"Kalian harus mulai belajar memimpin", demikian saranku kepada 12 anak generasi termuda di kantor. Setelah terdiam sesaat, salah satu dari mereka ngacung sambil bertanya, "Pak, kami semua masih staf, bagaimana cara kami belajar memimpin?". Sempat aku berpikir beberapa waktu, agar bisa memberi jawaban terbaik, namun singkat. Jawaban itu adalah: Leadership is influence—nothing more, nothing less.
Setelah jawaban singkat tersebut, aku berusaha memberikan penjelasan yang lebih rinci, dan akhirnya cukup panjang. Karena itulah, jawaban tersebut menjadi artikel yang sedang Anda baca.
Leadership is influence, nothing more nothing less, adalah quote yang dipopulerkan oleh pembicara leadership internasional, John C. Maxwell. Leadership bukanlah status, bukanlah jabatan. Untuk memimpin sekelompok orang, tidak perlu menunggu status, tidak perlu menunggu jabatan tertentu. Sekelompok orang dengan status dan jabatan yang sama, bisa saja muncul seorang pemimpin, yang secara sengaja atau pun tidak, mampu mempengaruhi kelompok tersebut, menuju ke arah tujuan bersama. Ilustrasi berikut semoga bisa menegaskan penjelasan di atas.
Sekelompok orang tersesat di hutan. Setelah mereka berjalan cukup lama ke arah kiri, ternyata sampai di titik semula. Mereka mengulangi kembali ke arah kanan, ternyata masih kembali ke titik semula. Mereka terhenti di lokasi tersebut, dan akhirnya menyadari, mereka sedang tersesat. Sebagian mereka mulai menyalahkan temannya. Sebagian lain mulai menyesali perjalanan. Sebagian lagi mulai menangis dan meratapi nasib malang. Sebagian lagi acuh yang penting tetap bersama dengan lainnya. Yang sebagian lagi berpikir keras mencari jalan keluar, sambil merupaya memberi harapan kepada temannya. Suasana mulai krodit dan makin krodit.
Pada suasana demikian, apakah Anda bisa menebak, siapa yang bakal tampil sebagai pemimpin? Rasanya mudah saja menebaknya.
Hampir dipastikan, orang yang punya karakter suka menyalahkan temannya, tidak akan tampil sebagai pemimpin. Kita juga tidak mungkin mengangkat orang yang menangis dan meratapi nasib sebagai pemimpin, demikian juga dengan yang acuh. Kemungkinan besar, kepemimpinan muncul dari orang yang selalu memberi harapan kepada temannya, berpikir keras mencari jalan keluar, mempunyai keyakinan kuat terhadap arah yang akan dituju, dan mampu meyakinkan temannya untuk berjalan menuju arah yang diyakininya.
Karakter ini akan tampil memimpin mereka. Mungkin sebagian temannya senang dan bersedia mengikuti orang ini. Mungkin juga sebagian yang lain tidak bersedia menjadi pengikutnya. Bahkan, bisa jadi, sebagian lain membenci dan menolak untuk menjadi pengikut orang ini, karena berbagai alasan, mungkin saja alasan pribadi.
Namun pada akhirnya, mereka semua akan mengikuti dan menjadi pengikut, meskipun dengan keterpaksaan. Kenapa demikian? karena mereka tidak punya pilihan. Karena jika mereka mengikuti, bisa jadi mereka selamat atau tidak selamat, namun paling tidak mereka masih bisa bersama dengan teman-teman lainnya, tidak mengambil resiko sendirian. Jika mereka tidak mengikuti dan ambil keputusan menyendiri, resikonya jauh lebih besar, karena mereka tidak tahu jalan pulang, dan tidak ada satu pun pelindung jika ada sesuatu terjadi padanya. Maka, sekali lagi, tidak ada opsi bagi mereka, kecuali mengikuti, meskipun dengan terpaksa.
Contoh ini bisa kita bawa ke kantor, atau ke lingkungan RT, atau RW, atau lingkungan sosial. Di lingkungan kantor, yang mana kinerjanya jelek, masing-masing pegawai saling menyalahkan, tidak ada niat saling membantu, tidak ada yang semangat memperbaiki keadaan, semua apatis dan pesimis. Pada kondisi demikian, sebetulnya mirip dan tidak ubahnya seperti kondisi kesesatan dalam hutan, sebagaimana contoh di atas. Dan pemimpin yang akan tampil adalah pemimpin yang memiliki karakter di atas.
Pada studi kasus kesesatan di hutan, seseorang telah menunjukkan bukti, bahwa leadership is influence, not status. Kasus ini sekaligus menunjukkan kemunculan seorang pemimpin yang mempunyai karakter one who knows the way, goes the way, and shows the way.
Demikian, semoga menginspirasi dan bermanfaat. Aamiin.
Setelah jawaban singkat tersebut, aku berusaha memberikan penjelasan yang lebih rinci, dan akhirnya cukup panjang. Karena itulah, jawaban tersebut menjadi artikel yang sedang Anda baca.
Leadership is influence, nothing more nothing less, adalah quote yang dipopulerkan oleh pembicara leadership internasional, John C. Maxwell. Leadership bukanlah status, bukanlah jabatan. Untuk memimpin sekelompok orang, tidak perlu menunggu status, tidak perlu menunggu jabatan tertentu. Sekelompok orang dengan status dan jabatan yang sama, bisa saja muncul seorang pemimpin, yang secara sengaja atau pun tidak, mampu mempengaruhi kelompok tersebut, menuju ke arah tujuan bersama. Ilustrasi berikut semoga bisa menegaskan penjelasan di atas.
Sekelompok orang tersesat di hutan. Setelah mereka berjalan cukup lama ke arah kiri, ternyata sampai di titik semula. Mereka mengulangi kembali ke arah kanan, ternyata masih kembali ke titik semula. Mereka terhenti di lokasi tersebut, dan akhirnya menyadari, mereka sedang tersesat. Sebagian mereka mulai menyalahkan temannya. Sebagian lain mulai menyesali perjalanan. Sebagian lagi mulai menangis dan meratapi nasib malang. Sebagian lagi acuh yang penting tetap bersama dengan lainnya. Yang sebagian lagi berpikir keras mencari jalan keluar, sambil merupaya memberi harapan kepada temannya. Suasana mulai krodit dan makin krodit.
Pada suasana demikian, apakah Anda bisa menebak, siapa yang bakal tampil sebagai pemimpin? Rasanya mudah saja menebaknya.
Hampir dipastikan, orang yang punya karakter suka menyalahkan temannya, tidak akan tampil sebagai pemimpin. Kita juga tidak mungkin mengangkat orang yang menangis dan meratapi nasib sebagai pemimpin, demikian juga dengan yang acuh. Kemungkinan besar, kepemimpinan muncul dari orang yang selalu memberi harapan kepada temannya, berpikir keras mencari jalan keluar, mempunyai keyakinan kuat terhadap arah yang akan dituju, dan mampu meyakinkan temannya untuk berjalan menuju arah yang diyakininya.
Karakter ini akan tampil memimpin mereka. Mungkin sebagian temannya senang dan bersedia mengikuti orang ini. Mungkin juga sebagian yang lain tidak bersedia menjadi pengikutnya. Bahkan, bisa jadi, sebagian lain membenci dan menolak untuk menjadi pengikut orang ini, karena berbagai alasan, mungkin saja alasan pribadi.
Namun pada akhirnya, mereka semua akan mengikuti dan menjadi pengikut, meskipun dengan keterpaksaan. Kenapa demikian? karena mereka tidak punya pilihan. Karena jika mereka mengikuti, bisa jadi mereka selamat atau tidak selamat, namun paling tidak mereka masih bisa bersama dengan teman-teman lainnya, tidak mengambil resiko sendirian. Jika mereka tidak mengikuti dan ambil keputusan menyendiri, resikonya jauh lebih besar, karena mereka tidak tahu jalan pulang, dan tidak ada satu pun pelindung jika ada sesuatu terjadi padanya. Maka, sekali lagi, tidak ada opsi bagi mereka, kecuali mengikuti, meskipun dengan terpaksa.
Contoh ini bisa kita bawa ke kantor, atau ke lingkungan RT, atau RW, atau lingkungan sosial. Di lingkungan kantor, yang mana kinerjanya jelek, masing-masing pegawai saling menyalahkan, tidak ada niat saling membantu, tidak ada yang semangat memperbaiki keadaan, semua apatis dan pesimis. Pada kondisi demikian, sebetulnya mirip dan tidak ubahnya seperti kondisi kesesatan dalam hutan, sebagaimana contoh di atas. Dan pemimpin yang akan tampil adalah pemimpin yang memiliki karakter di atas.
Pada studi kasus kesesatan di hutan, seseorang telah menunjukkan bukti, bahwa leadership is influence, not status. Kasus ini sekaligus menunjukkan kemunculan seorang pemimpin yang mempunyai karakter one who knows the way, goes the way, and shows the way.
Demikian, semoga menginspirasi dan bermanfaat. Aamiin.
Komentar
Posting Komentar