heroiknya terkenang hingga saat ini. Aksi Leonidas juga menginspirasi seluruh kota Yunani untuk bersatu, membentuk aliansi mengusir Persia. Aliansi Yunani yang dikenal dengan nama Liga Helenik, di pimpin oleh Pausanias, penerus Leonidas Sparta, tercatat sebagai aliansi besar pertama yang berhasil. Pertempuran antara Persia melawan Liga Helenik terjadi tahun 479 SM, di Platea dan Mycale, kemudian berlanjut ke Byzantium. Kemenangan aliansi pada pertempuran ini, mengakhiri ekspansi Persia di semenanjung. Bagi sejarah Yunani, kemenangan ini menjadi sejarah yang penting dan heroik, namun demikian, bagi Persia, kekalahan ini di pandang sebelah mata, karena hanya dianggap sebagai kegagalan mengatasi pemberontakan atau kegagagalan ekspansi saja. Kekaisaran Persia tetap menjadi kekuatan terbesar dunia yang melingkupi wilayah yang terluas.

Babak Baru Demokrasi Athena (403 SM)

Setelah kemenangan Liga Helenik atas Persia, kejayaan dan sorak-sorai tidak berlangsung lama. Karena anggota Liga Helenik mulai ribut dan berselisih. Sparta dan Athena kembali berebut untuk memimpin Liga. Pemimpin mulai korup dan tidak dipercaya oleh rakyatnya. Athena keluar dari Helenik dan membentuk liga sendiri, Delia. Sementara Sparta juga membentuk Liga Peloponesia. Pausanias dari Sparta di hukum oleh rakyatnya sendiri, di kurung di kamar dan mati kelaparan. Sementara Themistocles dari Athena meninggal dalam pengasingan pada usia 65 tahun.

Namun liga-liga ini juga tidak bertahan lama. Perselisihan dan perebutan antar anggota liga mulai terjadi pada 460 SM. Dan pada 457 SM, kembali pecah perang antara Sparta melawan Athena. Perang berlangsung cukup lama dan melelahkan kedua pihak. Akhirnya pada 446 SM, disepakati Perjanjian Perdamaian Tiga Puluh Tahun. Cita-cita perdamaian panjang ini lumayan berhasil meredam perang, meskipun tidak sampai 30 tahun, karena keributan kembali terjadi pada usia perdamaian selama 14 tahun. Pada tahun 433 SM, mulai terjadi pecah antara Athena dengan anggota sekutu Sparta. Korsita. Yang akhirnya kembali menyulut perang besar sekutu Athena melawan sekutu Sparta. Perang baru reda, setelah disepakati perdamaian tahun 421 SM.

Kembali ke Persia. Meski berhasil di pukul mundur oleh Liga Helenik, Persia adalah kekaisaran terbesar di dunia. Persia tetaplah menjadi kekaisaran terkuat. Namun Raja Xerxes yang berperilaku bejat, tidak disukai oleh rakyat maupun sekelilingnya. Tahun 465 SM, Xerxes meninggal terbunuh, mungkin oleh persekongkolan antara Jenderal Artabons dan anaknya sendiri Artaxerxes. Artaxerxes (465 – 424 SM) adalah raja yang cukup kuat, terbukti mampu melenyapkan pemberontakan, baik oleh saudaranya Hystaspes, maupun oleh wilayah Mesir, yang dipimpin oleh Inaros putra Psammetichus III. Artaxerxes meninggal bersama istrinya, yang kemungkinan karena di bunuh oleh keluarga dekatnya. Xerxes II naik tahta, namun hanya bertahan 45 hari saja, mungkin juga karena di bunuh. Perebutan kekuasaan terjadi antara saudara, namun akhirnya Ochus yang berhasil naik tahta dan memakai gelar Darius II (424 – 404 SM).

Pada tahun 407 SM, pecah kembali perang antara Athena dan Sparta. Sparta di pimpin oleh komandan Lysander, yang mendapat bantuan dan dukungan penuh dari Raja Persia, Darius II. Bulan Oktober 405 SM, Athena kalah perang dan menyerah pada Lysander. Meski kalah, Athena masih diijinkan membentuk pemerintahan, dan dengan dukungan Lysander, terbentuklah dewan Tiga Puluh.

Tahun 404 SM, Raja Persia Darius II meninggal digantikan putranya Artaxerxes II. Artaxerxes II tidak melanjutkan dukungannya kepada Sparta, sehingga tentu saja mengurangi kekuatan melawan Athena.

Di Athena, rakyat tidak puas terhadap Dewan Tiga Puluh, mereka membrontak. Sang Tiga Puluh dibantai beserta tentara Sparta yang melindunginya. Sebagian yang tidak mati, melarikan diri. Pemerintah Sparta yang tidak di dukung Persia, membiarkan pemberontakan ini terjadi. Maka, pemerintahan Athena tumbang, 403 SM. Rakyat menyebut nya sebagai era baru, di mana demokrasi kembali tegak di Athena.

Para Filsuf Yunani

Cyrus, gubernur Persia di Sadis, berniat melawan raja sekaligus saudaranya, Raja Persia Artaxerxes II. Dia mengumpulkan tentara bayaran dari Yunani yang sedang kesulitan hidup. Pada tahun 401 SM, Cyrus, menyerang Persia, namun gagal dan terbunuh. Ribuan tentara bayaran Yunani dipaksa pulang kembali ke negerinya, setelah melewati perjalanan yang sangat berat, dari Babilonia menuju Yunani.

Sekembali nya para tentara bayaran, kondisi Yunani semakin kacau. Pada kondisi serba kacau, rakyat menghukum Socrates. Socrates, adalah pakar filsafat yang dianggap anti-Athena, sekaligus dianggap sebagai teman Alcibiades dan Kritias, pemimpin Dewan Tiga Puluh. Socrates di hukum mati oleh rakyatnya, namun sebelum eksekusi, dia minum racun, pada 399 SM. Plato adalah murid Socrates yang mencatat sejarah gurunya dan kemudian mengajarkan ilmunya sendiri.

Pada kondisi Yunani yang masih ricuh, muncul seorang bernama Isocrates, adalah seorang orator, guru retorik, penerbit Panegyricus, dan penggagas Pan-Helenik, pada 380 SM.

Puluhan tahun selanjutnya, muncul tokoh populer lain, yaitu Aristoteles. Aristoteles adalah filsuf Yunani yang di undang dan bayar mahal oleh Raja Philip Makedonia untuk mengajarkan ilmu kepada anak calon pewaris tahta, Alexander The Great, pada tahun 343 SM.

Perang Saudara di China (403 - 340 SM)

Sementara di Athena sedang terbangun babak baru demokrasi, di China para penguasa setempat saling berusaha untuk memperluas wilayah dan kuasanya. Tak terelakan, perang antara mereka terjadi

di Kawasan sedang berkuasa sembilan kerajaan. Kerajaan terkaya adalah Qi yang berada di pantai Laut Kuning. Kerajaan yang paling kuat militer adalah Wei, sedangkan yang paling luas wilayahnya adalah Ch’in.

Dalam kendali raja Hsiao dan Menteri Shang Yang, kerajaan Qi Nampak tumbuh paling pesat dan makin kuat, hingga akhirnya bisa menaklukan Wei, pada tahun 340 SM. Setelah penaklukan Wei oleh Ch’in, raja lain mulai terancam, hingga akhirnya perang antara mereka kembali pecah dan seterusnya perang berlangsung terus tanpa tujuan yang jelas. Dalam kecamuk perang ini, Ch’in yang berhasil membangun wilayahnya lebih luas. Namun tidak lama setelahnya, Hsiao meninggal digantikan anaknya, Huiwen (325 SM). Rupanya Huiwen masih menyimpan dendam kepada Shang Yang yang telah menghukum para gurunya. Shang Yang dihukum mati secara sadis oleh raja muda tersebut.

Shi Huang-ti Pembangun Tembok China (221 SM)

Kerajaan-kerajaan masih terus berperang dan bersaing tanpa henti. Namun diantara mereka, nampaknya Ch’in paling kuat. Tahun 260 SM, Ch’in menaklukan Chao dengan membunuh masal ribuan tawanan perang. Empat tahun kemudian, Ch’in menaklukan sekaligus memusnahkan Zhou, yang sudah berdiri kokoh ratusan tahun.

Tahun 247 SM, raja Ch’in Chuang-hsiang meninggal di gantikan putranya Cheng (247 – 210 SM), yang baru berusia 13 tahun. Karena masih muda, kerajaan di kendalikan oleh para jenderal dan hakim. Pada usia 22 tahun, Cheng naik tahta. Cheng sangat ambisius dan ingin menguasai seluruh China. Tahun 230 SM, negara-negara bagian mulai jatuh dan menyerah dalam kekuasaan Cheng.

Pada tahun 221 SM, Cheng menyatukan seluruh wilayah China dalam kekuasaan Ch’in, ia menyatukan China untuk pertama kalinya, mencapai puncak kekuasaan yang belum pernah dilakukan raja China sebelumnya. Kini, dia tidak lagi menjadi raja, namun menobatkan diri sebagai kaisar dengan gelar Shi Huang-ti.

Kekejaman dan kebrutalan menjadi ciri khas dari pemerintahan Shi Huang-ti. Namun demikian, dia berhasil membangun sistem pemerintahan yang kuat, dan sukses melakukan reformasi. Membangun jalan, kanal air, membuat penanggalan, melakukan standarisasi ukuran, huruf dan tulisan. Kekaisaran berkembang pesat, maju dan rakyat mengalami kemakmuran. Dan yang paling monumental, dia menugaskan Jenderal Meng T’ien untuk mengepalai pembangunan Tembok Besar China. Tembok besar ini dibangun sebagai batas antara wilayah kebudayaan China terhadap para bangsa barbar yang tidak punya akar dan budaya.

Namun ternyata tidak hanya tembok besar, penemuan terakhir tahun 1974 di Xian, telah ditemukan makam sang Kaisar yang dibangun mirip makam para Firaun di Mesir. Makam besar yang disembunyikan dalam kedalaman tanah. Sang Kaisar di kelilingi oleh tujuh ribu patung tentara terbuat dari keramik, dilengkapi dengan kuda dan senjata. Sang Kaisar pergi ke makam ini pada tahun 210 SM.

Kekaisaran diserahkan kepada putranya Hu-hai, sebagai Kaisar kedua. Namun kaisar kedua tidak kompeten, sehingga muncul pemberontakan. Dia bunuh diri dan digantikan oleh saudaranya Tzu Ying. Kaisar ketiga juga tidak kompeten, hanya 46 hari setelah naik tahta, Hsiang Yu membawa pasukan dan menyerbu, membakar, membunuh masal dan memusnahkan istana, dan akhirnya membunuh Yzu Ying. Kekaisaran Ch’in benar-benar musnah.

Setelah pemerintahan yang tidak stabil berjalan lima tahun, muncul pemimpin baru Bernama Liu Pang. Tahun 202, dia berhasil menyatukan kembali wilayah China yang terpecah, dan membentuk kekaisaran baru dengan nama Han. Dinasti Han menjadi dinasti yang mampu menyatukan China paling lama, di atas fondasi dinasti Ch’in, bertahan sampai 400 tahun. Beberapa nama raja yang dikenal antara lain Gao Zu, Hui-ti (195 SM), Kao-hou (188 SM), Wendi (179 SM) dan Wudi (140 SM). Salah satu prestasi dinasti ini adalah membuka jalan sutera kearah barat.

Alexander The Great dari Makedonia (336 SM)

Di Makedonia, sedang berkuasa seorang raja Bernama Filipus II (359 – 336 SM). Dia adalah raja ke-13 dari Amytas I yang menyerah dan mendukung Darius Agung dari Persia. Dia adalah putra Amytas IV yang memiliki tiga putra, yaitu Alexander II, Perdikkas dan Filipus. Yang mewarisi tahta sang ayah adalah Alexander II. Alexander II dibunuh oleh Ptolemeus, selingkuhan ibunya sendiri, Eurydice. Perdikkas menunggu sampai dirinya dewasa dan mampu menggalang kekuatan. Akhirnya, kekuasan Ptolemeus di ambil paksa oleh Perdikkas dan dirinya di hukum mati. Ketika memimpin perang dengan bangsa Illyrian, Perdikkas terbunuh, tahta dilanjutkan oleh adiknya Filipus II, karena anaknya masih terlalu kecil. Dalam usia 24 tahun, Filipus memimpin Makedonia dan berperang dengan suku Illyrian.

Filipus II mempunyai istri cantik namun aneh, bernama Olympias. Olympias melahirkan anaknya tahun 356 SM, diberi nama Alexander III. Sejak mudanya, Alexander sudah terlihat tangkas dan cerdas dalam strategi perang. Sang ayah mengundang Aristoteles untuk menjadi gurunya. Tahun 340 SM, Filipus II berangkat ke Yunani untuk merebut kota tersebut. Alexander yang masih muda, telah diberi kepercayaan untuk memimpin sayap tentara khusus. Pertempuran terjadi di Chaeronea, dalam peperangan yang ganas dan korban darah yang berlimpah. Makedonia menang, dan Filipus diterima sebagai penguasa Yunani. Kekuasaan diperkuat dengan pembentukan Liga Korintus, pada 337 SM, yang beranggotakan kota-kota Yunani yang lain.

Filipus II meninggal tahun 336 SM, akibat di bunuh oleh kekasih prianya, Pausanias, pada acara perayaan menjelang serangan ke Persia. Alexander III, atau di kenal Alexander The Great, naik tahta, di tengah isu, bahwa dialah yang merancang pembunuhan ayahnya. Pada usia yang baru 20 tahun, Alexander di hadapkan pada tantangan berat, yaitu ancaman suku Illyrian dari utara, Yunani di selatan yang setiap waktu akan membentrok, dan Kekasairan Persia yang sudah menunggu rencana serangan oleh ayahnya.

Langkah pertamanya adalah menumpas pemberontakan dalam Liga Korintus. Thebes di tumpas, di bakar, di ratakan dengan tanah, enam ribu orang di bunuh, tiga puluh ribu di jual sebagai budak. Dari Thebes, Alexander menuju Athena. Melihat cara nya yang bengis, Athena memilih nyerah. Langkah Athena diikuti oleh kota-kota pendukungnya. Kini Alexander menjadi bangsa Makedonia pertama yang menguasai Yunani, yang di dukung oleh pasukan Makedonia dengan 40 ribu pasukan Yunani. Dengan kekuatan ini, dia mulai melangkah menuju Persia, yang saat ini sedang dikuasai oleh Raja Darius III.

Pertempuran pertama di Granicus, dimenangkan oleh Alexander, sehingga Ionia masuk menjadi wilayahnya. Pertempuran berikutnya di Issus, Persia kembali menelan kekalahan. Tahun 332 SM, Alexander sudah mencapai Tyrus Suriah, di tempat ini terjadi pembunuhan masal sebanyak 30 ribu orang. Pasukan turun menuju Mesir, namun tidak ada perlawanan, Alexander langsung di sambut sebagai penguasa Mesir. Tahun 331 SM, Alexander kembali bertempur dengan pasukan Raja Darius Persia di Gaugemela, dan kali ini pun Persia kalah lagi. Kota Susa dibakar habis, dan orang yang tersisa dijadikan budak. Darius lari ke Ekbatana, tapi dalam perjalan di bunuh oleh orangnya sendiri. Kini Alexander menjadi Raja Agung yang menguasai seluruh wilayah Yunani, Mesir dan seluruh Persia.

Namun Sang Raja belum puas, dia terus menambah wilayahnya ke India. Kerajaan Taxile menyerah dan mengajak Raja Agung untuk menyerang Hydaspes. Dan keduanya dalam kuasa Raja Agung. Sungai Indus dan Sogdiana telah dikuasainya. Ketika Sang Raja ingin menuju sungai Gangga, pasukannya menolak karena sudah terlalu Lelah. Alexander menikahi gadis Sogdiana Bernama Roxane

Kemudian rombongan kembali pulang menuju Susa. Namun karena perjalanannya sangat berat, dari 120 ribu pasukan, tiba sampai Susa hanya 30 ribu. Sesampainya di Susa, Alexander menikahi putri Darius III, Stateira. Suatu ketika dia pergi ke Ekbatana bersama dengan jenderal dan teman dekatnya, Hephaestion. Dalam perjalanan tersebut, sang teman sakit dan meninggal. Alexander berkabung hingga sakit, dia pulang ke Babilonia, namun terus menderita sakit, hingga meninggal pada usia 33, di tahun 323 SM.

Alexander tidak memiliki ahli waris. Setelah melalui perselisihan besar, akhirnya di sepakati Filipus Arhidaeus, putra Filipus lain yang lemah, menjadi wali anaknya yang belum lahir. Selanjutnya lima jenderalnya di berikan satrap di masing-masing wilayah, yaitu Cassender di Makedonia, Lysimachus di Thracia, Antigonus di Asia Kecil, Seleucus V di Babilonia dan Persia, dan terakhir Ptolemeus di Mesir. Tak lama setelah pembagian ini, terjadilah perang suksesi dan perpecahan. Ibu, kedua istri, anak dan sepupu Alexander Agung, menjadi korban dan akhirnya semua terbunuh (310 SM).

Berselisih, runtuh dan musnah (168 SM)

Dalam kurun waktu sekitar 36 tahun, tepatnya tahun 286 SM, kelima satrap yang dibentuk dan saling berperang, akhirnya tinggal tersisa tiga, yaitu Ptolemeus di Mesir, Seleucus di Seleucid dan Lysimachus di Makedonia Thracia.

Tahun 285 SM, Ptolemeus pensiun dan diteruskan putranya Ptolemeus Ceraunus. Beberapa tahun setelah penobatan ini, terjadi perang antara Seleukus dengan Lysimachus. Ptolemeus Ceraunus menjadi sekutu Seleukus. Dalam peperangan tersebut, Lysimachus meninggal dalam perang dan Seleucus menang. Namun tanpa disangka, Ptolemeus Ceraunus yang menjadi sekutunya berkhianat dan membunuh Seleucus. Dengan pembunuhan ini, Ptolemeus Ceraunus sang raja dari Mesir, langsung menguasai Makedonia, Thracia, Babilonia dan Persia. Dengan demikian, semua jenderal Alexander Agung tidak ada yang tersisa.

Tahu 279 SM, bangsa barbar Celt Gallia datang ke Makedonia, menyerang Ptolemeus Ceraunus dan sang raja terbunuh. Putra Seleukus, Antiokhus I maju melawan bangsa Gallia, dan mendesak mereka mundur ke Asia Kecil, yang Sekarang di sebut Galasia. Dengan keberhasilannya, Antiokhus I naik tahta menjadi penerus ayahnya di Kekaisaran Seleukia.

Di Mesir, Ptolemeus Ceraunus II di gantikan oleh putranya Ptolemeus III (246 SM) dan Ptolemeus IV (222 SM), kemudian Ptolemeus V (204 SM). Sedangkan di Seleukia, Antiokhus I digantikan oleh Antiokhus II, Seleukus II, kemudian Antiokhus III (Antiokhus Agung), dan Antiokhus Epiphanes. Antiokhus Epiphanes adalah Kaisar yang sangat jahat terhadap bagsa Yahudi di Yerusalem. Karena tidak tahan dengan kejahatannya, tampil Yudas yang memimpin 6.000 tentara Yahudi untuk gerilya melawan Antiokhus Epiphanes. Saat sang Kaisar meninggal, Yudas mengangkat dirinya menjadi raja pertama dari Dinasti Hasmone dari Yerusalem. Namun setelah pewaris kaisar, Demetrius I semakin kuat, datang dan menyerang Yerusalem, Yudas meninggal. Demetrius I tidak bertingkah jahat seperti ayahnya, dia mengijinkan Yonathan untuk meneruskan Dinasti Hasmone Yerusalem, namun dalam kekuasaan Seleukia. Yonathan setuju dan mengendalikan Yerusalem selama 25 tahun.

Sementara di Makedonia, Ptolemeus II digantikan oleh Antigonus II, Demetrius II (tidak terkait dengan Demetrius I di Seleukia), Filipus V dan berikutnya Perseus. Di tangan Perseus inilah, Makedonia runtuh dan musnah oleh serangan Romawi pada 168 SM.

NABI ZAKARIYA AS (91 SM – 31 M) dan YAHYA AS (1 SM – 31 M)

Nabi Zakariya AS adalah bin Ladun bin Muslim bin Shadduq bin Husyban bin Daud bin Sulaiman bin Muslim bin Shiddiqah bin Barkhiya bin Balàthah bin Nakhur bin Syalum bin Bahfasyath bin Inaman bin Rahyaam bin Sulaiman AS.

Jarak antara Sulaiman AS dan Zakariya AS cukup jauh. Sebetulnya ada beberapa nabi Bani Israil yang muncul pada periode tersebut, meskipun sumber informasinya terbatas dan catatan waktunya relatif kabur. Beberapa nabi dijelaskan sebagai berikut.

Sya`ya[1] bin Amshaya (sekitar 700 SM). Nabi Sya`ya hidup sejaman dengan Raja Bani Israil bernama Hizqiya[2]. Bahkan Nabi menjadi penasehat raja. Sang Raja taat beragama mengikuti ajaran Sya`ya. Di sebelah timur, ada kerajaan yang jauh lebih besar, yaitu Babilonia, dengan rajanya saat itu Sanharib[3]. Sanharib membawa ribuan pasukan untuk penaklukan Israel. Dalam keadaan sakit parah, Hizqiya menangis dan berdoa kepada Allah SWT. Allah SWT mengabulkan doanya, disembuhkan penyakitnya dan digagalkannya pasukan Sanharib. Sebagian besar pasukan Babilonia mati dan tersisa beberapa yang dibebaskan dan kembali pulang[4]. Raja Sanharib meninggal tujuh tahun setelahnya. Kisah wafatnya Nabi Sya`ya serupa dengan Nabi Zakariya AS, hingga menimbulkan keraguan terhadap kisahnya.

Armiya bin Halqiya (sekitar 587 SM). Nabi Armiya hidup berdakwah kepada kaum Bani Israil, yang pada masa itu, dipengaruhi oleh kerajaan besar Babilonia yang sedang di pimpin oleh Bukhtanashar [5]. Raja Bukhtanashar adalah sosok yang sangat ganas, dan dialah sosok di belakang pembunuhan para nabi. Mereka membunuh penduduk yang ditaklukan, anak-anak dan wanita di giring dijadikan budak. Mereka juga merobohkan Baitul Maqdis dan membakar Kitab Taurat. Raja Bukhtanashar membinasakan hampir seluruh keturunan Bani Israil dan menjarah seluruh harta kekayaannya. Konon jumlah Bani Israil yang dibunuh dan di tawan mencapai 90 ribu orang. Bukhtanashar mendengar, bahwa penaklukannya telah diperingatkan oleh Nabi Armiya, karenanya sang Nabi di bebaskan dari penjara dan dibiarkan hidup di Iliya (Yerusalem). Setelahnya, penduduk Bani Israil yang tersisa mendatangi Armiya dan meminta nya untuk berdoa kepada Allah SWT. Allah SWT mengampuni mereka dan meminta mereka untuk membangun kembali kota Israel. Namun mereka menolak, karena kota sudah hancur. Sejak saat itu, penduduk Bani Israil berpencar ke berbagai penjuru dunia. Sementara daerah taklukan Babilonia semakin luas antara lain meliputi Baitul Maqdis, Yordania, Mesir, bahkan al-Maghrib.[6]

Armiya yang sedang memikirkan pembangunan kembali kota Israel tertidur. Ternyata tidurnya panjang hingga tujuh puluh tahun, bangun dan tidur lagi hingga genap seratus tahun. Ketika Nabi bangun, Bukhtanashar telah di ganti oleh Lahrasib[7] yang adil dan dicintai rakyatnya. Raja ini membebaskan Bani Israil dari penjara, menunjuk seorang dari keluarga Daud AS untuk menjadi raja dan menjalankan pemerintahan di Baitul Maqdis. Hingga akhirnya, ketika Armiya bangun dari tidurnya, kota Baitul Maqdis telah ramai seperti semula. Bangsa Israel menetap di negerinya, hingga akhirnya dikalahkan oleh bangsa Romawi. Selanjutnya, kekuasan dan kelompok Bani Israil hilang, ketika agama Nasrani hadir di tengah-tengah mereka.

Nabi Daniel (sekitar 587 SM). Nabi Daniel hidup semasa dengan Armiya. Armiya hidup di Baitul Maqdis Yerusalem, sementara Daniel hidup di Babilonia. Daniel dipenjara oleh Raja Bukhtanashar, dan dijadikan sebagai makanan dua singanya yang ganas. Namun anehnya, singa tersebut justru hidup berdampingan dengan Daniel dalam penjara. Nabi Armiya pernah diperintah Allah SWT untuk membawa makanan untuk Nabi Daniel. Konon, tiga belas abad setelahnya, pada masa Khalifah Umar menduduki Babilonia, salah satu prajuritnya yang bernama Harqusah menemukan jasad Daniel, yang dilaporkan kepada Abu Musa dan akhirnya sampai kepada khalifah.

Nabi Uzair (sekitar 560 SM). Nabi adalah Uzair bin Suraiq bin Adiya bin Ayyub bin Darzana bin Aria bin Taqiya bin Usbuà bin Fanhash bin al-Azir bin Harun AS. Nabi Uzair semasa remaja sempat di penjara oleh Raja Bukhtanashar. Ketika sudah berumur 40 tahun, Allah SWT memberinya ilmu dan khikmah. Konon Nabi Uzair juga telah di wafatkan dan dihidupkan kembali setelah 100 tahun. Setelah kehidupan keduanya, dia pulang ke rumahnya semula, hingga membuat gempar penduduk, terutama anak-anaknya. Nabi Uzair adalah sosok yang paling hafal Taurat. Akhirnya, Nabi Uzair melakukan pembaruan Kitab Taurat, tepatnya di daerah Dar Huzqail. Nabi Uzair wafat dan dimakamkan di daerah Sairabadz.

Nabi Zakariya AS, yang adalah seorang ahli dalam bidang pertukangan, tidak mempunyai anak sampai lanjut usia, meski nabi terus berdoa, namun tidak kunjung dikabulkan. Suatu ketika, motivasinya untuk memiliki anak kembali memuncak, ketika nabi diberi amanah untuk mengasuh Maryam binti Imran, ibunda Isa AS. Akhirnya Allah SWT mengabulkan doanya, dan lahir bayi bernama Yahya, yang kelak menjadi seorang nabi, yang hidup semasa dengan Nabi Isa AS.

Nabi Yahya AS, lahir dari Rahim ibu bernama Asy-ya binti Imran, yang tidak lain adalah saudara perempuan Maryam. Nabi Yahya AS sangat alim, sangat sederhana, bahkan biasa makan seadanya termasuk daun, minum air sungai. Nabi sering menangis karena takut kepada Allah SWT.

Terjadi perbedaan kisah tentang wafatnya Zakariya AS dan Yahya AS. Salah satu kisahnya sebagai berikut. Kisah wafatnya Nabi Yahya AS adalah, seorang selir raja sangat mencintai Yahya AS, namun nabi tidak berhasrat kepada wanita. Si Wanita sakit hati dan meminta raja untuk membunuhnya. Akhirnya di kirimlah algojo yang mendatangi Yahya AS ketika sedang sholat disamping ayahnya, di masjid Jibrun. Algojo datang menghampiri dan langsung memenggal kepala Yahya AS, menaruhnya dalam baskom dan membawanya untuk diserahkan kepada selir raja. Pada saat itu, Zakariya AS tetap pada sholatnya. Raja Kota Damaskus waktu itu bernama Hadad bin Hadar[8].

Beberapa waktu setelah wafatnya Yahya AS, seluruh keluarga raja dan pengikut setianya mati. Maka, kaum Bani Israil marah dan menuduh Zakariya AS sebagai pembunuh keluarga raja. Mereka bermaksud membunuh Zakariya AS. Kawatir terhadap rencana kaumnya, nabi melarikan diri, namun kaum Bani Israil terus mengejar. Pada suatu tempat, nabi terhalang oleh pohon, namun pohon itu justru membuka diri agar nabi masuk ke dalamnya. Akhirnya nabi masuk ke dalam pohon, namun sayang, syetan menarik sorbannya, hingga terjepit dan terlihat dari luar, hingga akhirnya terlihat oleh para pemburu. Kemudian pohon tersebut di gergaji dan nabi wafat terbelah di dalamnya.

=======================  selesai, bersambung....  ==============================

Catatan: Tulisan ini adalah kelanjutan dari tulisan sebelumnya : Kerajaan Israel Muncul dan Musnah

 



[1] Pada bab sebelumnya, disebut sebagai Yesaya.

[2] Pada bab sebelumnya, disebut sebagai Hizkia, Raja Yuda

[3] Yang dimaksud adalah Sankherib, Raja Assiria, yang berkuasa tahun 704-681 SM, berkedudukan di Nineweh. Babilonia adalah bagian dari kekuasaanya.

[4] Baca sub-bab Sankherib (704-681 SM)

[5] Maksudnya adalah Nebukhadnezar II yang berkuasa di Babilonia pada 605-562 SM.

[6] Baca sub-bab Nebuchadnezzar II Membangun Babilonia (605 SM) Membakar Yerusalem (587 SM)

[7] Mungkin maksudnya adalah Labashi-Marduk. Dia adalah pewaris ketiga Nebukhadnezar II, dengan urutan pertama Amel-Marduk (562-560 SM), kedua Neriglissar (560 – 556 SM), dan Labashi-Marduk (556 SM), yang berkuasa hanya beberapa bulan saja, karena meninggal. Selanjutnya pewaris Labashi-Marduk adalah Nabonidas (556 – 539) SM. Pada masa Nabonidas, tahun 539 SM, Babilonia takluk dan dikuasai oleh Cyrus the Great dari Persia.

[8] Mungkin maksudnya adalah Herodes Antipas, putra Herodes. Dia ditunjuk oleh Kaisar Romawi Oktavianus sebagai pimpinan distrik Yerusalem.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The 360 Leader - John C Maxwell

Hampir semua pemimpin memiliki pimpinan yang lebih tinggi. Bolehlah dibilang, tidak ada pemimpin yang tidak memiliki pemimpin diatasnya. Karenanya, buku The 360 Leader karangan John C. Maxwell ini sejatinya adalah untuk semua pemimpin, bukan hanya untuk para manajer yang selalu berada di bawah para pemilik perusahaan. Pun demikian, penjelasan buku ini memang lebih difokuskan kepada para manajer, senior manajer dan para pemimpin sejenis dalam perusahaan yang berada di bawah kepemimpinan orang-orang di atasnya. Buku setebal 400 halaman ini mengawali penjelasanya dengan 7 mitos tentang memimpin dari bagian tengah. Berikutnya menjelaskan tantangan yang dihadapi pemimpin 360 Derajat. Pada bagian ketiga dijelaskan bagaimana memimpin ke atas. Bagian keempat dan kelima menjelaskan praktik memimpin ke samping dan ke bawah. Pada bagian akhir dijelaskan nilai-nilai pemimpin 360 Derajat. Prinsip utama dari kepemimpinan 360 derajat adalah bahwa pemimpin bukanlah posisi, melainkan pe...

Pembangun Peradaban, Para Nabi dan Raja, Sejak Penciptaan hingga Menjelang Islam

Judul Buku : Pembangun Peradaban, Para Nabi dan Raja, Sejak Penciptaan hingga Menjelang Islam Penulis : Muhammad Yusuf Release : Maret 2024 Halaman : XIV + 162 Hal Format : Flipbook, eBook (PDF), Cetak (PDF Book Fold), Website. DOWNLOAD GRATIS: Edisi 2, April 2024 : FLIPBOOK    |    PDF EBOOK    |    PDF BUKU CETAK   Edisi 1, Maret 2024  : FLIPBOOK    |    PDF EBOOK    |   PDF BUKU CETAK Jika Anda lebih nyaman membaca pada website, silahkan buka masing-masing Bab pada link berikut: PEMBANGUN PERADABAN, Para NABI dan RAJA, Sejak Penciptaan hingga Menjelang Islam PENDAHULUAN -  pendahuluan BAB I  Peradaban Awal -  peradaban-awal-sebelum-4000-sm BAB II  Banjir Nuh dan Dinasti Awal -  banjir-nuh-dan-awal-dinasti-4000-3000-sm BAB III  Masa Kebangkitan Kerajaan -  masa-kebangkitan-kerajaan-3000-2000-sm BAB IV  Tanah yang Dijanjikan -  tanah-yang-di-janjikan-20...

Empat Komponen Manusia

Banyak referensi tentang kehidupan manusia telah saya pelajari, khususnya dari buku-buku tasawuf. Sejauh ini saya pahami bahwa manusia memiliki tiga komponen yang tidak terpisahkan, yaitu fisik, akal dan ruh. Alhamdulillah, pada renungan saya di segmen terakhir bulan ramadhan 1432 H ini, terbuka pemahaman baru mengenai komponen pembentuk manusia. Tentu saya meyakini kebenaran pemahaman ini, tapi bagaimana pun saya tetap membuka kemungkinan adanya pemahaman yang lebih baik. Manusia terbentuk dari empat bagian atau komponen yang tidak terpisahkan, yaitu: Pertama, Fisik atau jasad. Inilah bagian paling mudah dikenali. Fisik merupakan komponen utama dari semua makhluk di bumi ini. Melalui fisik inilah keberadaan makhluk di bumi dapat dilihat, dirasa dan dikenali. Karena komponen fisik ada di seluruh makhluk bumi, baik makhluk hidup maupun mati, maka tingkatan fisik merupakan tingkatan terendah, setara dengan tingkatan tumbuhan, hewan, tanah dan seterusnya. Kedua, Nyawa at...