Berikut ini adalah inspirasi bisnis bagi para investor (bukan trader) saham. Saham Telkom saya jadikan sebagai salah satu contoh, namun pastinya banyak saham lain yang serupa atau lebih bagus darinya.
Benar, apa yang dikatakan investor kawakan Warren Baffett, "Our favorite holding period is forever", quote lainnya antara lain, "Beli saham layaknya Anda akan membeli rumah. Memahami dan menyukainya sehingga Anda akan puas memilikinya".
Jika Anda berinvestasi saham Telkom pada saat IPO tahun 1995, Anda akan merasakan super gembira, karena saat ini, nilainya sudah naik 21 x dari dinilai awalnya. Kok 21 x, bagaimana perhitungannya?
Sejak saham IPO tahun 1995, Telkom telah membagi saham bonus sekali dan melakukan stock split dua kali. Jika saat IPO Anda membeli saham sebanyak 1,000 lembar, maka saat ini saham yang Anda miliki sudah berubah menjadi 10.800 saham, atau naik 10,8 kali. Selanjutnya dari sisi harga saham, pada saat IPO harga saham Rp 2.050, sedangkan saat ini (akhir tahun 2019, sebelum hantaman Covid-19) harganya 4.000.
Mari kita hitung bersama. Anggap saja pada saat IPO, Anda berinvestasi dengan uang cash sebanyak seratus juta rupiah (48.780 lembar saham dengan harga Rp 2.050). Nilainya hari ini berubah menjadi 21 miliar rupiah (tepatnya Rp 21.07296.000 = 10,8 x 48.780 x Rp 4.000). Artinya uang Anda telah naik 21 kali lipat.
Apakah 21 kali tersebut menarik, untuk ukuran waktu 24 tahun (tahun 1995 - 2019)? Mari kita lihat pembandingnya.
Rumah. Jika pada saat yang sama, Tahun 1995, Anda beli rumah di pinggiran kota Surabaya dengan harga seratus juta rupiah, Anda akan mendapatkan rumah dengan tipe 50/100. Pada saat ini, jika Anda beli rumah di pinggiran Surabaya dengan tipe 50/100, harganya berkisar satu miliar. Artinya, naik 10 kali lipat.
Mobil. Salah satu mobil paling tren di tahun 1995 adalah Toyota Kijang, harganya waktu itu sekitar Rp 30 juta. Setelah beberapa kali modifikasi desain, saat ini Toyot Kijang telah berubah nama menjadi Toyota Innova. Harga Toyota Innova edisi premium saat ini berkisar Rp 400 juta. Artinya, harganya naik 13 kali lipat.
Dengan dua ilustrasi tersebut, kenaikan harga saham Telkom sebesar 21 kali lipat, menarik untuk menjadi alternatif investasi jangka panjang, bukan trader saham harian.
Saat ini adalah termasuk masa yang sangat baik untuk membeli saham kembali, kenapa? karena harga saham sedang jatuh di titik terendah, pada masanya pasti akan naik kembali. Kuncinya, pelajari fundamental perusahaan, pastikan perusahaan yang Anda beli betul-betul kinclong kinerja bisnisnya.
Selamat meraih peluang pada masa sulit Covid-19.
Benar, apa yang dikatakan investor kawakan Warren Baffett, "Our favorite holding period is forever", quote lainnya antara lain, "Beli saham layaknya Anda akan membeli rumah. Memahami dan menyukainya sehingga Anda akan puas memilikinya".
Jika Anda berinvestasi saham Telkom pada saat IPO tahun 1995, Anda akan merasakan super gembira, karena saat ini, nilainya sudah naik 21 x dari dinilai awalnya. Kok 21 x, bagaimana perhitungannya?
Sejak saham IPO tahun 1995, Telkom telah membagi saham bonus sekali dan melakukan stock split dua kali. Jika saat IPO Anda membeli saham sebanyak 1,000 lembar, maka saat ini saham yang Anda miliki sudah berubah menjadi 10.800 saham, atau naik 10,8 kali. Selanjutnya dari sisi harga saham, pada saat IPO harga saham Rp 2.050, sedangkan saat ini (akhir tahun 2019, sebelum hantaman Covid-19) harganya 4.000.
Mari kita hitung bersama. Anggap saja pada saat IPO, Anda berinvestasi dengan uang cash sebanyak seratus juta rupiah (48.780 lembar saham dengan harga Rp 2.050). Nilainya hari ini berubah menjadi 21 miliar rupiah (tepatnya Rp 21.07296.000 = 10,8 x 48.780 x Rp 4.000). Artinya uang Anda telah naik 21 kali lipat.
Apakah 21 kali tersebut menarik, untuk ukuran waktu 24 tahun (tahun 1995 - 2019)? Mari kita lihat pembandingnya.
Rumah. Jika pada saat yang sama, Tahun 1995, Anda beli rumah di pinggiran kota Surabaya dengan harga seratus juta rupiah, Anda akan mendapatkan rumah dengan tipe 50/100. Pada saat ini, jika Anda beli rumah di pinggiran Surabaya dengan tipe 50/100, harganya berkisar satu miliar. Artinya, naik 10 kali lipat.
Mobil. Salah satu mobil paling tren di tahun 1995 adalah Toyota Kijang, harganya waktu itu sekitar Rp 30 juta. Setelah beberapa kali modifikasi desain, saat ini Toyot Kijang telah berubah nama menjadi Toyota Innova. Harga Toyota Innova edisi premium saat ini berkisar Rp 400 juta. Artinya, harganya naik 13 kali lipat.
Dengan dua ilustrasi tersebut, kenaikan harga saham Telkom sebesar 21 kali lipat, menarik untuk menjadi alternatif investasi jangka panjang, bukan trader saham harian.
Saat ini adalah termasuk masa yang sangat baik untuk membeli saham kembali, kenapa? karena harga saham sedang jatuh di titik terendah, pada masanya pasti akan naik kembali. Kuncinya, pelajari fundamental perusahaan, pastikan perusahaan yang Anda beli betul-betul kinclong kinerja bisnisnya.
Selamat meraih peluang pada masa sulit Covid-19.
Komentar
Posting Komentar