Impor ponsel nasional tahun 2012 mencapai USD 2,6 miliar, dan pada Agustus 2014 mencapai USD 2,1 miliar. Pengguna ponsel berkisar 250 juta. Jika mereka ganti ponsel setiap 2,5 tahun, berarti setiap tahun butuh sekitar 100 juta. Jika harga rata-rata ponsel Rp 500 ribu, nilai pasar ponsel Indonesia akan berkembang mencapai Rp 50 T. Pasar yang cukup besar, tentu saja.
Berpatokan pada data tersebut, pemerintah berencana menerapkan TKDN (tingkat kandungan dalam negeri) sebesar 40% pada ponsel yang dijual di Indonesia. Pemerintah juga mendorong produsen global untuk membangun pabrik di Indonesia.
Nampaknya desakan pemerintah mendapat respon positif produsen. Beberapa mereka global telah sepakat untuk mendirikan pabrik di Indonesia. Diantaranya Asus, Samsung, Oppo, Haier, Huawei, ZTE, Lenovo dan Xiaomi.
Dari dafta tersebut, terlihat, hampir semua produsen berasal dari daratan Asia. Produsen Barat belum terlihat komitmennya. Padahal setahun lalu, Blackberry, melalui mitra Foxcon sudah menyatakan siap bangun pabrik di daerah Marunda. Namun entah, kabar tersebut tidak terdengar lagi.
Kenapa hanya produsen Asia yang maju, dan kenapa Barat tidak juga tertarik? Padahal, data menunjukkan, jumlah ponsel Barat justru menguasai pasar lokal. Sebut saja Apple dan Blackberry. Jadi, menarik untuk mencari jawaban atas pertanyaan tersebut.
Komentar
Posting Komentar