Langsung ke konten utama

Dalan Bayine Dewe-dewe

"Ora usah kemrungsung, wis ono dalan bayine dewe-dewe" (terjemah: nggak usah panik, sudah ada jalan lahirnya masing-masing), demikian chat di WA Grup yang ditulis berulang kali oleh seorang teman. Kalimat ini sangat bijak, dan memang demikianlah yang sering disampaikan oleh para penceramah agama. Jika engkau membuka tafsir Al-Quran, hampir saya pastikan, engkau akan membuat kesimpulan yang sama. (lihat tafsir Al-Quran tentang takdir pada link berikut, klik di sini).

Lalu apa masalahnya?
Saya melihat suatu masalah, ketika kalimat ini dijadikan pedoman hidup bagi orang yang belum pantas, yaitu orang yang hidupnya kurang beruntung dalam segala aspeknya (baik aspek ekonomi, pendidikan, prestasi, dst). Norma ini secara tidak sadar akan menurunkan kerja keras, daya juang, dan motivasi. Jika norma ini menjadi keyakinan komunitas, maka daya juang rendah tidak hanya diderita oleh perseorangan, namun melanda suatu komunitas dalam jumlah yang besar. Dampaknya adalah keterbelakangan, kebodohan, kemiskinan dan seterusnya.

Saya sudah meyaksikan sendiri, dan saya berteman dengan mereka, komunitas yang memiliki daya juang relatif rendah. Sehari-hari mereka bekerja hanya beberapa jam saja, dan membiarkan sisa waktunya untuk sesuatu yang kurang bermanfaat. Lebih menyedihkan lagi, mental nyantai ini tidak melulu untuk urusan dunia, namun untuk urusan dengan Tuhan pun, ternyata mereka nyantai juga. Budaya nyantai memang sudah mendarah-daging diderita komunitas ini. Mereka banyak membuang-buang waktu percuma, dengan alasan semua hal sudah ada yang mengatur, wis ono dalan bayine dewe-dewe

Wis ono dalan bayine dewe-dewe, kalimat ini sangat mulia di hadapan kelompok orang yang punya pilihan hidup, dan karena kesadarannya terhadap pedoman hidup ini, mereka membuat pilihan untuk mengikuti dalan bayine. Dalan bayi, menjadi pilihan hidup mulia, bukan menjadi alasan atas prestasi hidupnya yang rendah.

Jadi, apakah sebenarnya takdir dan apa pula dalan bayi?
Berikut adalah tulisan-tulisan saya tentang pilihan hidup dan takdir. Saya sengaja menjelaskan takdir dalam narasi cerita faktual pada kehidupan kita sehari-hari, semoga lebih mudah di pahami: Mencari-makna-takdirKorupsi-gayus-telah-tercatat-di-laukhil-makhfudMbah-marijen-dan-pertolongan-tuhanMasa-depan-yang-misterius

Terlepas apakah engkau percaya terhadap takdir atau tidak, faktanya waktu akan selalu bergerak maju, tidak pernah menunggu, apalagi berhenti. Waktu hanya berhenti, jika engkau mati. Jika engkau berkarya, waktu akan bergerak, jika engkau termenung, waktu tetap berjalan, jika engkau tidur, waktu pun terus melaju. Jika engkau membuat keputusan dan merubah hidup, engkau akan melihat perubahan kehidupan di waktu berikutnya. Namun jika engkau pasrah tanpa keputusan, engkau pun akan melihat kehidupan, yang diputuskan oleh waktu.

Rencanakan masa depanmu, karena jika tidak, WAKTU yang akan melakukannya untukmu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The 360 Leader - John C Maxwell

Hampir semua pemimpin memiliki pimpinan yang lebih tinggi. Bolehlah dibilang, tidak ada pemimpin yang tidak memiliki pemimpin diatasnya. Karenanya, buku The 360 Leader karangan John C. Maxwell ini sejatinya adalah untuk semua pemimpin, bukan hanya untuk para manajer yang selalu berada di bawah para pemilik perusahaan. Pun demikian, penjelasan buku ini memang lebih difokuskan kepada para manajer, senior manajer dan para pemimpin sejenis dalam perusahaan yang berada di bawah kepemimpinan orang-orang di atasnya. Buku setebal 400 halaman ini mengawali penjelasanya dengan 7 mitos tentang memimpin dari bagian tengah. Berikutnya menjelaskan tantangan yang dihadapi pemimpin 360 Derajat. Pada bagian ketiga dijelaskan bagaimana memimpin ke atas. Bagian keempat dan kelima menjelaskan praktik memimpin ke samping dan ke bawah. Pada bagian akhir dijelaskan nilai-nilai pemimpin 360 Derajat. Prinsip utama dari kepemimpinan 360 derajat adalah bahwa pemimpin bukanlah posisi, melainkan pe

Liburan Keluarga di Kuala Lumpur

Masjid Putra Kunjungan Kuala Lumpur kali ini merupakan yang ke sekian kalinya, tapi menjadi yang pertama kali untuk liburan keluarga. Liburan keluarga selalu mendapatkan pengalaman yang berbeda dibandingkan liburan bersama teman kantor, apalagi jika dibandingkan dengan perjalanan dinas. Seperti biasanya, kami memilih untuk ''berjalan sendiri", tanpa bantuan agen travel atau pun guide lokal. Otomatis, saya akan menjadi EO sekaligus guide-nya. Kami sudah pesan tiket jauh hari, agar keluarga merasa nyaman dan tentu saja agar harga tiket lebih miring. Kami mendapat tiket Malaysia Airline PP sekitar 1,7 juta rupiah, karena berdekatan dengan liburan Natal. Jika waktu kunjungan jauh dari liburan bersama, mungkin bisa mendapatkan tiket lebih hemat. Untuk akomodasi, kami pilih tengah kota, agar mudah jalan kaki kemana pun, dan tentu saja dekat dengan Petronas Twin Tower. Tidak usah kawatir harga mahal, buktinya saya mendapatkan hotel butik yang sangat nyaman, denga

Empat Komponen Manusia

Banyak referensi tentang kehidupan manusia telah saya pelajari, khususnya dari buku-buku tasawuf. Sejauh ini saya pahami bahwa manusia memiliki tiga komponen yang tidak terpisahkan, yaitu fisik, akal dan ruh. Alhamdulillah, pada renungan saya di segmen terakhir bulan ramadhan 1432 H ini, terbuka pemahaman baru mengenai komponen pembentuk manusia. Tentu saya meyakini kebenaran pemahaman ini, tapi bagaimana pun saya tetap membuka kemungkinan adanya pemahaman yang lebih baik. Manusia terbentuk dari empat bagian atau komponen yang tidak terpisahkan, yaitu: Pertama, Fisik atau jasad. Inilah bagian paling mudah dikenali. Fisik merupakan komponen utama dari semua makhluk di bumi ini. Melalui fisik inilah keberadaan makhluk di bumi dapat dilihat, dirasa dan dikenali. Karena komponen fisik ada di seluruh makhluk bumi, baik makhluk hidup maupun mati, maka tingkatan fisik merupakan tingkatan terendah, setara dengan tingkatan tumbuhan, hewan, tanah dan seterusnya. Kedua, Nyawa at