Natural Leader adalah judul buku terjemahan. Judul aslinya adalah Why some people lead, why some people follow, and why it matters. Buku keren ini ditulis oleh Mark Van Vugt and Anjana Ahuja, tahun 2010. Edisi terjemahan dicetak pertama kali oleh Gramedia tahun 2015 setebal 331 halaman.
Sesuai dengan judul aslinya, buku ini mengupas secara filosofis, kenapa dalam suatu komunitas selalu muncul pemimpin dan sekaligus pengikut. Kepemimpinan adalah bagian tak terpisahkan dari komunitas (atau kumpulan) manusia. Kepemimpinan muncul bersamaan dengan kebutuhan manusia untuk bertahan hidup dan ber-reproduksi. Tanpa kepemimpinan, kelompok sosial manusia tidak akan bertahan dan punah. Dengan kepemimpinan itulah, manusia menemukan cara untuk bertahan hidup dan berkembang. Karena dengan kepemimpinan itulah, mereka bisa saling koordinasi, mendapatkan orang terbaik, menggabungkan kekuatan dari orang-orang terbaik dan akhirnya bertahan dan reproduksi. Penulis menjelaskan teorinya melalui riset dan pemahaman yang mendalam terhadap sejarah kehidupan manusia sejak spesies manusia muncul di muka bumi, yaitu 2 juta tahun yang lalu. Penulis juga meyakini teori Darwin, sekaligus menjadikannya sebagai landasan teori yang dikembangkan. Selanjutnya, Penulis menamakan teorinya dengan Evolutionary Leadership Theory (ELT).
Penulis meyakini, bahwa motivasi utama yang mendasari ambisi menjadi pemimpin, sejak jaman purba, adalah 3S : Salary, Status, Sex. Kepemimpinan berkembang sedemikian rupa hingga sekarang, sehingga, saat ini kita dapat mengkategorikan teori kepemimpinan menjadi 10, yaitu:
- Tokoh besar. Pemimpin itu dilahirkan, contohnya adalah para Nabi. Sebagaimana teori evolusi, gen para pemimpin besar akan diwariskan kepada keturunannya, demikian juga dengan gen pengikut. Sehingga manusia yang hidup berikutnya, juga terbagi menjadi manusia gen pemimpin dan gen pengikut. Teori Tokoh Besar makin kabur bersamaan dengan berkembangnya manusia, karena makin sulit untuk mengidentifikasi, mana yang membawa gen pemimpin dan mana yang gen pengikut. Gen warisan semakin berbaur.
- Sifat. Merupakan turunan dari teori Tokoh Besar, pemimpin muncul atau dibedakan berdasarkan sifat-sifatnya, disebut dengan Kepribadian Lima Besar, yaitu: Keramahan, ekstraversi, kestabilan emosi, kehati-hatian, keterbukaan terhadap pengalaman. Baru-baru ini pada psikolog menambahkan ciri keenam, yaitu kejujuran atau rendah hati. Selain enam sifat tersebut, pemimpin juga harus memenuhi syarat cerdas. Untuk memudahkan penghafalan, bisa disingkat dengan R-E-E-HA-T + JU-DAS.
- Psikoanalisis. Bahwa semua kelompok sosial merupakan representasi keluarga. Banyak kasus menunjukkan, pemimpin besar adalah mereka yang sejak kecil tidak punya atau tidak hidup bersama dengan ayahnya. Sehingga secara psikologis, dia ingin menggantikan posisi ayahnya, dan mempunyai karakter yang membimbingnya menjadi pemimpin.
- Karismatik. Pemimpin politik pada umumnya tidak mempunyai kinerja yang spesifik, sehingga mengandalkan kepribadian, kekuatan persuasi, berpidato, manipulasi, karisma. Pemimpin karisma tidak memperoleh posisi berdasarkan apa yang dilakukan, tapi siapa dirinya. Orang tertarik kepadanya karena kepribadian dan retorika (keahlian berpidato dan berkomunikasi dengan publik). Bahasa, IQ verbal menjadi kunci bagi pemimpin berkarisma
- Perilaku. Konsep ini terkait dengan pendekatan Teori X Vs Teori Y. Teori X menyatakan bahwa bawahan pada dasarnya pemalas, sedangkan Teori Y meyakini bawahan adalah pribadi yang bertanggung jawab.
- Situasional. Pemimpin bisa bergaya otoriter, atau partisipatif, bergantung kepada situasi pengikutnya.
- Kontingensi. Merupakan pengembanagn dari teori Situasional, dimana juga mempertimbangkan variabel lain. Di antaranya ada tiga faktor yang mempengaruhi gaya kepemimpinan, yaitu hubungan antara pemimpin dan pengikut, jenis tugas (contohnya rutin atau terstruktur), dan lingkup kekuasaan. Lebih jauh, kita dapat membagi empat tipe kepemimpinan, yaitu : memerintah, menawarkan, mengundang partisipasi dan mendelegasikan.
- Transaksional dan Transformasional. Yaitu pemimpin konvensional dan visioner. Pemimpin transformasional adalah pemimpin yang mampu mengubah pengikut menjadi pemimpin dan mengubah pemimpin menjadi agen moral.
- Terdistribusi. Ini kepmimpinan yang relatif modern, dimana kepemimpinan tidak terkonsentrasi pada seseorang, melainkan tersebar, dengan orang di semua tingkatan. Bersifat luwes, menghindari hirarki yang ketat
- Pelayan. Pemimpin yang melayani kepentingan kelompok, bahkan kadang melakukan pengorbanan diri. Dicirikan dengan kerendahan hati, empati, rasa kebersamaan, penghormatan kepada etika, dan pengelolaan sumber daya secara bertanggung jawab.
Sebagian besar manusia modern mempunyai gagasan naluriah untuk memiliki pemimpin dengan tipe peleburan antara transformasional dan pelayan. Karena dia bijaksana dan menginspirasi, dekat dengan pengikut dan mendapatkan statusnya dengan meningkatkan kesejahteraan kelompok, bukan dirinya sendiri. Pada sisi lain, pemimpin juga harus memiliki sifat REEHAT + JUDAS.
Penjelasan di atas adalah terkait dengan kepemimpinan. Selanjutnya adalah kepengikutan. Jika orang ingin menjadi pemimpin karena 3S, lantas, kenapa orang mau menjadi pengikut? jawabanya adalah: Demi keutuhan kelompok, lebih aman mengikuti orang lain daripada sendirian, ingin belajar dari orang yang lebih baik darinya. Naluri untuk mengikuti, sudah begitu mendarah daging bagi sebagian besar manusia, bahkan naluri tersebut (tidak ingin keluar dari kelompok, atau kawatir tersingkir dari kelompok), seringkali sampai mengabaikan nilai-nilai moral, nilai kebenaran.
Berikut 5 jenis tipe pengikut:
Berikut 5 jenis tipe pengikut:
- Penyendiri. Tidak terlalu peduli dengan kelompok atau pemimpinnya (apatis)
- Pengamat. Ketiadaan komitmen kepada kelompok atau pemimpin, posisi netral
- Peserta. Menunjukkan sedikit komitmen kepada kelompok dan pemimpin
- Aktifis. Aktif terlibat dalam kelompok, dan secara konsisten akan mendukung atau menggulingkan pemimpin
- Faantik. Pengikut yang setia dan berdedikasi kepada kelompok dan pemimpinnya.
Pengikut Aktifis memiliki beberapa cara untuk mengatasi atau menggulingkan pemimpin, atau disebut Strategy To Overcome the Powerful (STOP). Ada 5 tahapan STOP, yaitu : gosip, diskusi publik, satire (kritik dengan bau humor), pembangkangan, pembunuhan.
Sebaliknya, bagi pemimpin, mereka juga punya cara untuk memperkuat kekuasaannya, atau disebut Strategies To Enhance Power (STEP). Ada 7 tahapan STEP, yaitu : nepotisme atau korupsi, mengambil hati dengan memberi sesuatu yang dibutuhkan pengikut, monopoli kekuatan, merangkul musuh atau membasmi, menaklukan pihak yang menjadi musuh bersama, manipulasi pikiran atau mengendalikan aliran informasi bebas, menciptakan ideologi.
Berikut adalah ciri-ciri pemimpin yang diharapkan oleh pengikut, yang sebetulnya merupakan ciri pemimpin purba, namun telah tertanam dalam benak manusia modern, namun sebenarnya, ciri tersebut tidak terlalu relevan dengan kebutuhan modern, meskipun faktanya masih exist di hadapan kita. Yaitu :
- Sehat. Pengikut menghendaki pemimpin yang sehat
- Tinggi tubuh. Pemimpin yang berbadan lebih tinggi, dianggap lebih cocok
- Usia matang. Pengikut sering menganggap, semakin tua semakin matang dalam memimpin
- Maskulin. Pengikut lebih suka dipimpin orang yang bertubuh maskulin daripada feminim
- Laki-laki. Laki-laki dianggap lebih pantas memimpin daripada perempuan
- Reputasi. Kehidupan pribadi pemimpin seringkali mewarnai pilihan para pengikut
- Karisma. Karisma terletak pada kesetiaan terhadap kesucian, kepahlawanan, atau sifat terpuji, dan perintah atau pola normatif yang diungkapkannya.
Akhirnya, ELT menyampaikan 10 rekomendasi kepemimpinan modern, seperti berikut ini:
- Jangan menjadikan romansa kepemimpinan secara berlebihan (kultus). Pemimpin modern tidak berwenang terhadap segala hal, dia hanya berkuasa atas hal spesifik saja, karenanya pemimpin modern jangan meminta untuk diagungkan. Dekatlah dengan pengikut dan buatlah lebih egaliter.
- Temukan relung dan kembangkan kemampuan Anda. Pemimpin harus memiliki kelebihan spesifik dan terus mengembangkan diri agar tetap lebih baik dari para pengikut.
- Pertahankan agar tetap kecil dan alami. Angka Dunbar, yaitu angka 150 masih relevan dalam kepemimpinan ELT. Buatlah organisasi dan lingkaran kepemimpinan dengan anggota berkisar 150 orang. Bangun kekuatan kepemimpinan dalam komunitas 150 orang.
- Dukunglah pengikut. Pengikut modern tidak menghendaki pemimpin otoriter, karenanya perlu diberikan wadah bagi pengikut untuk mendekati atau menyetarakan tingkatan dengan pemimpinnya.
- Kepemimpinan terdistribusi. Menerapkan kepemimpinan yang bersifat situasional, cair dan terdistribusi.
- Hati-hati dengan kesenjangan upah. Kesenjangan upah akan menimbulkan derajat yang curam antara pemimpin dan pengikut. Seperti dijelaskan sebelumnya, pemimpin modern harus dekat dengan pengikutnya. Maka kesenjangan yang terlalu tinggi sudah tidak relevan. Banyak perusahaan modern yang menerapkan gaji eksekutif tidak lebih tinggi dari 75 kali gaji pegawai terendah.
- Carilah pemimpin dari dalam. Pengangkatan pemimpin dari bawah merupakan karakter kepemimpinan purba yang relevan sampai saat ini, karena mempu membangun komitmen tinggi dari pengikut.
- Hati-hati dengan nepotisme. Menunjuk kerabat dan teman memang watak alami, namun jika dilakukan tanpa asesmen yang memadai, akan menjadi sumber malapetaka bagi organisasi.
- Hindari sisi kelam. Tidak relevan pemimpin modern yang mendominasi mutlak pengikutnya, atau mengarah kepada Triad Gelap, yaitu narsistik, machiavellis dan psikopat.
- Jangan menilai pemimpin dari penampilan. Seperti dijelaskan di atas, pemimpin purba dipilih karena 7 ciri fisiknya. Namun hal ini sudah tidak relevan bagi pemimpin modern.
Komentar
Posting Komentar