Sejak sekolah di Ibtidaiyah saya sudah belajar agama Islam, bahkan telah belajar dan mencoba, dengan sedikit keberanian, mazhab lain seperti Wahabi dan syi'i, meskipun akhirnya merasa nyaman dan kembali dengan mazhab lama, yaitu syafi'iyah dan akidah asy'ariyah, serta sedikit bumbu tasawuf, atau orang sering menyebutnya golongan Nahdlatul Ulama tradisional.
Entah apa yang terjadi dalam bathin saya, tiba-tiba saja pikiran ini melayang dan berani merenungkan 'betulkah Tuhan itu ada, dan betulkah Tuhan campur tangan langsung dalam kehidupan manusia?'. Jika pertanyaan ini saya sampaikan kepada anak SD kelas VI sudah bisa aku tebak jawabannya, apalagi kalo ditanyakan kepada Pak Ustadz. Sepertinya mereka akan menjawab, Tuhan pasti ada, pasti satu jumlahnya, dan pasti maha kuasa. Buktinya alam ini terbentuk dengan sistim yang teratur. Mustahil jika keteraturan sistim sebagai akibat dari suatu kebetulan belaka tanpa sutradara yang mengendalikan keseluruhannya.
Saya tidak tahu apakah pikiran saya yang tiba-tiba mengembara ini sebagai bagian dari proses pendewasaan akidah atau justru pelemahan akidah. Jika ini merupakan pematangan akidah tentu sangat bagus bagi saya, karena akidah yang saya anut akan bergerak menuju kedalaman yang lebih baik. Tentu saja saya berharap demikian, karena Rosul Saw pun merasakan hal yang hampir serupa pada usia yang hampir sama, dan akhirnya Allah Swt memberi petujuk pada usianya yang ke-40. Namun jika hal ini merupakan pelemahan akidah, tentu saya kawatir, jangan-jangan saya bakal terperosok ke jurang yang mengerikan.
Apa yang perlu saya lakukan?
Saya pertimbangkan dengan sangat seksama, dan dalam tempo yang cukup lama. Akhirnya saya putuskan, saya akan teruskan pengembaraan ini dengan kehati-hatian dan kesabaran. Semoga kelak saya menemukan akidah berbentuk permata yang muncul dari perenungan mendalam, bukan akidah yang terbaca dari buku atau disampaikan oleh penceramah.
Komentar
Posting Komentar