Dalam laporan yang dirilis The Nielsen Co pada Mei 2011 lalu menyebutkan jumlah rumah tangga Amerika Serikat (AS) yang memiliki televisi sebanyak 114,7 juta, turun dari tahun sebelumnya 115,9 juta. Sehingga penetrasi televisi di negeri tersebut menjadi 96,7 persen dari sebelumnya 98,9 persen. Penurunannya memang relatif kecil, namun perlu dicermati karena tren negatif tersebut merupakan yang pertama dalam 19 tahun terakhir.
Laporan di atas sejalan dengan laporan lembaga riset Mintel yang diterbitkan Januari 2011, yang mana menyebutkan bahwa salah satu dari lima tren industri televisi adalah menyatunya industri dengan online atau internet. Operator televisi merambah industri online, dan sebaliknya pelaku online memasuki industri siaran televisi. Penyatuan dua industri tersebut telah terbukti meningkatkan rata-rata konsumsi pemirsa televisi di AS sebesar 22 menit menjadi 159 jam per bulan.
Peningkatan konsumsi televisi tentu saja didorong oleh minat pemirsa yang makin tinggi terhadap siaran televisi internet. Saat ini hampir semua negara telah memiliki televisi internet, baik yang disediakan oleh operator televisi maupun pelaku online. www.hulu.com dan www.netflix.com merupakan contoh televisi internet yang diminati dan meraih sukses di AS. Sayang, situs tersebut belum bisa dinikmati oleh pemirsa Indonesia, karena permasalahan lisensi. Untuk pemirsa Indonesia, dapat menikmati televisi internet lokal seperti Mivo TV dan SpeedyTV.
Internet Protokol TV (IPTV)
Internet Protocol TV (IPTV) adalah sistem di mana siaran televisi disampaikan menggunakan protokol internet melalui jaringan packet-switched seperti Internet, tidak disampaikan melalui sinyal tradisional terestrial, satelit, atau televisi kabel. IPTV juga berbeda dengan televisi internet.
Layanan IPTV dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu live television seperti televisi tradisional, time-shifted television dengan kemampuan replay–forward-backward, dan video on demand yang menampilkan katalog video.
IPTV komersial diluncurkan pertama kali tahun 1999 oleh Kingston di Inggris dengan merek dagang KIT. Pada tahun yang sama, Kanada juga meluncurkan IPTV dengan merek VibeVision dan Sasktel. Tahun 2006 AT&T meluncurkan IPTV dengan merek U-Verse. Layanan IPTV terus berkembang secara global hingga kawasan Timur Tengah, Asia bahkan Asia Tenggara.
Hampir berbarengan dengan Astro di Malaysia, pada Juni 2011 Telkom meluncurkan IPTV pertama di Indonesia dengan merek dagang Groovia. Layanan Goovia didistribusikan melalui jaringan internet berbasis DSL, Speedy. Selain Groovia yang bisa dinikmati melalui perangkat televisi, Telkom juga mengembangkan GooviaLite yang bisa disaksikan pakai gadget. Meskipun baru tersedia di beberapa kota besar, Telkom sangat gencar mempromosikan Groovia bersama anak perusahaannya TelkomVision yang selama ini fokus menggarap layanan televisi berbayar.
Smart-TV
Selain oleh operator televisi dan pelaku online, perkembangan televisi di dunia maya juga diperkuat oleh produsen smart-TV. Smart TV atau TV Hibrid adalah perangkat televisi dengan kemampuan internet yang terintegrasi atau menggunakan set-top box. Produsen televisi berkelas global pada umumnya telah menjual televisi berjenis smart-TV. Samsung, LG dan Sony adalah beberapa produsen yang sangat agresif menawarkan smart-TV.
Pada umumnya smart-TV dikemas dengan layar datar yang lebar dan resolusi tinggi serta disertai koneksi internet. Dengan smart-TV pemirsa dapat menikmati televisi tradisional, televisi internet, maupun IPTV dengan kenyamanan yang relatif sama. Smart-TV juga dilengkapi dengan berbagai fitur interaktif, layanan on demand dan game. Pemirsa bahkan dapat menghubungkan tayangan yang disaksikan, baik pada televisi tradisional, internet atau IPTV dengan social media seperti Facebook, Twitter, Google Plus dan seterusnya.
Smart-TV terasa mengesankan karena kemampuannya menggabungkan televisi, komputer, dan koneksi internet. Teknologi layar yang kian maju akan mendorong peningkatan smart-TV. Demikian juga dengan kemampuan prosesor komputer yang makin pintar serta kapasitas penyimpanan yang semakin besar dan murah. Bagaimana dengan koneksi internet?
Televisi Online Bakal Meroket ?
Televisi ditonton hampir semua orang, dari anak-anak hingga lansia. Dari populasi penduduk sekitar 240 juta, sekitar 85 persen adalah penonton televisi. Sementara populasi televisi di Indonesia tahun 2011 berkisar 50 juta.
Pengguna internet tahun 2011 mencapai 55 juta. Pertumbuhan pengguna internet terpacu oleh penetrasi mobile internet yang makin meluas, sebagai dampak semakin banyaknya smartphone dan tablet.
Dari angka tersebut, terlihat potensi televisi online sangat besar. JIka demikian, akankah televisi internet bakal segera meroket?
Televisi internet bakal semakin diminati, semakin popular dan semakin meluas. Namun demikian nampaknya belum segera masuk ke segmen bawah. Hal ini karena harga smartphone, smart-TV dan koneksi internet yang masih relatif mahal.
Harga smartphone dan tablet pada umumnya di atas tiga jutaan. Sedangkan harga smart-TV pada umumnya berada di atas lima jutaan. Angka tersebut belum terjangkau oleh kalangan bawah yang berharap harga ratusan ribu rupiah.
Operator internet kabel telah menjual paket dengan kecepatan 3 Mbps bahkan ada yang 10 Mbps. Sedangkan internet mobile atau ponsel telah menjual internet dengan kecepatan 3, 7, bahkan untuk segmen tertentu sampai 21 Mbps. Namun demikian, sebagian besar pengguna internet di Indonesia masih menikmati koneksi internet dengan kecepatan di bawah 1 Mbps. Hal ini tentu karena masalah tarif paket internet dan daya beli.
Namun demikian, percepatan televisi online akan terbantu dengan kehadiran smartphone dan tablet lokal/ china yang dijual dengan kisaran satu sampai dua juta, bahkan ada merek dengan harga di bawah satu juta. Untuk smart-TV, masih ada solusi percepatan melalui penyediaan set-top box yang dijual di bawah satu juta.
Sedangkan untuk koneksi internet, kita berharap pemerintah bisa membantu melalui percepatan tender 2 blok kanal 3G yang masih tersisa. Pemerintah juga perlu mengevaluasi lisensi WiMAX yang sudah diterbitkan, karena banyaknya kendala implementasi. Selanjutnya pemerintah juga diharapkan segera menyelenggarakan tender lisensi LTE.
Dengan ketiga aksi tersebut, diharapkan operator mampu menyediakan paket internet berkecepatan tinggi dengan harga yang sangat terjangkau. Jika ketiganya bisa tuntas tahun 2013, kemungkinan televisi internet bisa dinikmati semua segmen masyarakat mulai tahun 2014. Pada saat itulah siaran televisi bisa dinikmati di mana pun dan kapan pun, tidak perlu lagi istilah prime time.
Laporan di atas sejalan dengan laporan lembaga riset Mintel yang diterbitkan Januari 2011, yang mana menyebutkan bahwa salah satu dari lima tren industri televisi adalah menyatunya industri dengan online atau internet. Operator televisi merambah industri online, dan sebaliknya pelaku online memasuki industri siaran televisi. Penyatuan dua industri tersebut telah terbukti meningkatkan rata-rata konsumsi pemirsa televisi di AS sebesar 22 menit menjadi 159 jam per bulan.
Peningkatan konsumsi televisi tentu saja didorong oleh minat pemirsa yang makin tinggi terhadap siaran televisi internet. Saat ini hampir semua negara telah memiliki televisi internet, baik yang disediakan oleh operator televisi maupun pelaku online. www.hulu.com dan www.netflix.com merupakan contoh televisi internet yang diminati dan meraih sukses di AS. Sayang, situs tersebut belum bisa dinikmati oleh pemirsa Indonesia, karena permasalahan lisensi. Untuk pemirsa Indonesia, dapat menikmati televisi internet lokal seperti Mivo TV dan SpeedyTV.
Internet Protokol TV (IPTV)
Internet Protocol TV (IPTV) adalah sistem di mana siaran televisi disampaikan menggunakan protokol internet melalui jaringan packet-switched seperti Internet, tidak disampaikan melalui sinyal tradisional terestrial, satelit, atau televisi kabel. IPTV juga berbeda dengan televisi internet.
Layanan IPTV dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu live television seperti televisi tradisional, time-shifted television dengan kemampuan replay–forward-backward, dan video on demand yang menampilkan katalog video.
IPTV komersial diluncurkan pertama kali tahun 1999 oleh Kingston di Inggris dengan merek dagang KIT. Pada tahun yang sama, Kanada juga meluncurkan IPTV dengan merek VibeVision dan Sasktel. Tahun 2006 AT&T meluncurkan IPTV dengan merek U-Verse. Layanan IPTV terus berkembang secara global hingga kawasan Timur Tengah, Asia bahkan Asia Tenggara.
Hampir berbarengan dengan Astro di Malaysia, pada Juni 2011 Telkom meluncurkan IPTV pertama di Indonesia dengan merek dagang Groovia. Layanan Goovia didistribusikan melalui jaringan internet berbasis DSL, Speedy. Selain Groovia yang bisa dinikmati melalui perangkat televisi, Telkom juga mengembangkan GooviaLite yang bisa disaksikan pakai gadget. Meskipun baru tersedia di beberapa kota besar, Telkom sangat gencar mempromosikan Groovia bersama anak perusahaannya TelkomVision yang selama ini fokus menggarap layanan televisi berbayar.
Smart-TV
Selain oleh operator televisi dan pelaku online, perkembangan televisi di dunia maya juga diperkuat oleh produsen smart-TV. Smart TV atau TV Hibrid adalah perangkat televisi dengan kemampuan internet yang terintegrasi atau menggunakan set-top box. Produsen televisi berkelas global pada umumnya telah menjual televisi berjenis smart-TV. Samsung, LG dan Sony adalah beberapa produsen yang sangat agresif menawarkan smart-TV.
Pada umumnya smart-TV dikemas dengan layar datar yang lebar dan resolusi tinggi serta disertai koneksi internet. Dengan smart-TV pemirsa dapat menikmati televisi tradisional, televisi internet, maupun IPTV dengan kenyamanan yang relatif sama. Smart-TV juga dilengkapi dengan berbagai fitur interaktif, layanan on demand dan game. Pemirsa bahkan dapat menghubungkan tayangan yang disaksikan, baik pada televisi tradisional, internet atau IPTV dengan social media seperti Facebook, Twitter, Google Plus dan seterusnya.
Smart-TV terasa mengesankan karena kemampuannya menggabungkan televisi, komputer, dan koneksi internet. Teknologi layar yang kian maju akan mendorong peningkatan smart-TV. Demikian juga dengan kemampuan prosesor komputer yang makin pintar serta kapasitas penyimpanan yang semakin besar dan murah. Bagaimana dengan koneksi internet?
Televisi Online Bakal Meroket ?
Televisi ditonton hampir semua orang, dari anak-anak hingga lansia. Dari populasi penduduk sekitar 240 juta, sekitar 85 persen adalah penonton televisi. Sementara populasi televisi di Indonesia tahun 2011 berkisar 50 juta.
Pengguna internet tahun 2011 mencapai 55 juta. Pertumbuhan pengguna internet terpacu oleh penetrasi mobile internet yang makin meluas, sebagai dampak semakin banyaknya smartphone dan tablet.
Dari angka tersebut, terlihat potensi televisi online sangat besar. JIka demikian, akankah televisi internet bakal segera meroket?
Televisi internet bakal semakin diminati, semakin popular dan semakin meluas. Namun demikian nampaknya belum segera masuk ke segmen bawah. Hal ini karena harga smartphone, smart-TV dan koneksi internet yang masih relatif mahal.
Harga smartphone dan tablet pada umumnya di atas tiga jutaan. Sedangkan harga smart-TV pada umumnya berada di atas lima jutaan. Angka tersebut belum terjangkau oleh kalangan bawah yang berharap harga ratusan ribu rupiah.
Operator internet kabel telah menjual paket dengan kecepatan 3 Mbps bahkan ada yang 10 Mbps. Sedangkan internet mobile atau ponsel telah menjual internet dengan kecepatan 3, 7, bahkan untuk segmen tertentu sampai 21 Mbps. Namun demikian, sebagian besar pengguna internet di Indonesia masih menikmati koneksi internet dengan kecepatan di bawah 1 Mbps. Hal ini tentu karena masalah tarif paket internet dan daya beli.
Namun demikian, percepatan televisi online akan terbantu dengan kehadiran smartphone dan tablet lokal/ china yang dijual dengan kisaran satu sampai dua juta, bahkan ada merek dengan harga di bawah satu juta. Untuk smart-TV, masih ada solusi percepatan melalui penyediaan set-top box yang dijual di bawah satu juta.
Sedangkan untuk koneksi internet, kita berharap pemerintah bisa membantu melalui percepatan tender 2 blok kanal 3G yang masih tersisa. Pemerintah juga perlu mengevaluasi lisensi WiMAX yang sudah diterbitkan, karena banyaknya kendala implementasi. Selanjutnya pemerintah juga diharapkan segera menyelenggarakan tender lisensi LTE.
Dengan ketiga aksi tersebut, diharapkan operator mampu menyediakan paket internet berkecepatan tinggi dengan harga yang sangat terjangkau. Jika ketiganya bisa tuntas tahun 2013, kemungkinan televisi internet bisa dinikmati semua segmen masyarakat mulai tahun 2014. Pada saat itulah siaran televisi bisa dinikmati di mana pun dan kapan pun, tidak perlu lagi istilah prime time.
Artikel ini telah terbit di Detik.com pada tanggal 10 September 2012. Silahkan klik link berikut:
BalasHapushttp://inet.detik.com/read/2012/09/10/095558/2013074/398/televisi-menuju-online?i992205kol
Artikel ini juga telah dimuat Majalah INTIMATE edisi September 2012. Silahkan download di sini:
BalasHapushttp://dl.dropbox.com/u/55331858/article/publish/20120900_intimate_TelevisiMenujuOnline.pdf