Jumlah pengembang memang cukup banyak dan terus bertambah. Hingga saat ini jumlahnya 2.678 anggota. Namun jumlah tersebut jauh dibawah kebutuhan. Saat ini para pengembang hanya mampu membangun 400 ribu rumah setahun, sementara kebutuhannya mencapai 1.4 juta. Belum lagi backlog perumahan selama 20 tahun sebanyak 13,6 juta. Jadi, demand perumahan masih jauh di atas supply.
Belum lagi jika kita bicara tanah. Harga tanah hampir dipastikan tidak pernah turun. Jika tidak stabil pasti naik. Karuan saja, karena lahan di bumi tidak mungkin bertambah, sementara jumlah penduduknya terus bertambah. Kecuali jika kelak manusia menemukan planet lain yang gratis dipakai bikin rumah, hehehe.
Periode ini merupakan periode bagus-bagusnya. Karena kondisi politik dan keamanan dalam negeri relatif stabil dan daya beli terus meningkat, sebagai bukti per kapita yang sudah tembus US$ 3.000.
Segmen rumah yang paling menarik adalah Rp 150 - 250 juta. Segmen murah ini memberi peluang yang lebih besar kepada para calon pengembang baru, karena kebutuhan modal yang relatif rendah.
Anda tertarik? Saya pun tertarik. Nampaknya perlu siap-siap menyusun rencana untuk masuk ke sana.
Kontribusinya terhadap PDB mencapai 9,4 persen. Bandingkan dengan kontribusinya industri telko yang hanya 1,6 persen. Bahkan angka itu pun masih kecil, karena di Singapura angkanya mencapai 20 persen. Wow!
BalasHapus